Radit Arbani, adalah nama gue yang dikasih orangtua gue saat gue baru lahir, dan sekarang gue sudah berumur 17 tahun, gue tumbuh menjadi laki-laki pada umumnya dan gue juga pernah pacaran seperti remaja yang sedang mencari sandaran hati. Gue juga memiliki beberapa sahabat yang menurut gue mereka itu berbeda dari pada yang lain, namanya Dito, Tio dan Marcel.
Kisah ini gue mulai saat gue dan ke 3 sahabat gue pergi liburan ke salah satu tempat wisata di Bukittinggi. Siapa sih yang gak tau Bukittinggi, tempat wisata yang populer di Sumatra Barat, bahkan Indonesia sampai-sampai juga populer di Dunia, dengan berdirinya satu icon kotanya yaitu Jam Gadang. Kembali ke cerita gue tadi, tempat yang gue tuju saat liburan itu ialah Ngarai Sianok, gue sampai di sana tepat pukul 09.15 WIB. Sengaja gak gue tulis hari dan tanggal gue pergi supaya nanti gue gak diikuti orang trus guenya diculik.
Sesampainya gue di sana gue langsung ngomong ke sahabat gue, “wih, keren banget nih, banyak cewek lagi” “otak loe cewek terus” kata Tio menepuk bahu gue. “yaah, mau diapain lagi namanya juga jomblo” kata marcel kepada Tio. “hahaha, terserah loe semua deh” kata gue agak kesal.
Gue dan sahabat gue, pergi menelurusuri jalan di ngarai tersebut sampai gue berhenti ketika gue lihat ada satu cewek yang gak asing buat gue, gue perhatiin itu cewek dan gue coba mengingat-ingat, ‘hah, itu kan stefany, mantan gue waktu SMA dulu’ kata gue di dalam hati. “lo kenapa berhenti?” tanya Dito memecah pemikiran gue. “haaah, gak kenapa-kenapa kok” kata gue sedikit kaget.
“oooh, gue tau, lo pasti liat itu cewek kan” kata Marcel sambil menunjuk Stefany. “itu kan Stefany, mantan lo waktu SMA Dit”. kata Tio kepada gue. “ngomong-ngomong dia ngapain ya di sini, trus sama siapa?” sambung Tio. “yah, mana gue tau” kata gue sedikit kesal.
Setelah gue dan teman gue berbincang-bincang, gue liat ada satu cowok mendekati Stefany sambil membawa sebotol air mineral awua, dia memberikan air tersebut kepada stefany dan berbincang-bincang dengan Stefany, lalu mereka pergi mencari tempat yang strategis untuk duduk berdua. Gue sedikit penasaran sama cowok tersebut, ”mungkinkah itu pacar barunya Stefany?” gumam gue di dalam hati.
“yaaahh, dia malah ngelamun lagi” kata Dito kepada teman-teman gue. “siapa yang ngelamun? Gue gak ngelamun kok” kata gue gugup. “terserah loe deh, gue mau beli minum gue” kata Tio sambil berjalan. “gue ikut dong” kata Marcel sambil mengikuti Tio.
Jujur aja, sampai sekarang gue belum bisa move on dari stefany, setiap gue mau move on, gue selalu terbayang kemesraan gue dan Stefany dulu. “yaelah, ngelamun lagi, gue pergi beli minum juga ah” kata Dito yang meninggalkan gue. “terserah loe deh” kata gue sambil mengikuti mereka.
Sesampainya gue di tempat orang jualan minuman, gue langsung memesan minumannya “dek, air mineralnya ada?” “oh, ada kak” katanya sambil liat ke arah gue.
Gue sempat gugup disaat dia liat ke arah gue, tu cewek cantik banget, lebih cantik dari pada Stefany, dan gue kaku memandangi wajahnya. “ciiee, yang lagi mau bisa move on” kata Tio kepada gue. “apaan sih loe, ikut campur aja” kata gue mengelak.
“air mineralnya empat ya dek” “Iya kak” sambil ngasih air mineralnya ke gue. “berapa dek?” tanya gue. “16 ribu aja kak”
Setelah gue kasih uangnya, gue dan teman gue langsung pergi, jujur gue masih kefikiran sama cewek penjual air mineral tadi. gue dan sahabat gue, melanjutkan perjalanan, gue udah melupakan Stefany dan mulai memikirkan cewek penjual air mineral tadi. Sudah beberapa jam kami bermain, kita memutuskan untuk pulang.
Keesokan harinya, gue pergi ke ngarai itu sendirian, dan menuju tempat si cewek penjual air mineral tersebut, bagai mendapatkan harta karun, tempat jualan cewek itu pun sepi, dan gue duduk di sana hanya berdua saja, gue basa-basi beli minuman dan mulai menanyakan namanya. Putri namanya, nama yang cantik sesuai wajahnya. Gue pun mulai banyak bertanya padanya. semakin hari kita semakin dekat, seperti orang yang sudah kenal sekian lama.
Tiba di suatu hari, dia tidak berjualan, gue penasaran ke mana dia, gue bertanya kepada penjual di sekeliling dia berjualan, tapi tidak ada yang tahu.
“dek, coba datang aja ke rumahnya” kata seorang penjual kerupuk. “saya gak tau rumahnya pak” “rumahnya di jalan veteran, nomor 12” “terima kasih pak”
Gue langsung meluncur ke rumahnya, setibanya gue disana, gue dikagetkan dengan adanya bendera kuning di depan rumahnya, gue penasaran siapa yang meninggal, gue tanya kepada seorang warga. “maaf bu, siapa yang meninggal ya?” tanya gue heran. “Putri yang meninggal dek” jawab ibu itu. Gue kaget mendengarnya, gue mencoba menahan air mata gue.
“adek ini temannya ya?” kata seorang ibuk yang lain. “iya bu” “masuk aja dek, liat dia untuk yang terakhir kalinya”
Gue pun masuk, dan bersalaman dengan orang yang menurut gue orangtuanya putri dan juga kakaknya, gue tanya kenapa dia bisa meninggal. Kakaknya Putri memberitahu gue kalau adeknya ini kecelakaan, gue beranikan untuk melihat wajahnya untuk terakhirkalinya dan gue juga ikut antarin Putri ke tempat peristirahatannya.
Cerpen Karangan: Muhammad Rifki Facebook: m_rifki43[-at-]ymail.com