Siang itu, aku bersama simpananku mengerjakan tugas bersama di rumahku. Sebelumnya bahkan kami sudah pernah HS (Having S*x) tanpa sepengetahuan pacarku. Singkat cerita kami mengerjakan tugas itu, dan tiba-tiba…
“Sayang?” “Kamu dimana? pesanku kok gak kamu bales?” “Nanti ketemuan yuk yank, aku tunggu ya”
Rentetan pesan singkat dari pacarku mengacaukan suasana. Aku yang sudah begitu malas menanggapinya, hingga kuputuskan bahwa aku tidak bisa menerima ajakan dari dia.
Keesokan harinya, akupun menyuruh simpananku untuk menyakiti pacarku. Simpananku mengiyakan perintahku. Entah mengapa terlintas pikiran sekotor ini di otakku waktu itu. Dan tibalah saatnya,
(Sudut pandang pacarku) 9 Juni 2018, adalah hari paling sial di hidupku. Betapa tidak sial? Aku diserang oleh orang yang mengaku sebagai simpanan pacarku, beserta 2 kawannya yang membantu. Aku pulang dengan fisik dan hati babak belur kala kuketahui fakta pahit ini. Sakit, sakit sekali. Diam-diam pacarku sendirilah yang ingin membuatku tiada. Sungguh tidak kusangka!
(Kembali ke cerita sudut pandang aku) Setelah kejadian penyerangan itu, aku didiamkan oleh pacarku seharian. Tanpa notifikasi apapun darinya sedikit membuatku khawatir. Ctingg! Sebuah pesan singkat dari pihak Rumah Sakit yang menyatakan bahwa telah ada seseorang yang bersedia mendonorkan jantung miliknya padaku. Yap! jantungku akan dioperasi besok. Jangan ditanya bagaimana perasaanku.
Keesokan harinya pukul 9 pagi aku disuruh ibuku untuk membelikannya bahan kue. Sesampainya disana langkahku terhenti. Penglihatanku menangkap sosok sejoli yang kini tengah berciuman di taman dekat toko bahan kue. Karena jiwa penasaranku yang tinggi kuputuskan untuk mendekati mereka. Kuamati dari kejauhan, dan tiada kusangka ternyata salah satu dari mereka adalah simpananku!
Tanpa basa basi langsung kuhampiri mereka dan tamparan keras kudaratkan di pipi simpananku. Aku kecewa bukan main mengetahui hal ini.
“Kita berakhir disini!”, aku padanya “Yaudah, aku udah ada gantinya kok!”, balas dia
Sakit sekali mendengarnya. Memang sengaja tak kuhiraukan balasannya, aku segera menyelesaikan perintah ibuku dan langsung pulang. Aku melamun di perjalanan. Perlahan aku mengerti bagaimana perasaan pacarku kala itu, pasti sama atau bahkan lebih sakit dari apa yang kurasakan kini.
Sore sudah menunjukkan pukul 3, aku bergegas pergi ke Rumah Sakit untuk operasi jantung. Aku memesan sebuah mobil melalui aplikasi ojek online yang kupunya. Selama perjalanan, sengaja kuputar lagu untuk mengusir sedihku. Usaha yang sedikit meringankan beban hati rupanya. 10 menit kemudian aku telah tiba di Rumah Sakit dan aku segera berjalan ke ruangan tempat dimana pelaksanaan operasi jantung itu berada. Rupanya, ruangan itu terkunci.
Setelah agak lama aku duduk di bangku depan, dokter memanggilku untuk masuk.
“Atas nama Tasya Firdania?”, tanya dokter itu “Iya dokter”, jawabku “Silakan masuk, tim kami sudah siap mengoperasi Anda”, sambutnya
Akupun masuk dan berbaring di sebuah papan empuk tempatku dioperasi. Dokter menyuntikkan cairan anestesi ke tubuhku, dan setelahnya akupun terpejam lama.
Operasi berjalan dengan lancar. Aku mulai merasa seperti bergairah seperti sedia kala dengan jantung baruku ini. Tetapi ada satu pertanyaan yang sedari tadi kupendam. “Sebenarnya.. siapa yang udah donorin jantung ini ke aku? Kenapa dokter gak kasih tau aku ya”, batinku. Rasanya aneh saja. Aku menerima jantung tapi aku tak tau dari siapa. Ah sudahlah, biarkan saja.
Waktu terus berlalu. Pacarku sudah lama tak menghubungiku. Aku merasa ada yang ganjil dengannya. Aku mulai mencari keberadaannya, via pesan singkat bahkan kutanyai setiap teman-temannya yang sekiranya tahu akan keberadaannya sekarang. Tapi semua usahaku tak membuahkan hasil. Hingga akhirnya, kebenaran itu datang dengan sendirinya.
(Suatu siang di ruang keluarga) “Nak, mama mau ngasih tau kamu 1 hal. Tapi mama minta tolong ya, kamu jangan sedih dengernya”, mamaku tiba-tiba duduk di sebelahku “Iya ma. Apa itu?”, tanyaku penasaran “Kamu sebenarnya masih mencari keberadaan pacarmu sampe sekarang ‘kan?”, mama memastikan “Iya sih ma, apa mama tau dimana dia sekarang?”, aku mulai bingung “Sebenarnya.. raga dan jiwanya sudah bersemayam di sini”, mama menunjuk letak jantungku berada “Maksud mama apa? Dia yang udah ndonorin jantungnya ke aku?!”, aku semakin histeris “Iya.. maaf ya nak, mama baru bilang sekarang. Mama nunggu waktu yang tepat”, aku mama “MAMAAAA! INI GAK MUNGKIN”,
Dan suasana hening seketika. Tubuhku roboh setelah mendengar semua pengakuan mama barusan. Sontak mama memanggil papa untuk segera membopongku ke kasur. 10 menit lamanya, akupun siuman. Kepalaku sakit mengingat apa yang telah mama jabarkan tadi.
“Sayang, udah bangun ya”, mama tiba-tiba masuk ke kamarku “Iya ma”, jawabku “Ya sudah, gimana badanmu sekarang? Mendingan ‘kan?”, mama memastikan “Lumayan, cuma aku agak pusing aja”, jawabku
Kemudian mama menyarankanku untuk mengolesi minyak angin di pelipis. Setelah kondisinya sudah agak lebih baik, akupun mencoba bertanya lagi ke mama.
“Ma, aku mau tanya. Masih berkaitan sih sama yang tadi. Apa alasan dia bersedia mendonorkan jantungnya dia ke aku? Dan kenapa mama menerima begitu saja?”, tanyaku serius “Oh.. waktu itu mama lagi pulang kerja, terus ada pengeroyokan di deket lapangan, dan warga berkerumun memadati lokasi. Ada salah seorang warga yang melerai aksi mereka. Yaudah, salah satu dari mereka dilarikan ke Rumah Sakit dan kondisinya kritis. Lalu entah bagaimana kebetulan atau tidak, besoknya setelah kejadian itu kamu akan dioperasi di Rumah Sakit yang sama dengan tempat dia dirawat inap. Karena kondisinya mendesak banget dan dokter sudah kehabisan donor jantung, akhirnya gak ada jalan lain dokter membedah salah satu pasien yang kritis untuk dijadikan donor untukmu. Dan tentunya sudah ada persetujuan dari pihak orangtua pasien itu, meskipun berat mereka melepas anaknya untuk dijadikan pendonor. Tapi gak ada jalan lain, sayangku. Maafkan mama, mama juga terpaksa menyetujui karena keadaan yang sangat genting waktu itu”, mama menjelaskan panjang lebar padaku
Aku yang mendengar semuanya langsung terdiam. Tak habis pikir, mengapa semua bisa terjadi padaku. Seolah ini semua hanya mimpi, namun bukan. Sesak rasanya mendengar kebenaran meluncur dari mulut mama. Bersamaan dengan itu, aku sangat merasa bersalah atas kejadian ini. Aku benar-benar muak dengan diriku sendiri. Ini tak adil untuknya. Dia sudah sakit karenaku ditambah harus mengorbankan nyawanya demi aku. Sesalku tiada berguna.
“Maafkan aku untuk semua ini, sayang. Terimakasih jantungnya. Kapanpun aku akan selalu mengingat kebaikanmu. Semoga kau tenang di sana.”
Cerpen Karangan: Sasha Amalia Blog / Facebook: Sasha Amalia
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 26 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com