Rania tersenyum kecil pada satpam yang menyapanya ramah ketia ia memasuki sebuah Coffee Shop yang terletak tak jauh dari kantornya. Setelah memesan segelas besar latte dan sepiring chocolate cake, Rania kemudian duduk di tempat favoritnya 2 bulan terakhir ini, di sudut paling pojok dekat jendela besar yang dari sana Ia suka melihat macetnya jalanan ibukota.
Rania mengeluarkan laptopnya dan kemudian membiarkannya begitu saja. Sebenarnya ia seharusnya sudah menyelesaikan bab terakhir untuk buku yang sedang ia tulis, namun ia menjadi bingung dan seolah kehilangan ide setiap kali ia berusaha untuk menyelesaikannya. Rania sendiri sebenarnya merasa asing dengan cerita yang ia tulis, kata ibunya mungkin itu adalah salah satu dampak dari kecelakaan yang menimpanya 3 bulan yang lalu, yang menghilangkan sebagian ingatannya.
Rania terdiam cukup lama, sebelum akhirnya dikagetkan oleh seorang laki-laki yang kelihatannya tidak asing untuk Rania. “Aku boleh duduk disini?” la bertanya untuk kedua kalinya. Rania tergagap dan langsung mengangguk tanda setuju. “Ello” “Rania”
Percakapan mulai mengalir begitu saja diantara mereka berdua. Ada rasa yang aneh yang dirasakan Rania ketika ia melihat Ello, Rania merasa bahwa ia seolah-olah pernah bertemu dengan Ello sebelumnya. Apalagi ketika Rania menatap matanya, Rania seperti jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada lelaki yang padahal baru ia kenal sore ini.
“Oh ia Ran, gimana dengan bukunya udah selesai atau masih bingung dengan endingnya?” tanya Ello. “Aku masih bingung bangat sama…, tunggu dulu kok kamu tau kalau aku lagi nulis?” tanya Rania heran. Tiba-tiba saja raut muka Ello menjadi sedih, ada perasaan yang seolah tak bisa ia tutupi. “Lupain aja Ran”. “Oh ia kamu suka musik yang kaya gimana” Ello melanjutkan untuk mengalihkan pembicaraan. Rania sendiri tidak mau bertanya lebih lanjut, entahlah tapi ia juga seperti merasakan kesedihan yang dirasakan Ello.
Obrolan berlanjut seru, sebelum akhirnya Rania menerima telepon dari sang ibu untuk segera pulang. Setelah Mengantar Rania ke mobil jemputannya Ello kemudian pergi menghilang di gelapnya malam. Lagu Ronan Keating – This I Promise You mulai melantun perlahan. Bayangan seseorang mulai muncul dalam kepala Rania, seorang laki-laki yang tak asing baginya. Kepalanya mulai pusing dan sakit seperti ada benda keras yang tiba-tiba memukul kepalanya. Ia berteriak kesakitan. Namun semua bayangan-bayangan memeori di kepalanya mulai bergerak cepat. Ia melihatnya, laki-laki itu. Wajahnya mulai jelas dan Rania mulai menangis ada sesak di dadanya, ia berteriak sekuat tenaga ketika bayangan kecelakaannya terjadi ia bersama seseorang, seseorang yang ia tahu sangat ia cintai. Orang itu Daniello, laki-laki yang tadi bertemu dengannya di Cooffe Shop dan ia sama sekali tidak mengenalinya.
Rania tersadar setelah Pak Norman, supirnya terus memanggil namanya. Pusing di kepalanya mulai berkurang namun, rasa sakit dan sesak di dadanya belum berkurang.
Rania mencari ibunya sesampainya ia di rumah. “Ibu tau Danil?” tanya Rania ketika ia menemukan ibunya di dapur. Ibunya terlihat terkejut dengan pertanyaan itu. “kamu udah ingat Danil?” ibu balik bertanya. “Jadi ibu tau soal Danil, kenapa ibu ngga kasih tau ke Nia buu, ibu nggak tau kan betapa tersiksanya aku, aku ngelupain seseorang yang ibu tau penting buat aku dan ibu cuma diam?!!” Rania berteriak marah dan mulai menangis lagi.
Setelah Rania cukup tenang ibu mengajaknya untuk keluar ke suatu tempat, kata ibu itu rumah Danil yang baru. Dan disinilah Rania berada, Tempat Pemakaman Umum. Sebuah kubur dengan keramik warna biru langit dan Salib besar bertuliskan Daniello Hermawan.
Rania sama sekali tidak merasakan takut ketika ibunya memutuskan untuk membiarkan dia sendiri. “Aku jahat yaa sama kamu, ngelupain kamu begitu aja” air matanya menetes perlahan “Aku nggak pernah ngerasa gitu, aku tau kamu nggak punya niatan kaya gitu” Ello menanggapinya. Ia menggenggam tangan Rania lembut. Rania merasakan damai yang menyeruak keluar. Rania kemudian merasakan genggaman tangan itu mulai kosong dan perlahan-lahan dilihatnya tubuh Danil mulai memudar. Rania tersenyum namun air matanya tak berhenti mengalir. Rania sadar Danil pergi untuk selamanya, namun Danila kan selalu ada bersamanya selamanya.
Dan entah bagaimana ia tiba-tiba mendapatkan ide untuk bab terakhir bukunya. Ia sadar kisah yang ia jadikan Novel tersebut adalah kisahnya dan Danil
Cerpen Karangan: Bethaniaa Blog / Facebook: Intan lalu
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 26 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com