“Lost Contact” hanya kata itu yang tertulis di wall akun facebooknya, setelah pertengkaran yang terjadi antara dia, kakak perempuanku, tante dan juga neneknya. Hingga kini tak ada lagi kabar tentang dia, tentang hubungan kita yang entah telah berakhir ataukah masih ada?
Rindu ini rasanya akan membunuhku perlahan-lahan, kepergiannya meninggalkan begitu banyak kenangan, di setiap tempat bahkan di setiap benda yang pernah dia gunakan. Mata sayu dengan langkah kaki yang terlihat berat sekilas yang dapat kuingat saat dia akan pergi, kutahu jika dia berat untuk meninggalkanku pergi, tapi pertengkaran yang terjadi tak bisa lagi membuatku untuk menahannya tetap tinggal.
Hari pun terus berlalu bahkan tak terasa sudah seminggu dia tak lagi bersamaku di sini, ingin sekali kudengar suaranya namun kuteringat jika handphonenya sudah rusak lalu aku mencoba menghubungi temannya namun tak ada jawaban, dua hari sudah setelah aku mencoba menghubungi temannya akhirnya ada pesan masuk dan itu dari temannya lalu ku mencoba meminta tolong pada temannya agar aku bisa berbicara dengan dia, namun temannya menyuruhku untuk meninggalkan pesan untuknya aku tak lantas mempercayai temannya, lalu aku bertanya “Apakah dia bercerita sesuatu kepadamu?” lalu jawabnya “Iya, dia bercerita sesuatu tentang hubungan kalian” lantas aku langsung mempercayai temannya itu, lalu aku menuliskan pesanku untuk disampaikan padanya dan setelah mengirim pesanku lalu aku mendapat balasan dari temannya dan ternyata itu pesan dari ibunya, tanpa sepengetahuanku padahal nomor yang tempo lalu pernah dipakai menghubungiku bukanlah nomor temannya tapi adiknya.
Benar itu pesan dari ibunya, beliau mengingatkan agar jangan lagi mengganggu atau menghubungi lagi anaknya, aku pun terkejut jikalau itu adalah ibunya, dengan bertubi-tubi pesan masuk dan mulai satu persatu kubaca isinya, aku sangat kecewa, sakit hati, dan juga marah tapi karena rasa hormatku pada ibunya sebagai orang tua maka aku pun tak bisa menjelaskan panjang lebar tentang masalah yang sebenarnya, aku hanya bisa mengiyakan setiap perkataannya.
Setelah semua yang terjadi bahkan sampai saat ini pun tak ada kabar darinya, jelas saja aku sangat dan teramat merindukannya, hari-hari yang kulalui setelah kepergiannya terasa sangat berat, tak seharipun hari yang kulewati tanpa tangisan, aku mati rasa, aku mati disetiap hembusan nafas, ragaku seakan tak berjiwa, namun saat ku mengingat setiap kenangan aku merasa bahagia, lalu kuingat lagi mata sayu itu sebelum dia pergi dan saat itu dalam hatiku berbisik “Dia mencintaimu” kutemukan lagi harapan kecil yang walaupun tak mungkin. Aku berdoa kepada Tuhan “Tuhan jika Engkau berkehendak menyatukan kami, aku akan tetap di sini untuknya, setia untuk menunggu, karena yang aku tahu niat kami baik, kami hanya ingin dipersatukan sampai maut yang memisahkan”
Aku mencintainya walau dia saudara sepupuku, cinta itu hadir dengan sendirinya bukan ku yang meminta, jika Tuhan mengizinkan aku jatuh cinta maka aku percaya Tuhan mampu untuk menyatukan kami dalam sebuah ikatan suci.
Cerpen Karangan: Venetchia Tempomona Facebook: Venetchia Tempomona