Bulan bersinar, Tatap aku, Genggam tanganku, Maka akan kubuat kau jadi yang paling spesial.
Legendanya berkata, jika di saat perayaan bulan purnama warna mata dua orang saling menyatu. Itu artinya kalian telah menemukan jodoh kalian.
Tapi.. Aku harap, aku tidak akan pernah bertemu jodohku.
“Celene! Kau kenapa sih?!” Gadis itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menahan segala amarah yang ingin ia keluarkan. “Ibu yang kenapa?” Celene berusaha mati-matian untuk tidak membentak seseorang di depannya. “Maksudmu?” “Ibu yang apa-apaan menjodohkanku dengan orang yang bukan jodohku?!” Habis sudah kesabaran Celene. Celene tidak mengerti dengan kemauan orangtuanya sendiri. Bagaimana bisa mereka menjodohkan anaknya sendiri dengan seseorang yang bukan jodohnya? “Huh?! Kau tidak suka? Jika saja kau bukan aib keluarga, ibu tidak akan pernah seperti ini!” Wanita peruh baya itu berbalik berteriak pada Celene. Sementara Celene hanya terdiam, mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, menahan isakan. Celene memilih untuk pergi ke dalam kamarnya, mengambil tasnya lalu pergi keluar. Menghiraukan teriakan ibunya yang terus memanggilnya.
Gadis dengan rambut sebahu itu menunduk sembari berjalan menyusuri jalanan yang mulai sepi karena sudah malam. Semua ucapan ibunya begitu menyakiti perasaannya, tapi Celene tidak bisa menyangkal. Karena benar, dia aib di keluarganya.
Gadis itu memilih untuk duduk di halte bus, memeluk tubuhnya erat karena dinginnya malam hari. Gadis itu menangis.. Sembari memeluk tubuhnya sendiri.
Andai dia tidak berbeda dengan yang lain.. Andai dia bisa memutar waktu.. Andai dia tidak bertemu dengan jodohnya. Celene terisak, mengutuk sang purnama yang begitu tak adil hanya padanya.
Semua keluhan ia tahan sendiri.. Hingga, sebuah tangan menyentuh pipinya, mengusap air mata yang jatuh membasahi pipinya. Celene mendongak, matanya melebar melihat sosok yang berdiri di depannya, lalu setelahnya semakin terisak.
Sosok itu memeluk Celene, membuat tangis gadis itu lebih keras lagi. Celene menerima pelukan itu, memeluk sosok itu dengan erat seolah takut kehilangan orang itu, lagi.
Dulu.. Celene sangat menyukai purnama. Karena saat purnama warna mata seseorang akan keluar, dan di saat itu mungkin kau akan bertemu dengan jodohmu, lalu warna mata kalian akan menyatu. Celene sangat menyukai purnama, apalagi saat melihat warna mata kedua orangtuanya menyatu saat purnama. Dan hal itu terjadi, saat dia berumur 16 tahun. Waktu itu purnama, dan Celene menemukannya, seseorang yang ia sebut sebagai Jodoh. Warna mata mereka bertemu dan menyatu. Celene tak akan pernah lupa bagaimana orang itu tersenyum padanya, bagaimana dia memeluknya Dan bagaimana perlakuan manisnya pada dirinya
Tapi.. Andai saja Celene tidak egois, dia tidak akan pergi meninggalkan Celene. Keegoisannya adalah alasan orang itu pergi dan alasan kenapa dia dianggap aib oleh keluarganya sendiri.
Andai saja Celene tidak memintanya datang ke rumahnya saat cuaca buruk waktu itu. Mungkin saja sekarang dia tidak akan pernah menderita secara fisik dan batin seperti ini.
Tapi Tuhan itu adil pada hambanya. Saat Celene berumur 20 tahun, dia bertemu dengannya, sosok yang selalu ia harapkan akan kembali lagi padanya. Awalnya dia pikir dia gila, tapi dia bisa merasakannya, merasakan pelukan hangatnya. Dia bisa merasakannya. Sayang.. Hanya dia yang bisa merasakan.
Benar, Celene bertemu dengan arwah jodohnya sendiri. Tapi bukannya takut, Celene malah menangis meraung-raung dalam dekapan sosok itu. Seperti sekarang, di halte yang sepi dan malam yang dingin. Sosok ini datang lalu mendekapnya, menyalurkan rasa hangat pada dirinya. Rasanya Celene sangat ingin memutar balik waktu, dan mencegah hal memilukan itu terjadi. Tapi itu hanya angan-angan yang tak akan pernah bisa terjadi.
“Celene..” Celene mendongak, Menatap sosok pria di depannya ini. Pria itu tersenyum tampan meski wajahnya sangat pucat. “Besok purnama, ingat?” Celene mengangguk. Pria itu mengusap rambut Celene sayang. “Ingin jalan-jalan berdua besok?” Celene mengangguk, dia hanya ingin sosok ini terus bersamanya, tidak apa jika dirinya disebut gila. Nyatanya saat pergi dulu, Celene sudah gila. “Ya..”
Purnama datang. Malam yang biasanya sepi kini menjadi ramai oleh orang-orang, mungkin karena sebagian dari mereka ingin mencari jodoh mereka.
Celene bisa melihat berbagai warna mata seseorang, dari yang berwarna glaucous, krimson, dan olive. Begitu banyak warna mata yang bersinar, tidak sepertinya yang mata warnanya begitu redup. Karena.. Warna matamu hanya akan bersinar terang pada jodohmu. Jika jodohmu meninggalkanmu, warna matamu akan redup selamanya. Miris memang..
Sampai di halte, Celene bisa melihat seseorang tengah tersenyum kearahnya. Sosok pria itu berdiri tepat di tengah jalan raya dengan senyum tulus. Tangannya terangkat, merentangkan tangannya seolah memanggil Celene untuk dipeluk. Tidak ada yang bisa melihatnya kecuali Celene. Celene terdiam, gadis itu tanpa sadar mengeluarkan air mata. Sepotong demi sepotong kenangan muncul di benaknya, kenangan dengan sosok didepannya.
Gadis itu menatap sosok itu tepat di matanya, dan saat itulah purnama menampakkan wujudnya. Bersinar terang tanpa ada awan yang menghalangi sinarnya. Semua orang bersorak, kericuhan terdengar, tapi Celene hanya bisa terfokus pada sosok di depannya. Warna mata mereka bertemu, menyatu menjadi satu. Celene mengingatnya, warna mata yang begitu indah berwarna fancy blue dan dirinya yang berwarna red diamond. Air matanya turun semakin deras, begitpula dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.
Perlahan, kaki gadis itu menginjak jalan raya. Mendekat kearah sosok pria yang masih setia merentangkan tangannya. Celene terus berjalan mendekat lalu perlahan jatuh dalam pelukan sosok itu.
Sosok itu melepas pelukan mereka, “Bulan bersinar..” Lalu menatap Celene tepat di matanya,
“Tatap mataku..” Menggenggam tangan Celene dengan sangat erat.
“Genggam tanganku.” Celene tersenyum, rasanya nyaman. Semua kebisingan itu perlahan lenyap dari indra pendengarnya.
“Maka akan kubuat kau jadi yang paling spesial.” Celene tersenyum, perlahan dia kembali memeluk sosok didepannya. Dan mereka berpelukan. Menghiraukan sorakan beberapa orang yang terus memanggil gadis itu..
Celene tidak perduli, di sini terlalu hangat. Dan pada akhirnya Tuhan pun masih sangat menyayangi hambanya, karena itu dia membawa Celene kembali pada pelukan orang yang begitu ia sayangi.
– fin.
Cerpen Karangan: Luna mint Blog / Facebook: GladysArlnt