“Hideki!” Penglihatan Kaede tak salah. Pasien itu adalah Hideki. “Hideki! Bangun!” Mata lelaki yang dipanggil itu membuka sedikit, kesadarannya masih belum stabil, samar-samar melihat wanita yang selalu menunggunya pulang, wanita yang ingin ia temui.
“Hideki! Hideki!” “Kaede, tenanglah dulu, dia baik-baik saja, dia pasti bisa diselamatkan,” kata Dr. Makoto yang langsung masuk ke sebuah ruangan dan perawat yang tadi mengantar pasien menutup ruangan itu. Kaede yang tak percaya dengan semua ini tiba-tiba merasa dadanya sangat nyeri.
“Kaede! Tenanglah, kamu gapapa kan?” tanya perawat yang tadi menemaninya. Kata ‘gapapa’ tidak ada di tubuh Kaede, dadanya terasa nyeri, keringat dingin mulai membasahi badannya, kepalanya terasa pitam, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit, dia terjatuh dan pandangannya menjadi samar-samar.
“Kaede!” Suara yang daritadi memanggilnya, dia tak sanggup menjawabnya lagi, kegelapan menjadi pemandangannya sekarang, dia tenggelam, tenggelam di kegelapan itu lagi. “Hideki, ini sakit, aku masih ingin hidup…”
—
“Namamu Kaede? Nama yang bagus.” “Aku Hideki, mau membaca buku-bukuku?” “Kaede, ternyata kamu pintar juga ya.” “Kaede, makanlah yang banyak, jangan buang-buang makanan!” “Jangan bolos minum obat, kasihan jantungmu itu.” “Kaede, ini buku untukmu, kalau sering membaca kamu jadi lebih pintar.” “Kaede! Aku berhasil! Aku dapat beasiswa!” “Aku janji bakal mengirim kabar untuk mu.” “Kaede, kau suka daun maple? Aku akan mengirim itu dengan suratku nanti.” “Kaede, kapan kamu sembuh?” “Kaede, kamu layak mendapat kehidupan normal yang semestinya.” “Kaede, maukah kuberikan jantung untukmu?” “Kaede…”
Mata Kaede perlahan membuka walau dia menutupnya sebentar karna cahaya ruangan yang mendadak menyerang matanya, terasa perih.
Disaat mata Kaede sudah terbiasa dengan cahaya yang masuk ke matanya itu, dia melihat sekeliling, nampak seorang perawat yang terkejut lalu dan keluar dari ruang kamar rawatnya. “Kaede sudah sadar!” kata perawat itu kepada perawat lainnya.
Dr. Makoto langsung masuk ke ruang rawatnya Kaede. “Bagaimana Kaede? Sudah lebih baik?” tanya Dr. Makoto sambil mengecek keadaan Kaede. “Dok, bagaimana kabar Hideki?” Kaede merasa hal tak enak saat suasana dari dokter itu berubah, mukanya berubah menjadi masam, mulutnya ragu untuk berbicara. Sudah kemana-mana pikiran Kaede saat ini, namun dia menahannya.
“Disaat kamu koma, dia sempat tak sadarkan diri tapi sekitar 20 menit kemudian dia sudah sadar, namun kondisinya sudah sangat parah, saya tak yakin dia akan baik-baik saja setelah itu, lalu beberapa jam kemudian, perawat mendatangi saya dan menyuruh untuk pergi ke kamar pasien Hideki, saat saya sampai di kamarnya dia sudah tak terbangun lagi, dan saya menemukan sebuah tulisan kertas darinya.”
Dr. Makoto memberikan tulisan kertas itu kepada Kaede, ia bisa merasa tangan dokter itu gemetaran.
‘Dok, jangan merepotkan dokter, aku akan dibawa oleh Tuhan, berikan jantungku untuknya, dia sudah berjuang terlalu keras, berikan kotak berwarna coklat itu padanya. Dan ada surat terakhir dariku untuknya, jangan khawatir, aku sudah ikhlas, terima kasih dokter, kamu menyelamatkannya disaat dia butuh bantuan 5 tahun yang lalu, aku pamit.’
Benar, kehidupan Kaede berubah disaat matanya terbuka.
“Dokter, ini bercanda kan?” “Dia masih hidup, dia sudah ada di dalam dirimu, itu jantungnya.”
Mata Kaede terasa mendidih, dia baru membuka mata dari komanya dan semua kehidupan yang ada di pandangannya berubah, semuanya berubah. Dia menyuruh Kaede sebagai tokoh utama untuk menggantikan tokoh utama yang sebenarnya, Hideki untuk mengisi kehidupan lelaki itu.
“Hideki menyuruhku memberikan ini untukmu.” Dokter itu memberikan kotak berwarna coklat dan secarik surat. “Oh ya, ini hari ulang tahunmu, selamat ulang tahun ya.” Dr. Makoto beranjak dari kursi di samping ranjang dan berjalan keluar dari ruangan itu, terasa sepi dan sesak.
Dengan perlahan Kaede membuka surat itu dan berharap tak ada satu huruf pun yang hilang dari isi surat itu karna dia membuka dengan berhati-hati.
‘Kaede, ini Hidekimu.
Jangan menganggap kamu telah merepotkan aku, ini karna saat aku bersama kamu, seluruh hidup kita terasa lengkap.
Kita sudah melengkapi dari awal, hidup kita sama-sama terasa sepi, orangtua kita meninggal, kita berdua anak yang cukup pintar, kita berdua punya impian yang cukup besar, tapi bedanya aku dengan mudah belajar dan mendapat impian, dan kamu tetap terbaring di ranjang membaca buku yang kupinjam dari perpustakaan dan karna penyakitmu kamu tak bisa menggapai impianmu lagi.
Aku sudah menemuimu, disaat aku dibawa ke sebuah ruangan setelah kecelakaan, aku melihat kamu yang terlihat berbeda dari sebelumnya, kamu sudah besar Kaede, kamu sangat luar biasa karna bertahan dua tahun tanpa adanya aku di samping.
Disaat sadar, aku sudah paham keadaan ini, Tuhan sedang membuat rencana dengan malaikat maut untuk menghampiriku, aku tak ingin pergi dari dunia tanpa memberikan apapun untukmu agar kamu tetap bertahap hidup di sini, mungkin memberimu jantung lebih baik.
Kamu sudah berjuang Kaede, sekarang nikmati kehidupan normalmu, banyaklah belajar, gapai impianmu, atau kalau bisa masuklah ke universitas, atau carilah pekerjaan yang cocok denganmu, buatlah sesuatu, pergi kemana saja kamu mau, berteman dengan siapa yang baik untukmu, carilah pasangan yang tepat, isi kehidupanmu dengan sebaik-baiknya, Kaede.
Aku selalu ada di dalam dirimu, aku selalu berdetak di dalam tubuhmu, aku akan membuat aliran darahmu mengalir dengan lancar, dan kamu bisa bernafas dengan legah.
Dengan surat terakhir ini, kuberikan kehidupanku kepadamu, terimakasih pernah melengkapi hidupku, sekarang aku akan membuat kehidupanmu lebih lengkap. Dan untuk sekarang, aku tak sibuk apapun, dan silahkan anggap aku adalah pacarmu, aku tau kamu jatuh cinta kan?
Memang terlambat tapi gapapa, aku selalu ada di dalam dirimu, jaga baik-baik jantungku ya, selama ulang tahun ke 20 tahun, dan selamat menikmati kehidupan normal barumu.
Dari Hideki, yang ada di dalam dirimu, selamanya dan selalu.’
Kaede memegang dadanya, dia merasa jantungnya- tidak, jantung Hideki berdetak dengan kencang dalam tubuhnya, Kaede tak merasa sesak lagi, tapi air matanya tak berhenti mengalir karna kehidupannya benar-benar berubah sekarang.
Dia membuka kotak coklat itu dan isinya adalah sebuah ponsel yang cukup mahal, foto-foto mereka dari SMA hingga perpisahan mereka, lampu hias yang membentuk tulisan ‘Enjoy your life, Kaede-chan,’ dan dua daun maple.
Sekarang, 101 daun maple dari janji Hideki sudah di tangan Kaede. Dia menggenggam surat itu begitu erat di dadanya, Hideki yang sudah tau nyawanya akan melayang, langsung meminta dokter untuk memberikan jantungnya untuk Kaede, dan dia akan selalu ada di sana, di dalam tubuh Kaede.
“Enjoy your new life too, Hideki.”
Cerpen Karangan: Nazahra
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 16 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com