Seperti hari hari biasanya, hari ini herma pulang membawa piala juara satu menari tingkat nasional, bahkan ia sempat ditawarkan untuk menari di istana presiden untuk acara menyambutan tamu yang juga akan ditayangkan di televisi, namun sayang sekali ayah herma sangat tidak menyetujui hal itu, bahkan saat ia menunjukan piala hasil jerih payahnya Latihan selama ini, ayahnya malah memarahinya dan menguncinya di kamar sebagai hukumannya, apalagi jika herma harus terus Latihan menari dan mengabaikan sekolahnya, tentu mendengar hal itu ayah herma sangat tidak setuju dan memarahi herma habis habisan padahal herma memiliki bakat menari yang sangat bagus, bahkan pelatih herma bilang herma bisa menjadi penari internasional yang akan ditonton orang orang dari berbagai penjuru dunia, ini adalah hal yang paling menyedihkan untuk herma, hermapun sudah putus asa karena sekeras apapun ia mencoba meluluhkan hati sang ayah hasilnya nihil, semua yang herma lakukanpun sia sia, sang ayah tetap tidak setuju jika herma ingin menjadi seorang penari professional.
Ia adalah Hermawati Susila Putri, anak jendral dan sekaligus mempunyai sekolah paling favorit di Bandung, ia gadis berdarah sunda dan keluarganya masih keturunan ningrat, herma juga memeiliki banyak adik dan bukan hanya herma, adik adik herma juga masing masing memiliki banyak bakat dan prestasi, seperti adik perempuannya yang Bernama elin ia memiliki kemampuan berlari yang sangat bagus bahkan ia juga sering memenangi beberapa kejuaraan. Walaupun begitu, keluarga herma adalah keluarga yang cukup monoton ayah herma selalu menuntut nilai bagus dan harus selalu berprestasi dalam bidang akademik jadi jika ada perlombaan dalam bidang non akademik ayah herma sangat tidak setuju jika herma dan adik adiknya ikut berpartisipasi. Apalagi ini adalah tahun dimana hema harus menyelesaikan skripsinya, ayah herma betul betul menunut herma untuk fokus belajar dan belajar.
Pagi ini ayah mengajak herma ke sekolahnya, karna kebetulan ada beberapa berkas yang harus diurus. Sebagai pemilik sekolah, ayah herma bertanggung jawab sepenuhnya kepada sekolah itu jadi tidak jarang ayah herma bolak balik ke sekolah dan herma juga selalu ikut, karna dulu itu juga bekas SMA herma.
Herma berjalan melewati Lorong Lorong kelas menuju ke ruangan ayah. Tiba tiba saja staf sekolah memberhentikan herma dan ayah yang sedang berjalan. “pak, maaf ada guru matematika baru yang mau ngobrol sama bapak” ucap pak ujang sambil menarik guru matematika baru itu ke hadapan ayah herma. “selamat pagi pak, perkenalkan nama saya kusnadi, saya sebagai guru matematika baru disini” ujarnya. Mereka berduapun melanjutkan percakapannya cukup lama.
Pak kusnadi, guru matematika baru di sekolah, berparas tampan dan putih masih muda, ia sempat menyita perhatian herma karna cara berbicaranya yang sangat dewasa dan sangat berwibawa. Cukup lama herma mendengarkan percakapan pak kusnadi dan ayahnya. Tanpa sadar mata herma selalu tertuju kepada pak kusnadi yang sedang asik mengobrol, sampai akhinya percakapan itu selesai ayah herma menepuk Pundak herma dan mengajak herma pergi. Dalam benak herma, herma selalu terbayang guru matematika itu karna herma memang menyukai laki laki yang lebih dewasa darinya.
Karna bosan, herma memutuskan untuk berkeliling sekolah sembari flashback masa masa SMA herma dulu. Melewati Lorong Lorong kelas dan ruangan lainnya. “brukkk’ herma menabrak seseorang karna herma terlalu asyik meilihat sekeliling sampai sampai tidak terlalu memerhatikan jalanan depan. “ehh maaf maaf” ucap herma sambil mengambil kacamatanya yang terjatuh. “tidak apa apa, lain kali hati hati ya dik” herma seperti tidak asing dengan suara itu, cepat cepat herma memasang kacamata di wajahnya dan melihat siapa yang ia tabrak. Herma terdiam, ternyata itu adalah pak kusnadi, jantung herma berdegup sangat kencang ia sangat gugup saat ingin mengeluarkan kata maaf. “terimakasih” ujar herma. “lohh?” ucap pak kusnadi yang bingung dengan ucapan terimaksih herma “ehh maaf, maksud saya maaf” jawab herma yang kelihatan sangat gugup dan tersipu malu, herma langsung mengambilkan buku pak kusnadi yang jatuh berserakan di lantai.
Bahkan saat sudah di rumah, pikiran herma masih selalu tertuju kepada pak kusnadi, sampai hema tidak bisa menahan lagi keinginannya untuk bertukar pesan dengan pak kusnadi. Herma memberanikan diri untuk meminjam telefon ayah dan berharap herma bisa menemukan nomor pak kusnadi disana, herma menyelinap ke kamar ayah yang kebetulan tidak dikunci dan cepat cepat mengambil telefon milik ayah, lagipula saat itu ayah sedang sibuk menyeruput kopi di teras luar.
Cepat Cepat herma membuka kontak di telefon ayah dan mencari nama pak kusnadi. Betapa senangnya herma saat menemukan nama pak kusnadi di telefon ayah, hema langsung segera mengirimkan nomornya ke nomor herma lalu dan hermapun bergegas Kembali ke kamarnya.
Sesampainya herma di kamar, herma langsung menyimpan nomor pak kusnadi dan berniat untuk mengirimkanya pesan, namun herma masih ragu dan agak sedikit malu, hema terus berfikir pesan apa yang kiranya pantas dikirimkan untuk pak kusnadi. Hermapun punya ide untuk pura pura meminta maaf kepada pak kusnadi perihal kejadian tadi pagi. Tanpa berpikir Panjang lagi hema bergegas mengirimkan pesan itu, herma juga menyiapkan kata kata yang sopan terlebih dahulu sebelum mengirimkan pesannya.
“assalamualaikum, pak kusnadi saya herma yang tadi menabrak bapak, saya minta maaf ya pak sebelumnya, oiya sebelumnya salam kenal pak” itulah isi pesan yang herma kirimkan untuk pak kusnadi, memang sangat basi pesannya tapi herma benar benar sudah tidak tahan karna ia terus memikirkan pak kusnadi dari tadi pagi. Herma terus membuka tutup hanponenya dan menunggu pesan balasan dari pak kusnadi sembari membaca buku di kamar, tentu saja perasaan herma campur aduk sampai sampai herma keringat dingin.
“tringn” notifikasi yang muncul dari hanphone herma, pesan yang herma tunggu tunggu sejak tadi. “oh herma anaknya pak aganda pemilik sekolah bukan?, tidak apa apa herma itu hanya tidak sengaja tidak usah khawatir dan tiak perlu merasa bersalah, terimakasih ya sudah membereskan buku saya yang tadi berserakan di lantai, salam kenal juga saya kusnadi, tidak usah panggil bapak, bukannya kita hanya beda 4 tahuh, kamu masih kuliah ya?” pesan yang cukup Panjang dari pak kusnadi, bahasanya sangat baku, membuat herma semakin tergila gila padanya.
Herma dan pak kusnadi terus berbalas pesan dan membahas banyak hal, tentang sekolah sampai saling memperkenalkan dirinya masing masing, tidak terasa sudah larut malam sanking serunya bertukar cerita dengan pak kusnadi malam ini cukup membuat perut herma dipenuhi kupu kupu dan juga bibir herma yang tidak bisa berhenti tersenyum.
Akhir akhir ini hampir setiap hari herma selalu menggunjungi sekolah sebenarnya untuk bisa bertemu pak kusnadi, herma tidak peduli dengan staff sekolah yang sering memperhatikan herma saat ia dan pak kusnadi sedang mengobrol, bahkan herma pernah memegang tangan pak kusnadi di depan banyak pegawai pegawai di sekolah. Hubungan herma dan pak kusnadi semakin lama semakin dekat, banyak warga sekolah yang sudah menyadari hal itu, namun mereka tidak berani memberitahukannya kepada ayah herma, karana ayah herma memang dikenal sangat tegas dan sangat galak kepada anak anaknya.
Sampai suatu Ketika, saat itu herma pergi keluar rumah berdua dengan pak kusnadi, tanpa sepengetahuan ayah maupun orang orang lainnya di rumah, memang herma agak nekat dan terlalu memaksakan bisa dekat dengan pak kusnadi padahal jika ayahnya mengetahui hubungannya itu ayahnya benar benar bisa marah besar dan tidak segan memberikan hukuman yang tidak ringan untuk herma.
Ketika herma pulang setelah jalan jalan keliling bandung seharian Bersama pak kusnadi, herma diturunkan di jarak yang agak jauh dari rumah herma tempatnya cukup sepi dan jarang ada orang lewat disana karna khawatir ada orang yang melihatnya pergi Bersama pak kusnadi. Baru juga membuka pintu mobil “brakkkk!” terdengar suara gebrakan mobil yang cukup keras.
“TURUN KALIAN” teriak seseorang dari luar mobil, dan ternyata itu ayah herma yang memergoki herma pergi berdua dengan pak kusnadi. Dengan muka yang sudah dipenuhi amarah, dan tangan yang sudah mengepal, ayah sangat seram dengan wajah yang sudah memerah dan memasang mimik wajah yang sangar “ayah yahh herma bisa jelasin” ucap herma dengan nada yang sangat takut. “DASAR ANAK TIDAK TAU ATURAN” ucap ayah herma sambil menampar pipi kiri herma. Kusnadi hanya bisa diam dan tidak berkutik satu katapun.
Ayah menarik tangan herma sampai rumah, ayah benar benar memarahi herma dan terjadi pertengkaran yang cukup besar antara herma dan ayah. Sudah jadi tradisi keluarga, ayah selalu memberi hukuman kepada anak anaknya dengan mengunci pintu di kamar, tidak ada handphone atau apapun itu. Herma hanya bisa menangis di kamar, ayahnya benar benar sangat egois, semua yang ada di dalam rumah ini semuanya berjalan di bawah aturan dan kendali ayah yang sangat monoton dan semenjak itu herma tidak pernah bertemu lagi dengan pak kusnadi, herma hanya bisa mengingat ngingat kejadiaan menyenangkan saat ia Bersama pak kusnadi dulu. Dimana saat itu pak kusnadi memperlakukannya dengan sangat baik dan romantis, namun semakin herma mengingatnya, malah semakin sakit yang herma rasakan.
Cerpen Karangan: Cahaya Rembulan Haaii, kalian bisa memanggilku cahaya rembulan, itu bukan nama asliku namun aku sangat menyukai cahaya rembulan yang indah, ini cerita pertamaku, hasil karanganku dan berbasis kisah nyata yang dialami seseorang yang kukenal. Mungkin tulisan ini belum sempurna, namunku harap kalian menyukainya
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com