Matahari perlahan terbenam di ufuk barat. Suara azan bersamaan dengan itu bergema di seluruh penjuru dunia. Seorang wanita berkepala empat menaiki tangga menuju lantai tiga rumahnya. Dari tangga lantai ke dua masih terdengar tabuhan drum yang berasal dari studio musik anaknya. Wanita itu sedikit menyipitkan matanya saat melihat putranya yang masih asyiknya bermain drum walau azan telah terdengar.
“Raja.. Nggak kedengaran azan nak? Shalat gih sana..” pinta Ibu Raja lalu menutup pintu dan berlalu meninggalkan putranya.
Raja merenggangkan tubuhnya sejenak. Seharian berlatih bermain drum untuk festival band beberapa minggu lagi membuat tubuhnya sedikit terasa lelah. Ia mengedarkan pandangannya keseliling studionya. Dinding yang bercat kan putih bersih itu dihiasi dengan poster-poster idolanya. Setelah sedikit melepas penat badan ia pun beranjak meninggalkan studionya. Ia bergegas berwudhu dan bersegra untuk shalat. Ia yakin shalat akan membuat badannya terasa lebih segar.
Matahari tepat berada di atas kepala. Cuaca hari ini sangat panas, namun tidak membuat semangat para pembalap junior menurun. Seorang pemuda dengan stelan pembalap rapi sudah siap untuk menghadapi track kali ini. “Siap buat kali ini bro?” tanya salah satu teman di sampingnya, lalu ia mengerlingkan matanya pertanda ia sangat siap untuk track kali ini. Event balap kali ini adalah yang kedua untuknya. Saat event pertama ia berhasil mendapatkan peringkat pertama setelah menjalani latihan yang sangat melelahkan. Tetapi walaupun begitu jerih payahnya tidak sia-sia.
Gadis pembawa bendera sudah tampak berada di depan mereka, pertanda mereka harus bersiap-siap. Lalu dengan cepat gadis itu menjatuhkan bendera nya pertanda agar para pembalap memulai event ini. Bersamaan dengan itu para supporters bersorak-sorak dan meneriakkan nama pembalap yang mereka dukung. “Raja! Raja! Raja!” Baik di sisi kiri maupun sisi kanan, sangat banyak penonton yang memilih nama Raja untuk mereka dukung. Bagaimana tidak, pesonanya di track sangat memancar sehingga penonton lebih memilih untuk menjadi pendukung Raja.
Raja memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Berkali-kali dengan lincah ia mampu melewati track yang bagi beberapa pembalap junior seperti dirinya adalah track yang sangat sulit. Hal ini membuat pendukung Raja berteriak histeris. Saat akan melewati track terakhir, mata elangnya menuju ke sebelah kanan penonton. Ia mencari sosok yang sangat ia harapkan kehadirannya di event kali ini. Sontak saat telah menemukan posisi berdiri gadis yang ia cari-cari ia pun tersenyum lega. Tampan menunggu waktu lagi ia pun kembali memacu laju motornya dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Raja yakin, di event kali ini ia akan membawa lagi tropi utama seperti event sebelumnya. Semoga saja.
Kurang dari 10 menit Raja akhirnya berhasil melalui track yang sangat panjang dan sangat menantang adrenalin itu. Ia menjadi pembalap pertama melewati garis finish. Pendukungnya bersorak-sorak kegirangan meneriaki namanya. Lalu mereka berbondong-bondong menghampiri Raja yang sudah berada di pinggir lapangan. “Congratulation! You’re so great Raja!” puji seorang gadis pada Raja lalu menjabat tangan Raja. Raja tak bisa menyembunyikan senyuman nya saat gadis yang sangat ia kagumi itu memberikan ucapan selamat padanya. Namun di lain sisi ia tak bisa berkata apa-apa.
Lalu 15 menit setelah itu para pemenang menaiki podium, berfoto bersama lalu masing-masing pembalap diberikan tropi. Di tengah-tengah kebahagiaan Raja tak disangka seorang pemuda merasa iri dengan kebahagiaan dan prestasi Raja.
“Prak!” Raja menutup pelan pintu kamarnya, namun tetap membuat pintunya bersuara. Ia perlahan melepaskan jaket coklatnya lalu menggantungkannya ke gantungan yang berada di belakang pintu kamarnya. Sejenak ia menatap kamarnya. Kamar yang cukup luas. Bercatkan cream. Pada dinding kamarnya terdapat rak-rak berwarna coklat muda yang di atasnya penuh dengan koleksi piagam-piagam serta tropinya. Butuh perjuangan keras mendapatkan semua itu.
Dengan wajah yang sangat bahagia, di samping tropi event balapnya tahun lalu, ia taruh tropi yang baru tadi ia dapatkan. Kali ini tropinya lebih tinggi dan bagus dari tahun kemarin. Raja kembali menatap piagam-piagamnya. Ia sudah mengoleksi sepuluh piala. Dua diantaranya karena ia memenangkan event balap. Sedangkan sisanya ia dapatkan saat mengikuti festival band. Ia pernah mendapatkan penghargaan sebagai pemain drum terbaik, band terbaik, band terkeren, dan sebagainya.
Event balap sudah ia lalui. Beberapa minggu lagi ia akan mengikuti lomba festival band di kotanya tahun ini. Ia berharap keberuntungan masih tetap bersamanya. Raja menengadahkan tangannya dan perlahan mengucapkan harapan-harapannya. Ia yakin harapannya akan berterbangan bersama angin hingga tuhan mendengar lalu mengabulkan permintaannya.
Sebelum memutuskan untuk tidur, Raja meronggoh sesuatu yang ada di dalam sakunya. Saat ia telah menemukan apa yang ia inginkan, ia pun mengeluarkannya. Sejenak Raja asyik berkutat dengan SmarthPhonenya. Ia tampak sedang mengamati profil seseorang di sosial medianya. Senyumannya mengembang.
Setelah beberapa menit ia memutuskan untuk mengakhiri kegiatannya untuk menstalker gadis yang ia kagumi. Raja berbaring dan menatap langit-langit kamarnya. Hari ini adalah hari yang sangat berkesan untuknya. Terlebih lagi gadis itu hadir lagi di event balapnya. Tanpa ia sadari ia pun akhirnya terlelap dalam tidurnya. Tidur nyenyak hingga gadis yang ia kagumi merasuki mimpi indahnya.
“Kita mulai lagi ya! Yang semangat dong!” teriak Fabio, vokalis Legend Band menyemangati anggota bandnya di sela-sela hentakan musik yang sangat kencang. Beberapa kali ia mengomentari dan memberikan masukan agar bandnya akan tetap bertahan menduduki posisi teratas band terkeren di kotanya. Karena ia ingin mematahkan pendapat orang-orang bahwa band mereka hanya menjual tampang saja. Namun ia akan membuat mereka menyadari, bukan hanya anggota band ini yang tampan. Tetapi lagu, teknik serta hingga lagu yang mereka bawakan lebih baik daripada band yang lain.
“Ja, gimana kalo kia aransemen lagi lagu ini.” saran Fabio sambil mengarahkan Raja tentang aransemen musik yang ia maksudkan. Setelah berdiskusi panjang lebar, Raja pun menyetujui. “Lo harus tunjukin karisma lo Ja. Kali ini harus lebih dari tahun yang lalu! Gimana bro?” Raja mengancungi jempolnya pertanda setuju. Semangatnya sedang berkobar-kobar kali ini. “Time out dulu deh. Kita perlu istirahat sob.” ucapan Verdi membuat anggota bandnya setuju dan istirahat untuk sekedar minum dan melepaskan penatnya. Di sudut studio, Raja memilih untuk menghubungi seorang gadis.
To: Puja Apa kabar? Jangan lupa makan ya. I really love you
Raja mengetuk-ngetukan jarinya di layar SmarthPhonenya. Ia menunggu balasan pesan dari Puja. Ya! Gadis yang ia kagumi itu Puja. 15 menit berlalu. Namun pesan yang ia tunggu-tunggu belum juga masuk. Raja sempat menolak ajakan teman-temannya untuk latihan karna ia ingin menunggu pesan dari Puja dan langsung membalasnya. Tetapi hasilnya? Seperti biasanya, Puja dapat dikatakan sangat jarang untuk membalas pesan dari Raja.
Raja sudah berkali-kali menyatakan perasaannya pada Puja. Namun Puja menganggap Raja tidak serius dengan apa yang telah ia ucapkan. Raja tak pernah berhenti mengajar Puja. Namun Puja tetap saja tak mengerti. Raja seakan mengejar bayang-bayang mengingat betapa nihilnya usaha Raja. Namun entah mengapa, setelah Puja memperlakukan Raja seperti itu ia tetap memutuskan untuk bertahan. Hingga Puja akan memandangnya seorang.
“Udahlah Ja. Mending lo latihan daripada nunggu balasan pesan dari orang yang nggak menghargai lo sama sekali” nasehat Fabio merangkul pundak Raja dan mengajak Raja untuk berlatih lagi. “Gue harap lo fokus. Ini latihan terakhir kita, karena besok kita bakal bertempur habis-habisan. Gue yakin lo profesional dan nggak akan membawa masalah pribadi saat kita latihan” Raja bergeming. “Hari ini latihan terakhir kita. Gue berharap kalian semua fokus. Pertempuran sudah di ambang mata. Gue yakin, nggak ada satu pun di antara kita bakal mau diremehin pecinta musik lagi. Maka dari itu kita harus latihan bahkan wajib tampil habis-habisan untuk besok!” Fabio berusaha membakar semangat teman-temannya. Mereka pun melanjutkan latihan mereka dengan sepenuh hati, walaupun tidak dengan Raja. Fikirannya masih melayang-layang entah kemana.
To: Puja Gue bakal tampil hari ini di taman kota. Gue harap lo hadir. Hanya lo penyemangat gue.
Tanpa berfikir panjang lagi, Raja langsung menekan tombol send yang terdapat di layar SmarthPhonenya. Beberapa menit lagi ia akan tampil. Namun gadis yang ia tungu belum juga tampak batang hidungnya. Ia tak henti-hentinya berharap Puja akan datang.
Jantung Raja tak henti-hentinya berdetak kencang. Ia merasakan kekhawatiran berlebihan saat ia melirik jam tangannya dan Puja belum juga datang.
“Selanjutnya penampilan dari band terkeren di kota ini, yang tahun kemarin sudah mendapatkan peringkat pertama di festival band sebelumnya. Baiklah, kita sambut The Legend Band!” sorak penonton bergemuruh menyambut Legend Band tampil. Namun di antara sorak itu ada pula sorak mencomooh mereka. Namun semua itu tak membuat anggota Legend Band surut langkahnya. Mereka sempat berdoa sebelum akhirnya naik ke atas panggung. Raja yakin, di antara anggota lainnya ialah yang paling tidak fokus. Matanya terus saja mencari sosok Puja diantara kerumunan penonton. Fabio sebagai vokalis memberikan kode agar anggotanya memulai memainkan musiknya. Alunan musik lagu yang di populerkan oleh Bon Jovi yaitu Always langsung bersenandung. Siap nggak siap Raja harus fokus dalam menabuh drumnya jika tidak, semuanya akan kacau.
This romeo is bleeding, but you cant see his blood Its nothing but some feeling That his old dog kicked up
Suara khas Fabio mulai mengalun. Tak bisa di sutai lagi bahwa suaranya memang sangat merdu. Nyanyian Fabio entah mengapa sedikit menyinggung perasaan Raja. Namun ia tetap fokus menabuh drumnya.
Its been raining since you left me Now Im drowning in the flood You see I’ve always been a fighter But without you I give up
Now I cant sing a love song Like the way its meant to be Well I guuess Im not the good anymore But baby thats just me
And I will love you baby always And I be rhere forever and a day always I be there tll the stars dont shine Till the heavens burst and the words dont rhyme And I know when I die You be on my mind and I love you always
Di akhir lagu Raja membuat sedikit aktraksi dengan melempar stik drumnya. Ia telah berkali-kali berlatih sebelum ia melakukannya. Dan akhirnya ia dapat menangkapnya. Penonton bersorak melihat atraksi Raja. Dengan senyum andalannya ia membuat penonton cewek lebih berteriak histeris lagi. Setelah itu mereka menuju ke belakang panggung.
“Yang tadi keren banget bro!” ucap Fabio menepuk pundak Raja. Raja hanya membalas dengan senyum simpul. “Lo kenapa? Puja lagi?” pertanyaan Fabio membuat Raja menundukkan kepalanya. “Gue mau ketemu dia. Setidaknya untuk yang terakhir kalinya.” “Maksud lo?” “Udah lupain aja” ucap Raja ketus menjauhi posisi Fabio.
Raja memutuskan untuk menghubungi Puja. Sudah lebih dari sepuluh kali Raja menelepon dan kesebelas kalinya akhirnya Puja mengangkat telepon Raja. “Kamu di mana? Aku tunggu di sini.” Ucap Raja singkat lalu mematikan panggilannya.
Setelah setengah jam menunggu, orang yang Raja tunggu-tunggu pun akhirnya datang juga. Seperti biasa Puja memakai baju kaos lengan panjang dan celana levis panjang. Ia juga memakai sepatu biru kesayangannya. Senyum Raja perlahan mengembang. Saat Puja sampai di depan Raja, Raja pun bingung ia harus mengatakan apa. Saat di dekat Puja lidahnya terasa kelu, hingga ia hanya bisa diam dalam waktu yang lama. Lucu memang.
“Ngapain minta ketemu? Udah malam gini. Kayak nggak ada hari esok aja” Raja terdiam mendengar ucapan Puja. “Hm.. Aku mau bilang kalau..” sebelum ucapannya selesai Fabio dkk pun menghampiri mereka. “Eh ternyata lo di sini bro. Kami udah keliling dari tadi nyariin lo. Bentar lagi pengumumannya nih. Puja lo ikut kita-kita aja ya” ucap Verdi. Raja hanya bisa menghirup oksigen dalam-dalam. Apa yang ingin ia ucapkan lagi dan lagi tak kunjung tersampaikan. Ia benar-benar ingin mengungkapkan perasaannya sekali lagi. Hanya untuk sekali lagi.
Mereka pun akhirnya beranjak dari posisi mereka masing-masing. Raja memilih untuk berjalan di samping Puja. Perbincangan ringan pun terjadi di antara mereka. Lalu anggota Band Raja dan Puja memutuskan untuk mendengarkan pengumuman di belakang panggung.
“Perhatian semuanya. Kita akan dengarkan sebentar lagi hasil keputusan dari juri senior kita Vardia Ananda! Berikan tepuk tangan yang meriah!” tepuk tangan dan sorak-sorak penonton terdengar sampai ke belakang panggung. Hal ini menyebabkan Raja dkk deg-degan. Memang ini buka event pertama mereka. Namun jika mereka tak bisa mendapatkan posisi pertama pada malam hari ini maka popularitas mereka akan terancam. “Gue yakin Band kalian menang lagi.” Ucap Puja membuat anggota Band mengangguk-angguk ringan.
“Juara pertama festival Band tahun ini adalah… Ada yang tahu siapa pemenangnya kali ini?” Saat MC menanyakan hal tersebut kepada penonton, tak sedikit yang menyorakkan Legend Band. Namun ada pula yang meneriakkan nama Band lain. Hal ini membuat Raja dkk semakin gugup.
“Ya kalian benar! Legend Band! Di mohon agar anggota Legend Band naik ke atas panggung. Mendengar hal itu Raja dkk melompat-lompat kegirangan. “Kami menang lagi!” Raja reflek memegang tangan Puja saking senangnya. Puja pun tersenyum simpul. “Kita naik ke atas panggung dulu ya Puja. Tunggu Raja di sini.. Hahaha” Tawa Fabio membuat Raja menunduk malu. Sebelum naik ketas panggung Puja memberikan kepastian bahwa ia akan menunggu Raja sampai Raja turun dari atas panggung.
Raja merasakan Dejavu saat naik ke atas panggung. Tahun lalu ia juga di atas panggung ini dan hal yang sama terjadi. Dan lagi-lagi ia dan anggota bandnya menerima piala dan mengangkatnya tinggi-tinggi bersama temannya. Dejavu yang sangat manis.
Setelah menerima piala dan hadiah, Raja dkk bergegas turun dari atas panggung. Kebahagiaan mereka masih meluap-luap. Beberapa kali tampak Fabio tertawa-tawa kegirangan sendiri. Anggota band lain hanya bisa tertawa lepas melihat temannya yang satu ini.
Jam menunjukkan pukul 12 malam saat Raja melirik SmarthPhonenya. Mereka saat ini berada di depan kantor walikota. Raja meminta kepada teman-temannya agar mereka berfoto di depan kantor walikota yang renovasi gedungnya beberapa minggu yang lalu telah selesai. Gedung yang tampak hidup saat malam hari karna pemberian cahaya yang sangat banyak dan bagus.
“Gue mau foto sama Puja..” bisik Raja ke Fabio. Ia sedaritadi sangat ingin berfoto dengan Puja namun ia tak mampu mengatakannya. “Bilang aja ke Puja.. Jangan memperumit keadaan bro.. Cuma ngomong aja lo nggak bisa.. haduh..” “Gue nervous..” “Pake nervous-nervous segala.. Ntar lo nyesel loh nggak bisa foto sama dia..”
Raja membulatkan tekadnya untuk bisa meminta Puja agar mau berfoto dengannya. Raja sejenak melihat Puja di seberang jalan sedang membeli soft drink untuknya dan teman-temannya. Raja mengambil langkah sigap saat menyeberang. Puja melihat Raja menghampirinya. Ia tersenyum tipis. Namun saat Puja melihat ke sebelah timur jalan, ada mobil dengan kecepatan tinggi mengarah ke Raja. Puja beberapa kali teriak dan melambai-lambaikan tangan pertanda agar Raja mundur. Namun earphone yang berada di telinga Raja membuat Raja tak bisa mendengar apapun.
Sepersekian detik, mobil silver itu pun menabrak Raja. Lalu pergi begitu saja. Raja tergeletak tak berdaya di tengah-tengah jalan raya. Teman-temannya yang tadi sibuk memperhatikan foto-foto yang telah mereka ambil lalu bersegera menghampiri Raja. Tak terkecuali Puja. Air matanya menetes begitu deras. Ia memegang erat tangan Raja dan menggoyang-goyangkan tubuh Raja. “Ja bangun! Raja!” Puja memegang kepala Raja yang penuh darah. Kepala Raja terhempas dengan sangat kuat hingga darah sangat deras bercucuran. Puja terisak-isak. Setelah ambulance datang Puja memutuskan untuk menemani Raja di dalam ambulance.
Matahari telah terbenam di ufuk barat. Seorang gadis tampak menatap pantai dengan pandangan yang kosong. Pikirannya melayang entah kemana. Tetes demi tetes air mata membasahi pipinya. Sesegukan tangisnya terdengar lirih sangat lirih. Ada rasa penyesalan yang sangat dalam yang ia rasakan. Namun itu tak ada gunanya lagi.
“Sori Ja, hingga lo menutup mata pun gue belum sempat ngebalas sedikitpun. Gue nyesel. Penyesalan yang nggak ada gunanya lagi..” lirihnya di terbangi angin. “Kenangan tentang kita berdua pun gue nggak punya. Gue nggak punya apa-apa untuk mengenang lo..” semakin ia mencurahkan isi hatinya, semakin deras air mata mengalir. “Maaf.. Gue mencintai lo.. Tangis gue saat matahari terbenam ini semoga untuk yang terakhir kalinya.. Gue ikhlas..” ucapnya tersenyum lalu Puja perlahan berjalan menjauhi pantai. Sama seperti perlahan ia berusaha melupakan kesalahannya, melupakan semua rasa sakitnya. Ia berharap saat matahari terbenam di ufuk barat, semua lukanya pun ikut hilang pula. Walau matahari itu akan terbit keesokan harinya.
Cerpen Karangan: Henny Novia Hendri Blog / Facebook: Henny Novia Hendri Penulis bernama Henny Novia Hendri. Dengan nama pena Nohe. Penulis sudah memulai karirnya dalam dunia tulis menulis sejak ia duduk di Madrasah Ibtidaiyah Negri. Ia kini rutin menulis di koran daerah setiap bulannya. Kini ia sedang menempuh pendidikan di SMK-SMTI PADANG.