Awal mula ketika saya masih menjadi seorang anak yang nakal. Ketika itu saya sering kali membuat masalah. Entah itu berantem, memalak orang, hingga menjahili orang orang di sekitar. Orangtuaku tak pernah bosan menasehatiku, namum memang pada dasarnya sayanya aja yang susah diatur.
Pada suatu hari, saya terkena sebuah penyakit paru-paru. Itu semua akibat saya suka begadang dan merokok. Disitu saya sadar bahwa orangtua saya sangat peduli sekali sama saya. Mereka merawatku tanpa lelah. Hari demi hari, penyakit saya semakin parah. Saya batuk terus menerus sampai mengeluarkan banyak darah. Orangtuaku segera membawaku ke rumah sakit. Dan begitu terkejutnya saya mendengar dokter yang sedang berbisik bahwa umur saya ga akan lama lagi, karena paru-paru saya sudah tinggal setengah dan penuh dengan cairan.
Semenjak mendengar kata-kata dokter itu, setiap hari saya selalu melamun. Membayangkan apa rasanya kematian dan bagaimana nanti setelah mati itu. Takut… Saya sangat takut sekali… Orangtuaku selalu menyemangatiku untuk selalu minum obat, bahkan bisa memarahiku kalau saya telat minum obat.
Hari demi hari saya bulak balik ke rumah sakit. Namun, saya menemui seorang penderita penyakit yang sama denganku. Dia seorang perempuan sederhana dan manis. Tapi ternyata dia memiliki penyakit paru-paru yang lebih parah dari yang saya alami. Orangtua kami saling berbincang satu sama lain. Lalu saya dan dia pun mulai berkenalan dan juga ngobrol bersama. Ketika itu saya menanyakan alamat rumahnya, lalu dia kasih tau ke saya alamat rumahnya, ternyata lokasinya ga terlalu jauh dari rumah saya.
Minggu ke minggu pun berlalu, tapi penyakit saya tak kunjung membaik. Tapi semenjak ada perempuan itu, saya ga patah semangat untuk hidup. Ternyata ada yang lebih parah dari saya. Hampir setiap hari saya berkunjung ke rumahnya. Disambut manis sama orangtuanya. Orangtuanya sangat baik kepada saya, seakan saya ini adalah anaknya. Setelah 3 bulan kenalan dengannya, kemudian saya memberanikan diri untuk bilang kalau saya suka sama dia. Saya sangat menyukainya. Dan allhamdulillah cinta saya diterimanya. Kami sering ngobrol ngobrol di teras rumahnya.
Hari demi hari, tepatnya sudah mau 2 bulan kita jadian, kondisi dia semakin memburuk. Dia batuk terus menerus lalu mengeluarkan darah. Hingga akhirnya dia tiba-tiba jatuh dan tidak sadarkan diri. Pikiran saya langsung kacau, saya membayangkan kalau saya pasti nanti akan seperti itu juga.
Saya menunggu di rumah sakit sampai sore, Pukul 6 lewat sore, dia mulai koma. Lalu sekitar jam 7-an dokter keluar, dan dia berkata kalau nyawa Hani sudah ga bisa diselamatkan lagi. Saya ketika mendengar kata-kata dokter itu pun syok. Kedua orangtuanya menangis histeris begitu pun saya.
3 hari kemudian. Saya masih saja belum bisa berhenti menangis. Ketika saya sedang kosong, saya menangis. Saya selalu teringat ketika kami pacaran, tertawa bersama, main game bersama, nonton anime bersama. Bahkan batuk pun suka bersamaan. Ketika itu kami suka tertawa jika kami batuk secara bersamaan. Entahlah, ketika tertawa bersamanya seakan kami berdua bukanlah sepasang kekasih penyakitan, melainkan sepasang kekasih yang normal pada umumnya.
Setiap hari saya pergi ke kuburannya. Surat al fatihah dan al ikhlas tak lupa untuknya. Semenjak sepeninggalannya saya bertekad untuk tetap hidup, dan selalu mengirimkan doa untuknya. Saya sadar, mungkin ini ujian dari Allah. Dan saya harus selalu mengambil hikmahnya atas semua kejadian ini.
Sudah hampir setahun saya minum obat dan alhasil kondisi saya membaik. Paru-paru saya kembali utuh. Cairan di paru-paru saya mulai menyusut. Beberapa bulan kemudian saya dinyatakan sembuh dari penyakit paru-paru. Saya merasa kalau saya ini manusia paling beruntung. Semenjak saya dinyatakan sembuh, saya langsung pergi ke kuburan pacar saya yang bernama Hanifah alias Hani. Saya bilang di atas kuburannya kalau saya dinyatakan sembuh. Saya merasa sangat senang. Saya teringat akan kata dia, “Ayo semangat!!!”. Dan ketika itu saya menangis. Ya, dia selalu berkata “Ayo semangat!!!”. Entah itu disaat saya mau olahraga, dan juga disaat bermain game.
Tak terasa kini sudah 3 tahun lebih saya ditinggalkannya. Dan tidak lupa juga surat al fatihah dan al ikhlas kukirim untuknya. Gimana ya keadaan dia disana? Apa dia baik-baik saja? Saya harap dia baik-baik saja disana dan bahagia.
Doaku untukmu, “Sayang, kuharap engkau bahagia disana. Maafkan saya yang belum bisa menemanimu disana. Mungkin ini belum takdirnya. Tapi tenang saja, saya selalu berdoa untukmu yang disana. Oia, kalau boleh jujur, sampai sekarang saya masih belum bisa melupakan kamu. Entah kenapa saya selalu merasa cuek dengan perempuan lainnya, saya belum bisa move on dari kamu. Entahlah, apakah nanti saya memiliki keturunan atau tidak. Itu semua hanya Allah yang tau. Sayang, terima kasih telah menyemangatiku ketika kita mengobrol bersama. Kini izinkan saya mengucapkan Semangat untukmu. Ayo sayang, semangat ya disana. Semoga kamu disana baik-baik saja dan diberi kebahagiaan. Dan semoga kamu disana tidak seperti hidup di dunia ini yang penuh penderitaan. Semoga kamu disana ga sakit paru-paru lagi. Saya masih sayang kamu walaupun kita sudah beda alam. Mudah-mudahan nanti kita bisa bertemu lagi. Amin…”
Cerpen Karangan: Kikai Rizky Facebook: facebook.com/kai.rizky Hanya penulis biasa
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com