“Teng… Teng… Teng…” bel tanda istirahat di SMA 1 Harapan Bangsa telah berbunyi “Alhamdulilah akhirnya istirahat juga” kataku Aku pun segera membereskan buku-bukuku ke dalam tas dan lalu bergegas ke luar kelas menuju kantin
“Lucas tunggu..” panggil seseorang kepadaku yang menghentikan langkahku “iya ada apa Del..?” kataku sedikit heran “hari ini jadi gak ke perpus, kemarin kan kamu udah janji mau ngajarin aku tentang pelajaran matematika” kata Delia “oh iya hampir aja aku lupa, untung kamu ingetin, ayo kita ke perpus” kataku
Delia adalah sahabatku sejak waktu aku kelas VIII SMP sampai sekarang kami telah duduk di kelas XI SMA meskipun kami sekarang tidak satu kelas, dia juga sahabat yang selalu ada disaat suka maupun ku duka..
Keesokan harinya aku melihat Delia sedang duduk sendiri di depan kelas dan sedikit melamun seperti sedang memikirkan sesuatu “hey, lagi ngapain..” kataku sambil memegang kedua pundak Delia juga sedikit mengagetkannya “ah Lucas kamu ngagetin aja, hampir aja jantungku ini mau copot gara-gara kamu” katanya sedikit marah “lagian dari tadi aku perhatiin kamu tuh ngelamun terus, ya aku kagetin aja hehe” kataku sedikit tertawa “gak lucu bercandanya” katanya marah padaku sambil memasang wajah yang cemberut “iya deh iya aku minta maaf” kataku memohon kepadanya “iya aku maafin tapi lain kali jangan diulangi lagi ya” katanya sambil sedikit tersenyum
“Delia kamu sedang sakit ya, aku perhatiin kok wajah kamu pucet banget” kataku “aku gak apa-apa kok Cuma kurang tidur aja” katanya “kamu bener gak apa-apa..?” kataku “iya bener aku gak apa-apa, oh iya cas aku masuk ke kelas dulu ya” katanya Dia pun lalu pergi meninggalkanku tapi aku sama sekali tidak percaya kalau dia itu gak apa-apa pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku.
Tak lama kemudian bel masuk pun berbunyi aku pun segera bergegas menuju kelasku. Suasana di dalam kelas sangat berisik, namun suasana berisik itu seketika menjadi hening ketika datang seorang guru di bidang studi Sosiologi yang bernama Pak Mukti.
“assalamu’alaikum..” kata pak Mukti “Wa’alaikum salam pak..” kata para murid “gimana kabarnya hari ini, udah siap untuk belajar belum..?” kata pak Mukti “alhamdulilah pak baik-baik aja” kata murid kembali
Setelah memulai pelajaran dengan motivasi-motivasi penyemangatnya agar semuanya semangat saat belajar dan akhirnya pak Mukti pun memulai kembali dengan materi-materi pembelajaran sosiologi. Semua murid kelihatan nampak bersemangat, tapi berbeda dengan aku.
Ditengah pelajaran “Lucas..” panggil pak Mukti membuyarkan lamunanku “iiya pak..” kataku sedikit terbata-bata karena kaget “Lucas, dari tadi bapak perhatikan kamu ngelamun terus, apa ada masalah..?” kata pak Mukti “gak ada apa-apa kok pak..” kataku “baiklah kalo gak ada apa-apa, anak-anak kita lanjutkan materi yang tadi..” kata pak Mukti
Tak berapa lama kemudian pelajaran sosiologi pun berakhir “cas, emangnya tadi kamu ngelamunin apaan sih..?” kata Reza teman sebangkuku “oh soal yang tadi, tadi itu aku sedang melamunin Delia aja soalnya tadi pagi gak biasanya wajah dia itu pucet banget” kataku
Beberapa saat kemudian bel istirahat yang ku tunggu-tunggupun akhirnya berbunyi juga, aku pun segera menutup bukuku dan memasukannya ke dalam tas, setelah itu akupun langsung pergi bergegas ke luar untk menemui Delia karena aku takut dia kenapa-napa.
Di depan kelas Delia “maaf mau tanya, lihat Delia gak..?” kataku kepada seseorang yang baru saja keluar dari kelas tersebut “cari Delia ya, kamu belum tau kalo Delia itu tadi dibawa ke rumah sakit” katanya “emang dia tadi kenapa..?” kataku “tadi pas di tengah-tengah pelajaran dia batuk-batuk terus ngeluarin darah dari mulutnya lalu dia pingsan ya langsung dibawa ke rumah sakit” katanya “kamu tau gak dia dibawa ke rumah sakit mana..?” kataku “kalo gak salah dia itu dibawa ke rumah sakit yang deket dari sekolah ini” katanya Setelah tau Delia di bawa ke rumah sakit aku pun tak membuang-buang waktu lagi aku langsung pergi ke rumah sakit yang deket dengan sekolah tempat Delia berada
Di ruang tempat Delia dirawat Aku pun segera masuk ke ruangan tersebut dan melihat Delia yang sedang berbaring lemas di tempat tidurnya dan aku pun langsung menghampirinya
“Delia kenapa sih kamu gak bilang dari dulu kalo kamu itu punya penyakit kanker yang kronis” kataku “maaf cas, bukannya aku gak mau kasih tau kamu, aku gak mau aja kalo kamu tau soal penyakitku nanti kamu jadi khawatir dan kasian sama aku, aku gak mau dikasihani” katanya “dan aku juga tau umur kamu di dunia ini gak bakalan lama lagi” kataku “iya umurku kata dokter Cuma tinggal 3 hari lagi, mungkin aku memang gak bakalan mengerti cinta dan gak bakalan tau rasanya punya pacar kaya gimana di waktu yang sesingkat ini” katanya “kamu gak boleh ngomong kaya gitu kamu udah punya cinta kok” kataku “siapa, di mana..?” katanya “Delia kalo boleh jujur cinta yang kusebutkan itu adalah aku, dan baru sekarang ini lah aku bisa mengungkapkan sebenarnya aku mencintai kamu itu sudah lama hanya saja aku gak mau merusak pertemanan kita, percayalah padaku karena aku di dunia ini memang hanya tercipta untukmu, kamu mau kan jadi pacarku..?” kataku “iya cas, aku mau dan aku percaya kok sama kamu” katanya Setelah itu aku pun langsung memeluk dia dengan erat dan dia pun meneteskan air matanya di pelukanku..
Tiga hari kemudian Delia pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, aku pun hanya bisa menangis atas kepergiannya meski kutau air mata ini takkan mampu mengembalikannya..
Selesai
Cerpen Karangan: Darsum Ilham Facebook: facebook.com/darsumilham.sni