Aku berjalan memasuki bandara dengan lelaki yang di cafe itu, masuk ke dalam dan diperiksa barang-barang kita, lalu kita check-in dan membawa boarding pass. Setelah sudah melakukan semuanya aku dan dia menunggu di ruang tunggu, mengobrol sebentar untuk menunggu pengumuman.
‘Perhatian, pesawat xxxx tujuan ke Osaka akan segera berangkat, para penumpang dimohon untuk segera masuk ke dalam pesawat. Sekali lagi, pesawat xxxx tujuan ke Osaka akan segera berangkat, para penumpang dimohon untuk segera masuk ke dalam pesawat. Terimakasih.’
‘Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan xxxx dengan tujuan Osaka. Penerbangan ke Osaka akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dan 20 menit, dengan ketinggian jelajah 37 ribu kaki di atas permukaan air laut. Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan xxxx ini adalah pesawat tanpa asap rokok, sebelum lepas landas kami persilahkan kepada Anda untuk menegakan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka dihadapan Anda, mengencangkan sabuk pengaman, dan membuka penutup jendela. Atas nama xxxxx, kapten xxxxx dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama kami.’
Sebentar lagi pesawat ini akan lepas landas, sepertinya aku akan merindukan suara-suara bising di kota yang besar ini, tapi nanti di Osaka aku akan melakukan hal yang baru jadi mungkin ini akan sedikit mengubah keseharianku. Aku kencangkan sabuk pengamanku dan hanya tinggal menunggu pesawat ini terbang ke tempat lain.
Oh ya, lelaki itu duduk di tempat yang berbeda, kursinya ada di bagian tengah pesawat, sedangkan aku ada di bagian belakang, yang paling dekat dengan toilet dan lorong pesawat, itu akan memudahkanku jika aku ingin ke toilet.
Suara bising pesawat membuat pekak telingaku, aku tau pesawat ini akan terbang sebentar, aku mengatur nafasku agar tidak terlalu gugup, aku selalu merasa pusing saat pesawat sedang take off.
Aku bisa merasakan bagian pesawat ini mendongak ke atas dan terbang tinggi melawan gravitasi, menerobos awan-awan di langit malam yang tak bisa kulihat dari jendela pesawat, aku mengatur nafasku kembali, sudah lama aku tidak merasakan rasanya pesawat sedang take off, entah kapan terakhir kali aku naik pesawat waktu itu, sudah cukup lama mungkin.
Pesawat mulai stabil, mungkin sekarang sudah bisa membuka sabuk pengaman yang menahan ku daritadi, tapi aku tak bisa lihat apakah lampu peringatan sabuk pengaman itu sudah dimatikan atau masih hidup, ku bertanya kepada penumpang yang ada di sampingku dan katanya lampu peringatannya sudah dimatikan, aku membuka sabuk pengamanku. “huft leganya.”
‘Krek’ Hm? Apa aku tak salah dengar? Ada suara retakan kecil, dan itu berasal dari sisi dinding pesawat? Entahlah, mungkin itu perasaanku saja atau itu suara biasa yang sedikit mirip dengan suara retakan, lebih baik berpositif thinking dulu, ya kan?
Karena aku tak bisa melakukan apa-apa dan sekarang sudah waktu malam, aku pun menyempatkan sebentar untuk tidur, dan akan bangun disaat pesawat ini menyatakan akan segera mendarat.
15 menit kemudian… Aku terbangun disaat pesawat masih terbang seperti biasa, suasananya hening sekali, mungkin para penumpang lainnya sedang tidur, tiba-tiba aku merasa ingin membuang air kecil, aku beranjak dari kursi dan berjalan perlahan dengan bantuan tongkatku, semoga aku tak membangunkan penumpang lainnya.
Sepertinya aku cukup lama berada di wc, aku beranjak dari toilet dan menekan tombol wash disitu, dan mencuci tanganku dengan sabun. Sebelum aku membuka pintu toilet ada suara panik yang membuat tanganku terdiam, mereka berteriak panik dan berkata kalau bagian belakang pesawat ini retak dan akan terlepas.
Di toilet, aku merasakan guncangan yang sangat hebat, aku tersentak kaget, belum lagi suara kepanikan penumpang yang membuatku semakin gelisah dan sedikit panik. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Keluar dari toilet ini?
Tak ada pilihan lain, daripada menetap begitu saja lebih baik aku keluar dari toilet, aku menghentikan langkahku setelah ku keluar dari toilet karena perintah pramugari untuk tetap disana, semua penumpang histeris sekali karena hanya aku sendiri di bagian belakang pesawat yang sebentar lagi akan terlepas dari badan pesawat. Mereka berteriak sembari berkata kalau bagian atap pesawat akan terlepas dan retakan di lantai lorong pesawat memisahkan diriku dan penumpang dan pramugari lainnya yang sudah kabur duluan ke bagian tengah, suara deruan angin kencang yang membuat telinga ku penuh dan pekak.
Apa aku akan mendapatkan bantuan? Atau tetap disini menunggu sampai bagian belakang pesawat terlepas dan aku terjatuh bebas di ketinggian kurang lebih 37 ribu kaki dan terbanting di lautan? Bayangan kejadian itu membuat bulu kudukku merinding dan tubuhku bergetar ketakutan.
“Aku akan membantumu!” Suara seseorang yang membuat seluruh penumpang dan pramugari terdiam, kukenal suara itu, lelaki yang ada di cafe dan yang mengajakku pergi bersama ke tempat yang sama. Aku merasakan tanganku digenggam erat, dan tiba-tiba suara runtuhan yang membuat aku dan dia merasa melayang di udara, dan sayup suara penumpang yang berteriak kepada diriku dan dia yang berniat menolongku.
Terlambat, aku sudah terjatuh bebas dengannya… Di ketingian kurang lebih 37 ribu kaki, ini bisa dibilang sangat tinggi, aku terjatuh di malam hari, angin kencang membuat telingaku berdengung, tanganku masih memegang erat dengannya.
“Kamu gapapa?” tanyanya. “Gapapa, tapi kita jatuh, di ketinggian yang terlalu tinggi!” “Sekarang… Buka matamu!” Apa?! Yang benar saja?!
“Hey kamu gila ya?! Aku ini buta!” “Kau tak tau, kamu itu tidak buta dan tak pernah sama sekali buta!” Aku sudah kesal dengan lelaki ini yang beraninya menyuruhku seperti itu.
“Kenapa?! Kenapa aku harus buka mata?! Kalau pandanganku tetap saja gelap?!” “Kau bukan buta, kau trauma! Trauma dengan masa lalu dan dunia yang mengerikan bagimu!” Dadaku terasa sesak mendengar itu, mulutku yang ingin membantah bernyataan itu sekarang malah tidak bisa kubuka.
“Kamu trauma! Kamu terlalu takut dengan dunia ini! Dunia ini kau anggap menyeramkan bagimu, dunia ini rusak, mengerikan, kejam, dan hancur. Nyatanya ini bukan salah dunia, ini salah mereka yang hidup di atasnya!” Tak sengaja mataku mengeluarkan air mata yang selama ini tak pernah keluar lagi setelah kejadian masa lalu, yang dengan sengaja masuk ke dalam mimpiku di pagi tadi.
“Sebelum kamu tak ada kesempatan lagi, buka matamu! Lihat sekelilingmu!”
Aku terdiam sebentar, mencerna kalimat-kalimat yang dia katakan itu, jadi selama ini aku hidup di dunia gelap yang aku buat sendiri karena takut melihat dunia?
Ketakutan yang kupaksa pergi untuk saat ini, dengan berat aku membuka mataku perlahan-lahan, awalnya terlihat sangat buram…
Setelah melihat semuanya dengan jelas, aku merasakan emosi yang sudah tak pernah lagi kurasakan sebelumnya. Aku melihat ke atas, bulan dan cahaya bintang yang terlihat seperti manik-manik yang menjadi hiasan baju yang indah menyaksikan kami berdua yang terjatuh ke bawah, langit malam yang gelap, seperti yang kulihat saat aku tetap menutup mataku, bedanya ini dihiasan cahaya-cahaya kecil yang membuat pandanganku lebih jelas.
Aku melihat ke bawah, kita akan menembus daratan awan putih yang sangat besar, angin kencang yang menerbangkan rambut panjangku. Dan indahnya lagi, aku melihat sosok lelaki itu untuk pertama kalinya, wajah dan senyuman kecil yang dia tunjukkan kepadaku. Rasanya aku ingin menangis bahagia, sudah lama aku tak melihat rupa manusia seperti dia ini.
Setelah menembusnya, pemandangan semakin indah, aku bisa melihat lautan, dan suasana kota dari daratan yang sangat jauh dari ketinggian, berkelap-kelip, aku bersyukur bisa melihat ini dengannya, hanya saja aku tidak punya kesempatan lagi untuk melihat matahari yang biasanya memancarkan sinarnya dari atas dengan mataku, ya tak masalah, pemandangan ini saja sudah cukup bagiku. Hanya terdengar suara gemuruh angin karena kami berdua tak ada yang membuka suara sampai…
“Aishiteru” (Aku cinta kamu) Dia mengatakan itu, di sampingku, di langit ini, jatuh bersama di malam hari sembari menikmati pemandangan indah dari atas sebelum besoknya kita tidak bisa melihat dan merasakan fajar dari jendela kamar seperti biasanya. “Benarkah?” tanyaku sambil melihat ke arahnya, terlihat senyuman miris dan air matanya yang jatuh bersama dengan kita.
“Daisuki da yo! (aku suka banget sama kamu!), tapi semuanya sudah terlambat! kita akan jatuh dan mati! kalau aku menyatakan itu dari awal! mungkin kita masih bisa berjalan di taman sambil melihat bintang di atas pijakan bumi! Aku ingin kita bernyanyi bersama! Aku ingin kita berbahagia dan tertawa dan bercanda di dunia ini! Aku menyelamatkanmu karena aku tak ingin kamu pergi! Aku ingin kamu masih bisa berbahagia di dunia ini! Setelah aku menyatakan cinta, yang terjadi ialah kita jatuh dan akan mati bersama, aku gagal…”
Pernyataan dia yang selama ini dia simpan di dalam hatinya, lalu dikeluarkan di saat kita tidak akan memijak kaki di dunia lagi. Dia mengira dia gagal membuatku berbahagia di dunia ini, padahal pernyataannya sudah membuat aku makin menangis karena bahagia. Aku benar-benar bahagia, ini pertama kalinya aku merasakan kebahagian yang sangat menyentuh, kuusap air mataku dengan tangan satunya yang tidak memegang apa-apa.
“Tidak, kamu tidak gagal!” “Kita masih bisa bersama, besok kita sudah ada di atas langit, kita akan berjalan di antara bintang-bintang! Setelah ini kita akan bahagia dan tertawa di atas daratan awan putih!” “Kita jatuh bersama, menikmati pemandangan dunia ini bersama, dan akan tenggelam bersama, apa itu bukan hal yang romantis?!”
Sebentar lagi kami akan mendarat di lautan luas, kami mengeratkan pegangan tangan, dan membiarkan takdir membuat ending cerita kita di dunia ini.
“Watashi mo anatagasuki” (aku juga menyukaimu)
‘BYUR!!!’ Rasanya seperti menabrak beton berlapis-lapis, badanku rasanya ingin hancur, air laut mulai masuk ke seluruh badanku. Tak ada yang bisa aku lakukan lagi, aku tetap memegang tangannya, dan membiarkan dingin laut ini menusuk kulitku.
Kita berjanji, kita akan menikmati semua yang awalnya tak pernah kurasakan lagi dan yang belum pernah kita lalui bersama di hari esok hingga selamanya. Tak akan ada manusia yang melihat kita, kita akan berbahagia dan bebas, tapi tidak di dunia ini, kita sudah menemukan dunia yang lebih indah dari ini.
Tamat.
Cerpen Karangan: Nazahra