Malam sudah mulai larut semua aktivitasku sudah usai kini saatnya aku membaringkan tubuh Di atas kasur kemudian aku memutar musik Lullabies penghantar tidur.
04.30 Suara adzan telah berkumandang aku bangun dari tempat tidurku dan sedikit mengucek mata dan merapikan jilbabku, aku turun perlahan menaiki kursi roda kemudian ku lajukan ke arah kamar mandi. Beberapa menit usai Shalat aku merapikan kembali mukena dan kuletakan di atas nakas. Pagi telah tiba aku beraktivitas seperti biasa Berjemur di bawah gelapnya cahaya.
2 bulan kemudian Setelah sekian lama aku terapi akhirnya membuahkan hasil juga sedikit demi sedikit kakiku sudah bisa berjalan tanpa kursi roda berjingkrak bahkan berlari kecil, sebuah kebahagiaan dihatiku Aku selalu bersyukur dan berterima kasih kepada Allah yang telah memberikanku kepercayaan untuk berjalan menuju jalan yang lebih baik. Dan untuk dokter Lee Terima kasih karena telah sabar dalam menyikapi tingkah laku ku selama terapi, mendengarkanku bercerita dan tertawa bersama, Terima kasih atas kasih sayang yang telah diungkapkan dan diberikan terhadapku, Dan janjiku satu aku akan menjawabnya setelah Aku bisa melihat lagi, Namun ke mana dia sudah seminggu setelah aku berhenti terapi aku tidak pernah lagi bertemu dengannya, Harus kuakui bahwa sekarang ini aku sedang merindukannya
“Aku sudah bisa jalan Ma, Pa” Ucapku seraya meraba keberadaan Mama dan papa untuk ku peluk, kemudian dua orang merangkulku dan menghangatkanku dalam pelukannya” minggu besok kamu akan mulai operasi untuk mata kamu nak, Ada orang baik yang mau mendonorkan matanya untuk kamu” Ucap Papa dengan mengelus jilbabku namun suaranya terdengar pilu, Ah Ntahlah Intinya aku bahagia mendengar kabar ini. “siapa orang itu Pah,?” Tanyaku penasaran dan aku akan meminta Mama dan juga papa untuk mempertemukan aku dengan dia, “She Boleh ketemu orang itu kan?” Lanjutku “Setelah Kamu operasi kamu boleh ketemu sama dia” ucap papa lirih
Seminggu berlalu dan esok aku akan operasi tapi tak sedikit pun aku mendengar kabar dari Lee padahal aku sangat-sangat merindukannya dan aku ingin dia ada Di saat aku operasi nanti tapi ya sudahlah aku bisa menemuinya setelah operasi.
Detik demi detik telah kulalui saat ini aku sudah terbaring di atas kasur rumah sakit aku bersiap untuk memulai operasiku suasana begitu mencekam rasa bahagia terus menemaniku dan tusukan jarum suntik mulai terasa di kulitku. Deg-Deg
“Baik Bapak dan juga Ibu Operasi sudah selesai 2 jam yang lalu dan alhamdulillah semua berjalan lancar sekarang kita akan membuka Perbannya” Ucap dokter seraya membuka perbanku perlahan “Untuk Nona Afsheen Alishaba Selamat melihat dunia dengan penuh warna ini” Ucapannya berakhir setelah semua perban terbuka menampakkan mataku yang sudah terpaku melihat keberadaan orangtuaku, Air mataku terjatuh membasahi pipi, pelukan mereka pun terus menerus menghangatkanku. Sebulan telah berlalu dan tepatnya hari ini papa dan juga mama akan mempertemukanku dengan Dokter Lee dan juga Orang yang sudah rela mendonorkan matanya untukku.
Kukenakan Gamis berwarna Hitam beserta jilbab yang menjulur menutupi sebagian tubuhku, Kuambil Tas dan mulai turun ke bawah, Dan ku lihat kedua Orangtuaku sudah rapi untuk mengantarku, Namun sebelum pergi mereka memintaku untuk menutup mata dengan kain sehingga aku tidak bisa melihat apa pun, Sedikit aneh namun biarlah mungkin ini sureprise untukku dari mereka.
Mereka menggiringku keluar rumah dan masuk ke dalam mobil tak lama papa mulai mengemudi dan melajukan mobil menuju tempat yang dituju. Setengah jam telah perjalanan sepertinya kita sudah sampai ditempat-Nya. Mama dan juga papa menggandengku keluar mobil namun saat kurasakan kenapa suasananya sepi dan Kurasakan kakiku menginjak rerumputan, Apakah mungkin ini di taman?
“She kita sudah tiba namun kita harus jalan ke depan sedikit, Disana sudah ada Dokter Lee yang menunggu kedatangan kamu” Ucap mama Seraya menggandengku untuk berjalan
Hanya butuh waktu 3 menit untuk berjalan ke depan akhirnya mama dan juga papa mengizinkanku untuk membuka penutup mata, Dengan perlahan aku membukanya ku lihat sekelilingku Dan aku terkejut kenapa aku ada ditempat pemakaman? Kenapa mama dan juga papa membawaku kesini? Kutundukkan pandangan ke bawah dan aku terpaku dengan batu nisan yang bertuliskan Wilee Albert seketika itu aku melirik orang tuaku dan aku bertanya kepada mereka Dan meminta penjelasannya.
“Wilee Albert, Maa kuburan siapa ini?” Tanyaku heran dan mataku mulai berkaca-kaca “Dokter Lee” Jawab mama dengan senyuman sembari menahan air matanya untuk tidak terjatuh. “Maa” Aku tersungkur lemas dan duduk terdiam di samping kuburan itu. “Kenapa bisa seperti ini Ma? Kenapa dia ada di sini? Dan dimana orang yang sudah mendonorkan matanya untuk She?” Tanyaku sebab aku juga penasaran siapa yang telah mendonorkan matanya untukku “Tepat di sampingmu” Ucap Papa “Dokter Lee? Dia yang sudah mendonorkan matanya untuk she? Jadi,..” Ucapannya terhenti dan mulai mengusap kedua matanya. “Gak mungkin” She berteriak histeris masih tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
“Dokter Lee mengidap kanker Otak stadium akhir, kamu ingat seminggu setelah kamu sembuh? Dan setelah itu kamu tidak lagi bertemu dengan Dokter Lee, ya dia pergi ke Singapura untuk Kemoterapi akhir dan Dokternya Tidak bisa membantu penyembuhannya lagi karena parenkim otaknya sudah rusak, Sebelum Dokter Lee meninggal dia meminta persetujuan untuk mendonorkan matanya buat kamu, Dan harus kamu ketahui Dokter Lee tidak pergi dia masih ada di sama kamu nak” jelas papa dan tangisnya pun pecah.
Pertemuan antara kau dan aku terjadi begitu saja. Semuanya terasa begitu sederhana, tidak ada hal yang manis. Kau mengenalkan namamu begitu saja padaku, aku hanya bisa tersenyum mendengar namamu, Wilee Albert Waktu berlalu begitu cepat, kedekatan kita semakin terjalin erat. Kehadiranmu membawa cerita lain dalam hidupku, kau memberikanku perhatian yang sangat luar biasa sehingga membuatku terbiasa akan sapaan manismu, tawa canda yang kau buat dan perlakuan manis darimu.
aku merindukan saat-saat dimana aku bisa tertawa dengan bahagianya bersamamu. Namun semuanya telah berakhir. Tanpa ada ucapan perpisahan. Tanpa ada kata selamat tinggal dan lambaian tangan darimu. Kau pergi Meninggalkan beribu pertanyaan dalam hatiku. Apa aku terlambat untuk berkata jujur mengenai perasaanku padamu?
Tapi aku memahami takdirmu, Aku tahu ini jalan yang terbaik darimu untukku, Terima kasih tuhan Terima kasih sudah menghadirkan dia dalam alur hidupku.
Cerpen Karangan: Mey Akpenamawu Blog / Facebook: Meyllani Lani Meyllani yang lebih dikenal dengan nama pena Mey Akpenamawu adalah seorang penulis novel dan juga cerpen ia lahir di Cikidang kota Sukabumi tepatnya tanggal 16 Agustus 2003 sejauh ini sudah ada 3 buku antologi yang berhasil terbit menjadi sebuah buku. Menuangkan apa yang ada di pikirannya ke dalam sebuah tulisan berharap apa yang di tulisnya bisa bermanfaat bagi diirinya sendiri ataupun orang lain. Jika ingin mengenalnya lebih dekat kalian bisa berkomunikasi dengannya melalui sosial media berikut : Instagram: @Mey.akpenamawu Wattpad: @Lanimeyllani Facebook: @Meyllani Terima kasih
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com