Pagi ini aku berjalan, tanpa arah dan tanpa tujuan, rasanya ini seperti Langkah kaki terberat yang pernah aku rasaaan seumur hidupku, rambut kusam dan berkeringat, muka lusuh dan mata sembab, aku bahkan tidak tahan menatap wajahku sendiri dari pantulan kaca, rasanya aku ingin tumbang aku sudah tidak kuat, tetapi sesuatu di tanganku menguaatkanku, sesuatu yang sangat berharga, anugerah terindah yang tuhan berikan untukku, ia adalah satu satunya harta yang aku punya saat ini, aku tidak peduli seberapa Lelah aku, seberapa hancurnya aku saat ini, selagi ia masih berada di pelukanku, selagi aku masih bisa merasakan hembusan nafasnya, aku akan bertahan dalam keadaan apapun dan seberat apapun Langkah kakiku, agar ia tetap merasa aman berada di pelukanku.
Ya, dia adalah anakku, yang baru keluar dari kandungnku sekitar 3 bulan lalu, aku merasa bersalah, karena baru saja dilahirkan, ia sudah merasakan betapa pahitnya kehidupan, tidak tega aku melihatnya, matanya berbinar binar dan jika aku menatapnya rasanya seperti rumah, rasanya seperti mempunyai kehidupan baru yang penuh dengan semangat baru.
Ternyata sudah sangat jauh aku berjalan, perjalanan tanpa tujuan ternyata terasa lebih cepat, aku tidak tau aku sedang berada dimana, tetapi aku mendengar azan subuh berkumandang, suaranya menenangkan hati dan menyejukan pikiranku, aku mengikuti suara azan yang sedang berkumandang itu, suaranya semakin dekat dan sudah terlihat masjid yang sangat ramai, banyak warga setempat yang datang untuk melaksanakan shalat subuh berjamaaah disana, aku hanya melihatnya dari seberang jalan, sambal melamun dan membayangkan sesuatu yang pernah terjadi di hidupku sebelum ini semua terjadi, masa masa dimana aku bisa hidup dengan tenang dan damai Bersama keluarga kecilku, ayah, ibu, dan kakak, namun sekarang, sepertinya sekedar mendengar namaku saja mereka sudah tidak mau, aku sudah menerimanya, aku tau ini semua kesalahanku.
Semua ini berawal Ketika ia datang di kehidupanku membawa sesuatu yang sangat buruk bagi hidupku yang aku alami hingga saat ini. Saat itu usiaku masih sangat muda, aku masih menginjak 22 tahun, dan tepat di ulangtahunku yang ke 22, aku berkenalan dangan seorang lelaki, ia Bernama garni aku mengenalnya saat aku sedang mendatangi sebuah seminar, kebetulan ia duduk tepat di sebelahku, penampilannya menarik, tinggi, rapih dan wangi, kulitnya putih, dan sepertinya ia orang yang baik, terlihat dari nada baicaranya yang lembut dan tutur katanya yang sopan, aku bahkan sudah jatuh cinta dengannya semenjak pertemuan pertama, sepertinya ia juga tertarik padaku, terlihat dari sorot matanya yang selalu memandang ke arahku, ini bukan kali pertama aku merasakan jatuh cinta, namun kali ini rasanya berbeda, sejak pertama aku bertemu aku sudah yakin dia adalah seseorang yang tepat untukku.
Beberapa minggu setelah seminar itu, ada nomor tidak dikenal memberiku sebuah pesan “hai, kamu masih ingat aku?” seperti itu isi pesannya, sebelumnya aku tidak tau siapa yang mengirim pasan itu, tetapi setelah aku melihat foto profilnya aku langsung teringat, wajah yang sampai sekarang masih tergambar jelas di pikiranku, ”ya ini garni yang waktu itu berkenalan denganku di seminar minggu lalu” batinku.
Sejak saat itu aku dan garni semakin akrab, kita sering bertukar foto, menanyakan kabar, dan bertukar cerita setiap hari lewat telepon, dan semenjak garni datang ke kehidupanku hidupku terasa jauh lebih berwarna dan semenjak itu hubunganku dan garni bisa dibilang lebih dari sekedar teman biasa, walaupun garni tidak pernah menyatakan perasaannya kepadaku, begitupun aku tidak pernah sekalipun menyatakan persaanku kepada garni, tetapi kita berdua sudah menngganggap kita adalah sepasang kekasih, karena aku tau garni sangat mencintaiku dan begitu juga aku.
Setelah sekitar setahun aku dan garani hanya menjalin hubungan lewat ponsel, akhirnya aku mengajak garni untuk bertemu, akhirnya kami memutuskan untuk bertemu, kami bertemu di hari minggu, rumah kami memang cukup jatuh, jadi aku memutuskan untuk naik kereta agar garni tidak terlalu jauh menghampiriku, kita memutuskan untuk bertemu di salah satu restaurant, karena kebetulan sudah jam makan siang, jadi kami sekalian makan siang berdua, entah mengapa, hatiku berdegup sangat kencang Ketika garni duduk tepat dihadapanku, garni sangat dewasa dan berwibawa, mataku tidak bisa berpaling dari wajahnya, jujur kali ini aku sangat jatuh terlalu dalam, aku sudah sangat mencintainya dan begitupun dia sudah sangat mencintaiku, kami menghabiskan banyak waktu berdua hari itu dan tanpa sadar hari sudah sangat larut, garni mengantarku pulang naik mobil, lalu di tengah jalan yang lumayan sepi, garni berhenti.
“ada apa, kok berhenti?” ujarku Garni tidak membalas pertanyaanku, tetapi ia mengambil sesuatu dari sakunya “will you merry me?” ucapnya dengan nada bicara yang sangat lembut yang benar benar meluluhkan hatiku, rasanya aku ingin teriak, aku benar benar tidak menyangka ia akan melamarku, dan menurutku aku sudah mengenalnya cukup lama, dan tidak ada satupun keraguan yang ada pada diriku tentang garni, tanpa berpikir Panjang aku menjawab nya “ya, ya, tentu saja aku sangat ingin” jawabku dengan lantang, tatapi karena sudah terlalu larut kamipun melanjutkan pembicaraan sembari melanjutkan perjalanan, karena handphoneku pun tidak berhenti berdering, sepertinya ibu sudah sangat khawatir karena aku pulang terlalu larut.
Sesampainya di rumah, ibuku menegurku perihal cicin yang melekat di jari manisku, tentu semua orang yang ada di rumah sangat kaget mendengarnya, sebenarnya ibu dan ayahku menyetujui lamaran ini, karena melihatku yang sudah cukup dewasa dan sudah memiliki pekerjaan, namun di antara aku dan garni memang ada tembok penghalang yang sangat kuat dan kokoh, aku dan garni memiliki keyakinan yang berbeda, maka dari itu ibu dan bapakku benar benar tidak habis pikir dengan apa yang sudah kuperbuat, karena orangtuaku memang paling ketat kalau sudah membahas urusan agama.
Tetapi rasanya rasa cinta ini tidak mampu dikalahkan dengan apapun, garni sudah tidak tahan menunggu kepastian yang aku berikan, lalu hari ini aku membuat keputusan terburuk dalam hidupku, karena rasa cintaku kepada garni sudah terlalu besar, akupun membuat keputusanku sendiri, aku pergi ke tempat garni tanpa sepengetahuan orangtuaku, aku membawa cukup banyak pakaian dan uang, aku rasa semuanya sudah cukup dan aku tidak perlu lagi sosok orangtua dalam hidupku, sepanjang jalan teleponku terus berdering tetapi aku mengabaikannya karena aku tau itu pasti panggilan dari keluargaku, karena keputusanku sudah sangat bulat sekarang, tidak ada lagi yang bisa menghalangiku pergi.
Aku memutuskan untuk menikah secara diam diam dengan garni, karena seperti yang aku bilang, aku akan melakukan apapun untuk mempertahankan cinta kita, cinta ini benar benar sangat kuat, aku tidak bisa berhenti ataupun memudarkan cintaku kepada garni, namun kita berdua belum terikat pernikahan yang sah dan disetujui anggota keluarga dari masing masing pihak, namun kami tidak mempedulikannya, kami tetap menjalani pernikahan ini, walaupun aku harus kehilangan semuanya dari mulai keluarga dan pekerjaanku, tetapi aku memiliki garni yang sangat mencintaiku dan sejauh ini semuanya baik baik saja, sampai sekitar 5 bulan pernikahan kami, akupun mengandung, pernikahan kami benar benar menjadi sangat harmonis banyak hal hal yang sudah kami lakukan bersama sama, kami saling melengkapi, ada di saat senang maupun sedih, sejauh ini garni tidak pernah mengecewakanku.
Sampai suatu pagi, pagi terburuk yang pernah aku alami di hidupku bertepatan dengan bulan bulan terahir kandunganku, saat aku membuka mata, aku tidak melihat garni di sampingku, aku pikir dia sudah berangkat kerja, namun ini masih terlalu pagi, aku panik, ku langsung menghubungi garni, namun nomornya sudah tidak aktif, lalu aku menoleh ke sudut kamar banyak baju yang berserakan dan pintu lemari yang terbuka, aku melihat ke dalam lemari tidak ada satupun baju garni yang terlihat disana, aku benar benar merasa hancur, pikiranku kosong rasanya aku tidak bisa berpikir lagi saat ini, aku berharap aku terbangun dari tidurku dan aku ingin semua yang terjadi hanyalah mimpi.
Hari ke hari keadaaanku sudah semakin buruk di dalam rumah, aku tidak mempunyai penghasilan sedikitpun, akhirnya aku melahirkan anakku di puskesmas gratis yang ada di sini, di daerah yang benar benar asing, aku belum tau banyak hal di desa ini, karena selama ini aku memang hanya berdiam diri di rumah, aku memutuskan untuk keluar dari sini untuk mencari kehidupan yang lebih baik agar aku dan anakku masih bisa bertahan hidup, yang aku bisa lakukan saat ini hanyalah berjalan tanpa arah dan tujuan, berharap tuhan masih mau menolongku yang gila ini.
Cerpen Karangan: Novaa Likaa Haai namaku Lika, aku senang menulis sejak aku menginjak kelas 3 SD, aku suka mengarang dan merangkai kata kata
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com