Waktu telah menunjukkan pukul 06.00 aku segera bersiap siap untuk berangkat sekolah. “Aisyah kamu nggak sarapan dulu?” tanya ibu padaku. “Nggak bu, aisyah udah buru buru”. Jawabku sembari mengecek tasku. “ya udah hati hati Syah” pinta ibu sembari mengulurkan tangan. “Oke bu, aisyah berangkat dulu Assalamu’alaikum bu” pamit aisyah kemudian mencium tanga ibunya.
Jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh, sehingga pagi buta aku harus berangakat. Sekitar 45 menit kemudian aku sampai di kelas. “Hy aisyah?” sapa wanita yang baru masuk ke kelas. Dia adalah sahabat karibku dari SMP dan dia juga sahabat yang selalu ada disaat suka dukaku. “Eh ani, sini duduk” jawabku sambil menebar senyum. “Eh Syah kamu udah belajar buat ulangan nanti?” tanya ani. “Sudah an, kamu sendiri gimana” balasku “Iya aku juga kok”.
Kringg… bel masuk telah berbunyi. Jam pertama adalah ulangan, dan satu kelas sudah bersiap siap. Setelah 90 menit ulangan pun berlalu. Dan kami pun dipersilahkan istirahat. “syah ke kantin yuk” ajak ani. “Ayo”.
Kami berjalan menyusuri koridor untuk menuju ke kantin sembari berbincang bincang. Tiba-tiba ada goncangan kecil menimpaku, ternyata aku menabrak seseorang. “maaf kak saya nggak sengaja” spontan ucapan maafku. “Oya nggak papa, lain kali hati-hati ya” jawabnya dengan kermahan. “Iya kak” “Kenalin namaku ardi,” sembari mengulurkan tangannya. “aisyah, ya udah aku pergi dulu kak”.
Akhirnya aku dan ani sampai di kantin. “An kamu mau pesan apa?” tawarku pada ani. “Samain aja kaya kamu” jawab ani. “Oke deh’. “cie senyum aja nih, pasti keinget sama Ardi yaa” goda ani pada ku. “Apaan si, nggak lah ya. Btw aku mau cerita sama kamu an” pinta aku “Iya cerita aja Syah, emang ada apa?” jawab ani. “Jadi akhir-akhir ini aku sering ngerasa pusing, sakit rasanya ngga karuan banget deh”. Jelasku panjang lebar
Setelah melalui beberapa jam pelajaran akhirnya selesai juga aku pun pulang sendiri, tiba-tiba hujan turun begitu derasnya. Aku pun mencari tempat untuk berteduh dan seorang laki laki menghampiriku dengan membawa payung. “Aisyah, kamu sendiri?” tanya ardi padaku. “Eh kak Ardi, iya nih kak lagi nunggu dijemput” jawabku dengan terburu-buru. “Ya udah kita tungguin di sini aja” ucap ardi dengan ramah. Cukup lama kami cerita-cerita hingga jemputan pun datang. “Kak aku dulauan ya,” pamitku pada ardi “Iya, ati ati Syah”.
Sesampai di rumah kepalaku begitu pusing dan sakit, hingga aku tak sadarkan diri. Ketika terbangun aku berada di ruangan yang serba putih. Yah, ini rumah sakit. Dan seketika ibu menghampiriku. “Syah ibu mau bicara sama kamu, tapi kamu jangan sedih,” ucap ibu dengan nada lemah “Iya bu, ada apa?”. Jawabku penasaran “jadi kamu divonis kanker otak stadium akhir”. Jawab ibu putus aja. Bulir-bulir kristal mulai bercucuran dari mataku. Rasanya tak sanggup lagi menahannya
Hari ini aku mulai beraktifitas seperti biasa, ditengah penyakit yang sedang kuderita. “Selamat pagi Aisyah,” sapa ardi dengan wajah cerianya. “Pagi ar” jawabku singkat. Sejak pertemuan waktu itu kami memang dekat, bahkan benih benih cinta mulai tumbuh padaku. Sepanjang berjalan kami saling bercengkrama, selain itu setiap hari kita selalu chat. Ardi pun selalu memberi perhatian lebih kepadaku. Aku sadar hati ini telah mencintai Ardi, dan aku ingin disela sela sisa hidupku aku ingin terus bersama dia, hingga maut menjemputku.
Dan sore ini Ardi mengajakku bertemu di sebuah taman, yah mungkin dia akan mengungkapkan perasaan padaku. Dan sepulang sekolah aku segera bersiap siap menuju ke taman. “Mau ke mana syah, kok rapi banget” tanya ibu padaku. “Mau ketemu sama teman bu” jawabku. “Kamu kan lagi sakit Syah, biar ibu antar saja ya” tawar mama dengan kepanikan. “Nggak usah bu, biar Aisyah sendiri aja” tolak ku pada ibu. “Ya udah, hati hati ya” ucap ibu sambil tersenyum. “Siap bu, aku berangkat dulu bu”. Aku berpamit pada ibu.
Sekitar 30 menit aku sampai ke taman, namun Ardi tak kunjung datang. Sekarang jam 05.00 PM tak datang juga, sudah hampir 2 jam aku menunggu. Langit mulai mendung dan ternyata hujan deras mulai turun. Dan aku memilih untuk menunggu karena aku sungguh mencintai Ardi, biarkan waktuku habis untukmu. Dan aku menulis sebuah surat. Tiba tiba kepalaku begitu pusing. 1… 2… 3… semuanya terasa gelap. Ketika terbangun lagi-lagi berada di rumah sakit. Dan tanpa kusadari bibir ini tak henti menyebut nama “Ardi”. Orangtuaku pun menghubungi Ardi supaya bisa datang ke rumah sakit. Keadaan begitu memilukan, di sini juga ada Ani, sahabatku.
Ardi pov “Aisyah, maafkan aku karena tidak datang” rengekku pada Aisyah. “Iya Ar ngga papa kok, aku cuma mau kasih surat ini” Aisyah tersenyum. “Surat apa ini Syah?” tanyaku pada aisyah “Ini surat aku tulis ketika aku mulai jenuh menunggu kedatanganmu” jawab aisyah. Kemudian pernafasan Aisyah mulai tak teratur, dan sepertinya maut sudah menjemputnya. “Ani, ayah, ibu maafkan Aisyah” ucap Aisyah sebagai kalimat akhir, kemudian Aisyah menghembuskan nafas sebagai penanda akhir dari kisah hidupnya.
Di ruangan ini begitu ricuh suara tangis tak henti hentinya terdengar, begitupun denganku yang penuh dengan penyesalan. Aku membuka surat tadi.
Dear Ardi, Ardi kenapa kau tak datang? Padahal aku rela menantimu di bawah derasnya tirai hujan. Aku sungguh mencintaimu Ardi, aku rela di sisa hidupku ini kan habis oleh penantian ini. Aku ingin diakhir hidupku akan bahagia bersamamu, meski pada akhirnya seperti ini. Mungkin kau tak tau kalau aku divonis kanker stadium akhir. Ardi maafkan aku, karena terlalu berharap padamu, maafkan aku bila hadirku menjadi beban di hidupmu. Perlu kau sadari Ardi, sejak pertama kali kita bertemu ‘aku mencintaimu’. Dan ini adalah surat terakhir yang kubuat hanya untukmu. Semoga kau sadar jika aku telah menantimuu di bawah tirai hujan.
Aisyah
Aku begitu menyesal atas perbuatanku padamu yang telah memberi harapan namun untuk disia siakan. Maafkan aku Aisyah. Air matapun tak mampu aku bendung….
End
Cerpen Karangan: Ngalimah Blog / Facebook: Ngalimah