Berita itu pun kini sudah sampai di telinga Niken, bahwa kekasihnya, Rio, mengalami kecelakaan di jalan perempatan Sirandu, Kota Pemalang. Niken yang sedang mengerjakan tugas UAS di rumah salah satu temannya yang bernama Tety pun kaget, ketika ditelepon via Wa melalui salah satu teman Rio, yaitu Zidan.
“Ken, aku mau kasih Info ini ke kamu, tapi kamu jangan kaget yah” Ucap Zidan dengan ketakutan kepada Niken “Memang ada apa Dan, insya Allah aku tidak apa-apa mendengarnya, kayaknya urgent banget ” “Rio Ken, berada di Rumah Sakit Ashari karena kecelakaan, dan sedang tidak sadarkan diri” Niken yang ketika itu masih sibuk mengerjakan tugas UAS pun seketika itu kaget, tidak percaya, kalau Rio mengalami kecelakaan “Innalillahi, Ya Allah, ok Dan, aku segera kesana sama Tety, aku soalnya tadi sedang mengerjakan tugas UAS di rumah Tety, dan aku minta Rio untuk memakai motorku, jadi aku tadi pulang sekolah jalan kaki. Ya Allah aku tidak nyangka kalau terjadi seperti ini, ini semua salahku, aku minta maaf ke kamu ya Dan”. Jawab Niken dengan menyalahkan diri sendiri “Astaghfirullah Ken, tidak ada yang patut disalahkan, ini semua sudah takdir Allah, aku bisa mengerti kok semua ini, yang penting sekarang kamu ke rumah sakit segera, ok, aku tunggu, Assalamualaikum.” Pinta Zidan sambil mengakhiri percakapannya lewat Call di Wa. “Waalaikumsalam, baik Dan”. Ucap Niken sambil menutup telepon Via Wa dari Zidan
Tety pun tidak sengaja mendengar percakapan Niken dengan Zidan, lalu diapun menenangkan Niken “Ya Allah Niken, kamu yang sabar Ken, aku juga minta maaf, seperti sudah bersalah sama kamu.” “Tidak apa-apa ko ti, kamu juga menyalahkan diri kamu sendiri, ini memang sudah takdir Allah. Ayo kita segera ke Rumah Sakit Ashari.” pinta Niken dengan segera diiyakan oleh Tety.
Namun sungguh disayangkan, setelah Niken dan Tety sampai di Rumah Sakit Ashari, Rio sudah dibawa ke kamar jenazah. Niken seketika itu langsung pingsan seakan tak percaya, ternyata satu minggu kemarin adalah pertemuan terakhir dengan Rio. Rio meninggal dunia karena kehabisan darah sebelum ia dirawat di R.S Ashari beberapa menit saja.
“Saya minta maaf ya Ken, tidak bisa pergi ke pemakamannya Rio, karena saya masih ada urusan dengan keluarga di rumah. mohon maaf sebelumnya ” “ok tidak apa-apa, aku nanti sama Tety mungkin kesana.” Niken menutup teleponya dengan sedikit menghela nafas karena tidak percaya bahwa dita ternyata tidak bisa menemaninya ke pemakaman Rio. “Aku benar-benar tidak percaya kenapa dia bisa seperti itu, berarti mungkin dugaanku benar, dia tidak cinta sama Rio.” gumam niken dalam hatinya. Ia tidak percaya kalau sahabatnya bisa mempunyai alasan klasik seperti itu.
Niken lalu akhirnya menelepon ke teman lainnya, yaitu tety. Ia adalah teman akrab sejak SMP. “ok aku bisa ko, kamu yang sabar ya ken, jangan menangis lagi, ok! Tenangin dirimu.” ujar tety menenangkan niken.
Sesampainya di pemakaman, Niken pun masih terus menangis sesenggukan sambil memeluk Tety. “Rio, aku minta maaf, aku dalam hal ini merasa bersalah sama kamu, karena saya meminta kamu untuk memakai motorku, seharusnya aku yang ada disini, bukan kamu sayang”. “Istighfar ken, ingat! Setiap air mata yang kita teteskan sampai jatuh kebawah akan menjadi beban dia selama di alam kubur.” ujar tety menyadarkan niken. Lalu niken beristighfar karena ia tidak sadar kalau dia menangis sesenggukan dihadapan makam sang kekasih, Rio. “Aku benar-benar tidak akan memaafkan perbuatan orang yang sudah mencelakai Rio, kalau perlu, aku janji, jika terbukti bersalah, aku akan laporkan ia ke polisi”. “Astagfirullah Ken, kamu jangan seperti ini, ingat, tidak baik, untuk balas dendam, tolong ikhlaskanlah Ia, dia tidak akan tenang, kalau kamu masih seperti ini”. Ujar Tety menenangkan Niken “Tety, kamu tau tidak, kenapa Dita tidak bisa pergi ke pemakaman Rio, aku merasa, dia hanya cari alasan?”. Ujar Niken kepada Tety, dan membuat Tety sedikit memincingkan mata karena tanggapanya tidak ia gubris. “Ken, kenapa membahas Dita? Sudahlah, mungkin dia sedang ada acara keluarga”. Dalam hatinya Tety, ia merasa bahwa Dita mungkin hanya pura-pura tidak bisa menemani Niken ke pemakaman Rio, karena sejauh yang ia tahu, Dita pernah berpacaran sama Rio, sebelum Niken kenal dengan Dita waktu SMA kelas 10.
Niken sekarang sudah mulai berubah dari kelakuan yang glamour ke kelakuan yang syar’i. Dia sekarang ingin menjadi seorang wanita yang benar benar menambatkan hatinya dan menggantungkan hatinya kepada Allah, dan dia tidak ingin berpacaran dulu. Yaa, itu ternyata adalah wasiat dari Almarhum Rio kepadanya dengan menulis surat untuk Niken agar ia berubah dari yang glamour ke kehidupan yang lebih Islami.
“Bu, Niken mau pergi ke rumah Isty dulu bu, nanti pulangnya aku bawain martabak telor kesukaan ibu deh.” bujuk Niken kepada ibunya agar ibunya mengijinkan dia ke rumah temennya Isty. “Kamu ini ya, pasti selalu seperti itu ke ibu, ya… yaa.. kamu boleh pergi, tapi ingat jangan pernah ngebut bawa motornya, dan selalu baca sholawat atas Nabi dalam perjalanan, ok!” pinta ibunya Niken kepada anaknya yang selalu manja dengannya. “Ya bu, itu sudah pasti, ibu tenang aja, Allah pasti jaga Niken”. “Waitt, ibu liat ada yang beda deh dari kamu, tumben sekali kamu pakai hijabnya seperti itu?” tanya ibu Niken heran dengan perubahan anaknya. “Ya bu, Niken ingin hijrah, dan Niken janji tidak akan cari cowok dulu, Niken fokus sama pendidikan dulu bu.” “Alhamdulillah, semoga selalu istiqomah ya nak, jangan dengarin omongan orang lain tentang kamu, abaikan saja, mereka hanya ingin kamu kembali kejalan yang tidak di Ridhoi Allah.” pinta ibunya Niken dengan memeluk Niken dengan penuh rasa sayang “Ya bu, doain Niken selalu ya, mudah mudahan Allah Ridho, atas apa yang Niken niatkan.” “Aaamiin, ibu selalu doain yang terbaik untukmu nak” ujar ibunya Niken sambil mencium kedua lesung pipinya yang semakin hari semakin tembem karena banyak makan
“Aku janji, akan merubah perilaku mulai dari sekarang, tenang sayang, wasiat kamu, akan aku laksanakan dengan ikhlas, agar kamu tenang di alam sana” Gumam Niken dalam hatinya sambil menuju ke rumah Isti, salah satu saudara almarhum Rio
Satu minggu sebelum Rio meninggal, Niken diajak Rio piknik ke Kebun Teh yang tempatnya di Moga Pemalang. Mereka berdua pergi kesana dengan menggunakan mobil avanza keluaran terbaru yang dimiliki oleh Niken.
“Sayang, kamu senang kan, kita akan ke perkebunan teh yang di Moga Pemalang, ini keinginan kamu dari dulu kita pacaran kan”. “Pastinya sayang, makasih yah, ini, kunci mobilku, kamu tidak ingin masuk dulu gitu, walaupun orangtuaku sedang pergi ke pasar?” “Tidak perlu, aku sudah bawa bekal minuman dan makanan kok untuk kita nanti di jalan dan disana”. “Ok, kita lets go sekarang say, hati-hati ya, nyetir mobilnya, jangan ceroboh”. “Pasti, ayoo!”
Sesampainya di kebuh teh, mereka berdua berswa foto di antara indahnya pemandangan kebun teh. Niken senang bisa terwujud keinginannya di hari jadi dia dengan Rio pergi ke tempat wisata tersebut. “Ken, aku akan kasih sesuatu ke kamu, kamu tutup mata coba”. Pinta Rio kepada Niken karena ia ingin memberikan kado hari jadian ke Niken. Niken pun lalu menutup matanya “Hmm, apa si kira-kira, kok aku jadi merinding, hehe”. Niken pun penasaran dengan apa yang ingin Rio berikan
“kalau aku bilang buka, ya kamu harus buka, ok.. aku hitung mundur dari tiga… dua… satu… buka mata kamu.” Niken pun membuka matanya dan ia terpana dan kaget dengan Rio. Rio ternyata dari belakang mengalungkan kalung liontin ke leher Niken, dan sempat membuat Niken geli. Dia tidak menyangka, Rio memberikan kalung liontin kesukaan Niken ketika Niken dan Rio tidak sengaja melihat liontin yang sangat indah dan mahal di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Pemalang. “Ya ampun sayang, ini kamu berikan untukku??” “Ya sayang, itu aku beli dari hasil usahaku sendiri, jadi kamu simpan baik-baik ya, jangan sampai hilang.” Pinta Rio agar niken selalu menjaga kalung liontin yang ia berikan “Pasti sayang, aku akan selalu jaga kalung liontin ini, terima kasih ya, sudah rela-rela beliin aku kalung liontin semewah ini, aku senang sekali hari ini” “Sama-sama sayang, dan oh ya, ada satu lagi yang aku ingin kasihkan dan kamu harus ingat benda yang satu ini, ok”. “Apa lagi sayang, kayaknya ngerepotin ini”. Canda Niken ke Rio karena ternyata ia akan diberikan lagi hadiah “Kamu bagaimana sih sayang, ya tidak ngerepotin kamu lah, ini kan hasil usahaku sendiri. Ok”. “Ok.. ok..”
Cerpen Karangan: Mukhammad Ar Blog / Facebook: Riskitarita
Bionarasi Nama: Mukhammad Abdurrouf Ttl: Pemalang, 5 Desember 1993 Alamat Sosmed: -FB: riskitarita -IG: Riskirouv737 -Wattpad: @RiskitaPratamaNK
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 31 Juli 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com