“Suatu hari kita akan bertemu lagi.” Itulah yang aku ucapkan pada Rama, temanku ketika aku tinggal di Indonesia. Sejak kecil kami sering bermain karena rumah kami memang bersebelahan. Rama anaknya lucu dan aku menyukainya sejak kecil entahlah, pokoknya ku menyukainya.
Ayahku dipindahkan ke Australia untuk bekerja disana, meskipun sempat menolak akhirnya dia menyetujuinya dan kami pun pindah. Sejak saat itu, selama beberapa minggu aku selalu menangis karena merasa kehilangan dia. Di hari saat kami berpisah pun, aku tak hentinya menangis seharian di kamar.
Penerbangan yang menyenangkan, akhirnya aku tiba di Bali. “Yeaaayyy.” Aku berteriak kegirangan ketika keluar dari bandara Ngurah Rai.
Aku menghubungi seorang temanku yang rencananya akan menjemputku di bandara. “Dev, kamu dimana? Aku udah ada di bandara nih?” Tanyaku. “Tunggu, bentar lagi nyampe, gue lagi nyetir nih.” Jawab dia sembari memutuskan teleponnya.
Tak lama sebuah mobil hitam berhenti di hadapanku, dan kemudian kaca mobilnya terbuka. “Ayo masuk, cepetan.” Devi melambaikan tangan dan menyuruhku masuk kedalam mobilnya. Dia membuka kunci bagasi dan aku langsung memasukkan dua buah koper besar dan kemudian duduk di kursi samping Devi. “Banyak banget bawaanya, mau pindahan Sin?” Tanya Devi. “Nggak lah, aku cuma mau sebulan saja disini.” Jawabku.
Devi adalah temanku, dulu dia juga kuliah di Australia dan sudah lulus. Sebenarnya dia ingin bekerja disana dan memang ada beberapa perusahaan yang diminatinya, hanya saja Ibunya yang berada di Bali menderita penyakit jantung dan ia memutuskan untuk pulang ke Bali. Ayahnya berada di Surabaya, dia sudah lama tidak menemui ayahnya karena kedua orangtuanya sudah berpisah sejak lama.
Aku tiba di Denpasar, aku dibawa ke sebuah rumah kecil yang sepertinya jarang ditinggali. Terlihat dari dedaunan kering yang berserakan di pekarangan rumahnya. Pagarnya tidak dikunci, aku duduk di teras yang sepertinya baru saja dibersihkan. Devi membuka pintu yang dikunci dan mengajakku masuk. Rumah ini adalah rumah milik Devi, tapi sejak ibunya sakit ia jarang tinggal di rumah ini. Selama beberapa hari aku akan tinggal di rumah ini. Aku sudah mencari hotel untuk aku menginap di Denpasar, tapi Devi menyarankan agar aku menempati rumahnya saja untuk sebulan ini. Lagipula rumah ini tidak ada yang menempati, devi hanya sesekali membersihkan rumah ini dan ia lebih memilih tinggal di rumah ibunya.
Setelah membereskan barang bawaanku dan sedikit “tour” di rumah ini. Devi segera berpamitan dan aku hanya ditinggalkan saja di rumah ini sendirian. Dia memberikan kunci rumahnya kepadaku dan ia pun meninggalkanku untuk kembali pulang ke rumah ibunya.
Aku melihat-lihat rumah kecil ini, sepertinya nyaman juga tinggal di rumah ini. Ukuran rumah ini lebih besar dari apartemen yang aku tinggali di Australia. Aku melihat keluar rumah dari jendela dan tidak ada yang menarik, paling satu dua kendaraan yang lewat di jalan raya depan rumah. Aku kembali ke ruang tengah, duduk di sofa. Salah seorang temanku sudah berada di Ubud, dia pergi dari Australia seminggu sebelumnya. Dia menanyakan kabarku dan meminta untuk memberitahunya jika aku sudah berada di bali. Aku akan pergi ke Ubud besok atau lusa, Devi akan mengantarkanku kesana, sekalian dia akan pergi ke rumah saudaranya.
Aku menyalakan televisi dan merebahkan diri di sofa. Aku seperti mengenang masa kecilku dimana aku melihat siaran-siaran yang ada di Indonesia. Rama, sosok anak kecil itu kembali teringat di dalam benakku. Tak terasa air mata mulai menetes, sudah sangat lama aku tidak bertemu dengan dia sudah sangat lama pula aku merindukannya. Aku sangat ingin bertemu dengannya, bagaimana dia sekarang? Apakah dia masih mengenalku? Apakah dia juga sudah punya pacar? Atau jangan-jangan dia sudah menikah? Ataukah..?
Aku terus memikirkan dia dan aku tak tahu harus berbuat apa. Aku berlari masuk ke dalam kamar dan menjatuhkan tubuhku ke atas kasur dan menangis. Sepertinya harapanku untuk mengungkapkan perasaanku yang selama ini aku simpan sudah terlambat, tapi sepertinya aku harus bertemu dengan dia. Meski tidak untuk selamanya, paling tidak untuk yang terakhir kali. Kemudian aku mengusap kedua pipiku. Aku mengambil handphoneku dan berusaha menemukan cara untuk menemukan dia. Aku mencari seluruh kontak di handphoneku, ada beberapa temanku dari Jakarta, tapi rasanya mereka tidak akan mengenal Rama. Aku mencoba mencari di Instagram, mungkin saja aku bisa menemukan dia. Meskipun kemungkinannya kecil, tapi tidak ada salahnya mencoba.
Aku mencoba mengetik nama “Rama”. Bodohnya aku, ada banyak sekali nama yang keluar dan dilihat dari foto profil semuanya bukan orang yang aku kenal, aku tambahkan “Aditya” dan jumlahnya berkurang meskipun tetap saja banyak. Aku akan mencobanya. mungkin aku bisa mengenalinya jika aku lihat mereka satu-persatu. Aku mulai dari yang pertama, rasanya dia bukan rama yang aku kenal, aku scroll ke bawah melihat jika ada foto dahulu yang bisa aku kenali. Setelah melihat beberapa foto saat dia kecil, itu bukan Rama yang aku cari. Aku mencoba mengingat wajah dia ketika dia masih kecil. Anaknya kurus, rambutnya ikal, sudah itu saja tidak ada ciri fisik lain yang mengungatkanku padanya. Perlahan wajahnya mulai kembali jelas terekam dalam benakku. Aku mencari beberapa akun lannya tapi hasilnya nihil. Apakah dia memakai nama lain sebagai nama akunnya? atau mungkin dia tidak mempunyai akun Instagram sama sekali. Harapanku untuk bertemu dengannya semakin tipis. Aku sekarang ada di Indonesia, meskipun berada di bali, tapi rasanya aku sedikit lebih dekat dengannya dan aku ingin sekali untuk menemuinya.
Tinggal beberapa orang lagi yang belum aku lihat. Aku merasa bosan melihat foto orang lain yang sama sekali tidak aku kenal aku scroll dengan cepat dan tidak ada foto Rama yang aku kenal, kemudian di dalam salah satu akun yang aku lihat, aku merasa ada salah satu yang mirip dengannya, aku mencoba untuk kembali melihat akunnya dan melihat pelan-pelan satu persatu fotonya. Ketika itu ada sebuah foto yang meyakinkanku bahwa dia adalah rama yang aku kenal. Sebuah foto yang dia unggah sudah lama, foto seorang anak kecil dengan rambut ikal sedang tersenyum lebar. Senyuman itu adalah senyuman dari orang yang aku kenal, oasis yang selama ini aku cari-cari di tengah gurun pencarianku, senyuman yang menghangatkan hatiku yang telah lama membeku. Mencairkan emosiku hingga tak terasa air mata bercucuran deras tak henti-henti. Akhirnya bisa menemukan sosok yang selama ini aku cari. Yang selama ini terus berada di pikiranku meski kadang ia bersembunyi, tapi kemudian ia muncul kembali dengan kenangan yang manis yang selama ini aku alami. Meskipun saat itu aku masih seorang bocah, tapi perasaanku padanya saat ini masih sama, seolah aku yang dulu sengaja menyimpan perasaan ini agar aku bisa mewujudkannya jika aku besar nanti. seolah aku yang dulu memberikan pesan ke masa depan untukku yang sekarang ini.
“Hai” Aku mencoba menyapa dia lewat Instagram. Aku harus bertemu dengan Rama. Dia tidak membalasnya atau mungkin dia sedang tidak menggunakan handphone. Mungkin dia tidak tahu bahwa yang menghubunginya itu adalah temannya yang menyukainya sejak dahulu. Lagipula aku mengunci akunku, pasti dia tidak mengenalku lewat foto profil yang aku pasang itu.
“Kamu mungkin tidak mengenalku yang sekarang, begitupula sebaliknya.” “Tapi aku tidak lupa akan wajah anak kecil ini.” Aku mengirimkan foto Rama saat kecil yang aku dapat dari akun instagram-nya. “Apa kabar Rama Aditya, sudah hampir sepuluh tahun kita tidak bertemu.”
Dengan ini dia mungkin akan mengenaliku. Lagipula aku membubuhkan inisial namaku di Instagram. S.T.A kepanjangan dari Sinta Tiara Adikusumah. Biarkan saja dia menebak-nebak jika dia memang mengenalku, tak butuh waktu lama untuk dia menyadarinya.
Aku mengusap kedua pipi dan menutup mulut menahan tangis yang berubah jadi tangis bahagia, tapi noda merah membasahi kedua telapak tanganku, aku lalu pergi ke kamar mandi dan melihat di cermin, hidungku kembali berdarah. Aku mencuci semua darah yang terus mengalir deras dan kemudian pandanganku mulai kabur. Aku mengambil tisu dan mencoba menyumbat hidungku jikalau masih ada darah yang menetes. Aku mengalami pusing yang hebat dan napasku mulai pendek, aku terengah-engah berusaha mencapai kamar tidur. dengan semua kekuatanku, aku mencari obat yang ada di dalam tasku. Aku segera meminumnya dan membaringkan badanku hingga aku tertidur tak sadarkan diri.
Esoknya aku bangun dari tidurku, sepertinya ini sudah siang. Kepalaku sudah lumayan enakan, aku pergi ke kamar mandi dan melihat sumbatan tisu masih menempel di hidungku. Aku mengeluarkannya dan melihat tidak ada noda darah yang banyak pada tisu itu. Aku kemudian mencuci muka dan memikirkan apa yang terjadi semalam. “Oh iya.” Dalam hatiku aku berkata. Aku kemarin berhasil mendapatkan akun Instagram Rama dan karena kegirangan sampai telat untuk meminum obat. Aku kembali ke tempat tidur untuk melihat apakah sudah ada balasan dari Rama. Aku membuka tirai kamar dan ternyata ini sudah pagi, matahari sudah menampakkan dirinya. Aku duduk di atas tempat tidur dan mengambil handphoneku. Rama membalasnya.
Aku pun segera membalasnya. Meskipun sedikit canggung, tapi kami berbalas pesan dan menanyakan hal-hal yang biasa seperti kabar, bagaimana kabar kedua orangtua kami, Rama juga menanyakan kondisiku di Australia. Aku senang pada akhirnya aku bisa menghubunginya. Oh iya, aku belum memberitahukan bahwa aku sedang di Bali. Aku pun memberitahu dia bahwa aku sedang berada di Denpasar. Mungkin dia akan senang mendegarku sedang berada disini. Aku memberitahu dia bahwa aku sudah seminggu berada di Bali dan selama satu bulan aku akan tinggal disini.
Sekujur tubuhku tiba-tiba merinding dan pipiku rasanya memerah. Rama akan pergi ke Bali. Dia mengatakan bahwa besok dia akan berangkat ke Bali. Tapi sayang sekali kami tidak bisa langsung bertemu. Hari ini teman-temanku dari Australia akan datang juga dan kami akan pergi ke Gianyar. Aku dan Devi akan mengantar mereka ke GIanyar. Aku mengajak Rama untuk bertemu esoknya. Dia akan berada di bali selama satu minggu dan telah memesan penginapan di daerah Kuta untuk satu minggu.
Cerpen Karangan: Zed Penulis biasa biasa saja
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 21 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com