Hati… Mungkin saja bisa berteriak sekencang-kencangnya. Ya, seandainya hati tersebut bisa berbicara. Ia pasti selalu bercerita apa dan bagaimana yang ia rasakan.
Begitu juga dengan diriku. Hati ini begitu lelah.. Begitu sesak… Seakan penuh dengan luka robek yang terasa begitu perih. Hingga kau bisa merasakan sakitnya hati.
Sudah terlalu lama aku mencoba bertahan untukmu selama ini. Bertahan tanpa dirimu. Menerima kenyataan pahit bahwa kau pergi meninggalkanku secepat itu untuk selamanya, tanpa terucap kata maaf dari bibirku untuk dirimu. Kini aku hanya bisa menyesal dan mendoakan yang terbaik untukmu di alam yang berbeda denganku.
Benar, sudah 7 tahun semenjak kepergiaanmu tak pernah sekali pun aku berziarah ke makammu. Jujur, aku takut.. Sangat takut, namun di lain sisi sangat merindukanmu.
Aku takut tak mampu membendung setiap bulir air mata ini ketika mengunjungi makammu. Terlebih setiap kilatan memori kita bermunculan di otakku, dan aku hanya bisa tersenyum kemudian menangis. Ya, itulah yang terjadi padaku sepeninggalanmu.
Aku rasa, aku sudah cukup kuat bertahan tanpamu. 7 tahun melewati hari tanpamu bukanlah waktu yang sebentar. Dan aku yakin, sampai kapanpun itu bahwa aku mulai bisa menerima keadaan ini dan mulai terbiasa tanpamu.
For you FFN “Meeting you was the reward of my life”
Cerpen Karangan: Rizka Octariza Lubis Blog / Facebook: Rizka Octariza Lubis