Hanya satu hal yang aku inginkan. Betapa aku menginginkannya. Aku berharap semua ini berlalu. Layaknya jarum jam yang terus berputar. Satu menit, dua menit. Satu jam, dua jam. Layaknya hari yang terus berganti. Satu hari, dua hari. Satu tahun. Dua tahun. Lima tahun. Sepuluh tahun. Dan akhirnya semuanya berlalu. Semuanya sudah berlalu. Aku tahu ini sudah sepuluh tahun. Sepuluh tahun yang sudah berlalu. Seperti daun kering yang gugur dan tertiup angin. Daun itu tak akan bisa kembali ke pohonnya. Semua orang tahu itu.
Rumah yang berbalut kesunyian. Dan lihatlah pisau ini. Betapa bodohnya aku. Ah, tapi aku rasa tidak. Ini adalah cara yang cerdas. Cara yang teramat cerdas. Kau tahu, tidak seorangpun tahu di mana dia sekarang. Aku meletakkannya di sebuah tempat, di bawah lantai ini. Betapa cerdasnya aku. Tengkorak dan tulang belulang itu. Oh, pria yang banyak dicari orang. Pria yang malang. Sunggguh kasihan. Tapi, sayang tidak seorang pun yang tahu kecuali aku. Sayang sekali.
Kau pasti berpikir aku kejam. Kau berpikir aku pasti sudah gila, tidak waras. Aku mohon jangan salahkan aku. Jangan. Kau tahu, betapa aku menahan rasa sakit ini. Seorang perempuan yang harus mengalami ini. Pria itu. Pria brengsek pengkhianat itu yang membuatku seperti ini. Pria yang merayuku dengan mulut manisnya, tapi akhirnya mendorongku ke jurang penuh duri dan pergi begitu saja dengan merampas kebahagiaanku dengan menggandeng mawar barunya. Betapa terlukanya aku. Betapa perih luka-luka ini. Pada akhirnya sebuah pisau kebencian kutusukkan tepat di jantungnya. Jadi, jangan salahkan aku jika aku menjadi seperti ini.
Lihatlah wajah perempuan di cermin depanku ini. Wajah sepucat pualam dengan mata sendu. Inikah aku? Aku tak percaya. Tanganku bergetar, sedingin es. Kutusuk cermin itu dengan pisau. Tiba-tiba serpihan kaca memantul mengenai pergelangan tanganku. Darah segar mengalir, terus mengalir dari pergelangan tanganku. Tubuhku lemas. Semuanya gelap. Oh, Tuhan, maafkan aku.
Cerpen Karangan: Hastarika Purwitasari Blog / Facebook: Hastarika Purwitasari