Semuanya terasa gelap, Matahari yang biasa Kunikmati cahayanya, kini hanya bisa kunikmati hangatnya. Suasana pagi yang biasa kunikmati indahnya alam yang ada di muka Bumi, kini hanya hembusan anginnya yang menerpa di kulit wajahku. Jalanan kecil yang biasa kubekaskan pijakan langkah kakiku, kini hanya ada gilasan roda yang merusak jalanan kecil itu. Hanya duduk terdiam, menikmati kursi roda yang hampir satu tahun ini menemaniku, Menikmati gelapnya dunia tanpa bisa melihat warna lain selain hitam.
‘Tuhan sampai kapan aku seperti ini’ batinku seraya menangkupkan kedua tangan tepat di wajahku dan membenamkannya tepat di bagian lututku, berharap ada perubahan terhadapku.
Aku? Siapa? Ya, Aku Afsheen Alishaba Gadis berusia 20 tahun yang selalu mengenakan Gamis dengan balutan kerudung di kepalaku yang menutupi seluruh rambutku beserta Lekukan tubuh. Aku biasa disapa dengan panggilan She aku terlahir dari keluarga sederhana namun rasa syukur yang tidak pernah membuat aku dan kedua orangtuaku Merasa kekurangan.
Flashback Kecelakaan Tragis satu tahun silam yang membuatku kehilangan banyak hal mulai dari mataku yang sudah tidak bisa melihat dan kakiku yang sudah tidak bisa berjalan namun hal itu tidak membuatku kehilangan semangat untuk Melangkah Maju apa pun yang terjadi saat ini aku tetap mensyukurinya sebab yang aku tahu bersyukur itu bukan hanya ketika aku mendapat sebuah keistimewaan tetapi ketika tuhan memberikanku sebuah ujian di titik itu pula aku harus tetap bersyukur.
“She sudah jam 10.00 nak masuk yuk mataharinya sudah terik” Ucap mama sembari mendorong kursi rodaku masuk ke dalam rumah. Mamaku penyabar penyayang dan baik hati dia bidadari sempurna yang telah tuhan siapkan untuk menjagaku.
“Ma” ucapku seraya mengangkatkan tangan memberikan tanda bahwa aku meminta mama untuk berhenti mendorong” kapan she dapat donor mata?” Ucapku lirih kemudian mama berpindah ke hadapanku dan merapikan kerudungku yang sedikit terangkat karena kibasan angin. “jam 11.00 kamu ada terapi Dengan dokter baru, jadi sekarang kamu mandi kemudian siap-siap ya” jawab mama menghiraukan pertanyaanku kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya.
Tepat pukul 11.00 Aku dan juga mama sudah tiba di rumah sakit tidak butuh waktu lama dokternya pun datang menghampiriku dan juga mama seperti biasa aku selalu terapi di sebuah taman Rumah sakit. Selama aku terapi aku selalu meminta mama untuk pergi berjalan-jalan daripada menungguku yang hanya akan membuatnya suntuk.
Prov Dokter Wilee Albert Saya Wilee Albert saya dokter tulang dan juga terapi Usia saya memasuki 23 tahun saya Terlahir dari keluarga Non Muslim saya dilahirkan di kota Seoul Korea Selatan Namun saya mengambil tugas Di Indonesia ya Negara Favorit saya setelah Negara saya sendiri.
2 minggu di Jakarta saya sudah mendapatkan pasien Khusus. Hari ini adalah hari pertama saya menemui pasien tersebut saya melajukan mobil Nisan juke dengan kecepatan sedang dan mulai membelah jalanan kota menuju Rumah sakit. Hanya butuh waktu 15 menit saya sudah tiba di Rumah sakit dan beranjak menemui pasien saya. Muslimah, Tetap tersenyum meskipun dirinya sedang menderita, Cantik, Iya tepat dia cantik sekali.
Kulangkahkan kakiku untuk segera menemui pasienku dan ibunya entah apa yang sedang menguasai diriku ini ingin rasanya aku mengenal wanita itu lebih jauh lagi. “Dokter Wilee?” Tanya Mama kepada seseorang yang datang menghampiri kita “Oh Ya saya Dokter Wilee, tante boleh memanggil saya Lee” Ucap seseorang yang mengaku dirinya dokter Mereka melanjutkan perbincangan kemudian seseorang mendorong kursi rodaku menuju tempat tujuan Entah siapa yang mendorongnya aku tidak ingin berekspresi apa pun Aku hanya ingin fokus melatih kontak batinku dan menyembuhkan kakiku, 4 menit telah berlalu akhirnya kita tiba di taman rumah sakit.
“Ma She mau terapi dulu mama boleh pergi tapi nanti kalau pulang jemput she ya Ma!” Ucapku sembari tersenyum dan memohon agar mama bisa menjemputku kembali kesini “Iya she seperti biasa mama Pergi ke Mall yang tidak jauh dari Rumah sakit ini, Mama titip kamu ke dokter Lee ya, semangat sembuh sayang” Ucap mama dengan mendaratkan kecupan di keningku kemudian pergi dari taman ini.
Setelah mama pergi Kini hanya ada aku dan dokter Lee entah kenapa yang aku rasa dokter itu hanya berdiam diri di belakangku tanpa memulai latihannya, Sedikit gelisah di hatiku namun aku tidak ingin menunjukkan kegelisahanku, Aku berusaha tenang kemudian mulai membuka mulut “Dokter Lee kapan kita akan memulai latihannya?” Tanyaku namun tak ada sedikit pun suara yang keluar dari arah mana pun, Apakah dokter Lee tidak ada disini? Tapi tidak, Aku merasakan bahwa dia ada tepat di belakangku Ya Tuhan kenapa aku tidak mengetahui terlebih dahulu identitas Dokter ini Gimana kalau Dokter ini Cuma Dokter gadungan? Gimana kalau dia mau mencelakai aku? Atau menculikku? Ya tuhan aku berada dalam bahaya saat ini, aku bergidik ketakutan kemudian aku berbicara sesuai dengan apa yang ada di pikiranku saat ini
“Jangan mentang-mentang saya Buta dan Lumpuh terus Anda mau segampang itu mencelakai saya?” Ucapku dengan nada menentang “She Are You Oke?” Tanya Dokter Lee Heran karena ia merasa kaget kenapa tiba tiba She berbicara seperti itu padahal disini tidak ada seorang pun yang mau mencelakainya ‘apa jangan-jangan dia mempunyai Mental illnes‘ Batin Dokter Lee kemudian menggelengkan kepalanya. “yang seharusnya Bertanya baik atau enggaknya itu saya bukan Dokter” Celetuk She dengan nada sedikit kesal “It’s means?” tanya dokter Lee kebingungan “Lupakan, Kapan kita bisa memulai terapinya?” Tanyaku namun kembali tak ada jawaban lagi dengan geram aku melempar sepatu yang aku pakai ke sembarang arah mencoba membuyarkan suasana yang ada Di tempat ini dengan cepat tanggap aku mendengar Dokter Lee terkejut kemudian dia berteriak terlatah-latah, Aku yang mendengarnya langsung tertawa Terbahak-bahak dan tak terbayangkan seperti apa sekarang ekspresinya itu, Tawaku dihentikan oleh Pria itu Dengan cepat ia mengambil dan memakaikan kembali sepatu yang kulempar itu.
“Lain kali jangan dilempar ke sembarang arah” Ucap Lee sedikit kesal sebab She Telah membuatnya terkejut dan mempermalukan dirinya sendiri didepan Pasiennya. “Lagian Dok ya kalau orang nanya itu dijawab bukannya bengong” Ucap she membuat Lee menyadarkan diri ‘Bengong? Apakah betul saya bengong? Apakah ini alasannya kenapa Gadis ini melempar sepatu? Huh sudahlah lupakan saya tidak ingin membuang-buang waktu untuk terus memikirkan hal itu’ Batin Lee kemudian dia mulai membuka suara untuk memulai terapinya.
“Baiklah She lebih baik kita mulai terapinya daripada membuang-buang waktu dengan membahas hal yang tidak perlu kita bahas contohnya pelemparan sepatu itu” ledek Dokter Lee namun she Bergerutu dengan ocehan kecil di mulutnya “iya kan dari tadi juga saya bilang kapan mulai latihannya Eh dia malah bengong memang dasar dokter aneh” Tetapi Ocehan kecil itu terdengar oleh dokter Lee sehingga dokter Lee berdehem kemudian mulai menuntun she untuk terapi.
2 jam telah berlalu bagiku terapi kali ini sangat berbeda banyak kekesalan di hari ini apalagi dokternya yang sangat menyebalkan, “Nah,” Ucap Lee sambil menyodorkan botol minum namun she hanya membiarkannya saja sebab she tidak tahu apa yang Lee berikan,” Ambil Jangan pura-pura saya tahu kamu haus” “Dokter ini mau meledek saya? Dokter kan tahu saya buta jadi saya tidak tahu dari arah mana dokter memberikan botol minum itu” Tanya she dengan Geramnya “Oh maaf” Dokter merasa sedikit tidak enak kemudian ia membantu she membukakan tutup botol dan membantu she memegangi botol minum itu.
Beberapa menit usai prepare she meminta tolong terhadap dokter Lee untuk menghubungi mama-Nya kemudian dokter Lee membantu she dan tidak lama datanglah Mamanya kemudian mengajak She untuk pulang ke rumah. Setengah jam perjalanan akhirnya kita tiba di rumah kemudian aku masuk ke rumah dibantu oleh Mama dan juga Asisten rumah tanggaku. Tibalah di kamar aku segera melajukan kursi roda sendiri tanpa bantuan dari siapa pun. Tanpa bantuan? Apakah yakin tidak akan terjatuh atau menabrak sesuatu? Itulah pertanyaan yang sering diucapkan orang rumah ketika aku ingin melajukan kursi roda sendiri Tapi Aku yakin, Aku bisa melajukannya sendiri karena aku sudah hafal ruangan dan benda-benda yang ada di kamarku.
Cerpen Karangan: Mey Akpenamawu Blog / Facebook: Meyllani Lani Meyllani yang lebih dikenal dengan nama pena Mey Akpenamawu adalah seorang penulis novel dan juga cerpen ia lahir di Cikidang kota Sukabumi tepatnya tanggal 16 Agustus 2003 sejauh ini sudah ada 3 buku antologi yang berhasil terbit menjadi sebuah buku. Menuangkan apa yang ada di pikirannya ke dalam sebuah tulisan berharap apa yang di tulisnya bisa bermanfaat bagi diirinya sendiri ataupun orang lain. Jika ingin mengenalnya lebih dekat kalian bisa berkomunikasi dengannya melalui sosial media berikut : Instagram: @Mey.akpenamawu Wattpad: @Lanimeyllani Facebook: @Meyllani Terima kasih
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com