Hai aku Kanaya, aku duduk di bangku SMA yang berada didaerah Bandung. Aku baru saja memasuki semester 2 kelas 12 dan aku memilih kelas IPS karena cita citaku yang ingin menjadi seorang pengacara.
Dimasa SMA ini aku memiliki seseorang yang aku sukai dalam diam, orang orang menyebutnya crush. Dia bernama Rizky.
Aku akan sedikit menceritakan tentangnya, dia menyukai hal hal berbau game, dia tinggi, kulitnya sawo matang, dia humble dan suka sekali melawak, sering sekali aku tertawa akan lawakannya yang lucu itu.
Hari hariku menjadi bahagia karenanya, aku menjadi sangat bersemangat untuk bersekolah. Terkadang aku berinteraksi dengannya yang membuat hatiku berdebar, itu sangat menyusahkan jika tidak handal dalam menahannya.
Pernah sesekali aku dan dia berbicara tentang masa depan. Aku pernah bertanya tentang cita citanya.
“Nanti kau ingin menjadi apa?” tanyaku. “Aku ingin menjadi seorang Tentara tetapi aku menginginkan pangkat tertinggi yaitu Kopasus” jawabnya. “Waw hebat, kudengar menjadi abdi negara itu sulit” “Ya memang sulit, maka dari itu aku berlatih dari hal hal kecil seperti work out setiap sore” sesekali aku pernah melihatnya jogging.
“Kalau kau ingin menjadi apa?” tanyanya padaku. “Hmm aku ingin menjadi seorang pengacara, tapi aku bingung, haruskah aku yakin pada cita citaku atau tidak” ucapku ragu. “Apa yang kau ragukan?”. “Banyak yang berkata bahwa menjadi pengacara itu dosa, Allah tidak menyukai orang yang mencampuri urusan orang lain dan bersaksi palsu” jawabku dengan lesu. “Huh sulit ya ternyata, saranku kau sholat istiqarah saja tetapi masa depanmu masih panjang, kau tidak tahu bagaimana pemikiranmu nanti, masih sama atau tidak, jangan sedih seperti itu” mendengar sarannya aku sedikit bersemangat, benar juga sarannya, kita tidak tahu pemikiran kita nanti. “Terima kasih, kau benar juga” ucapku tersenyum.
“Hei, guru bahasa Inggris sudah masuk, lanjut lagi nanti” ucapku padanya dan dia hanya mengangguk.
Selama 2 jam aku mendengarkan penjelasan materi dari guru, aku sedikit paham apa yang dijelaskan. Di beberapa menit terakhir guruku memberi tahuku bahwa beberapa bulan akan diadakan ujian yang menentukan kita lulus atau tidak. Aku menjadi gugup jika memikirkan itu.
Tidak terbayangkan jika nanti aku gagal pasti orangtuaku sedih. Di semester ini aku menjadi lebih giat belajar untuk ujian yang akan mendatang. Aku berharap bisa memasuki universitas yang terbaik.
Beberapa bulan berlalu tak terasa ujian yang menentukan kita lulus atau tidaknya pun tiba.
“Kau gugup ya?” tanya crushku padaku. “Tentu saja iya, aku takut gagal” ucapku padanya. “Berdoa saja dan yakin, kau pasti bisa” ahh betapa senangnya diawal ujian disemangati oleh orang yang kita suka. “Ya pastinya, kau juga jangan lupa berdoa” aku tersenyum tipis, sebenarnya aku ingin tersenyum selebar lebarnya tetapi aku ingin menjaga image ku depannya.
2 jam pun berlalu aku mengerjakan soal itu dengan serius dan penuh ketelitian. Beberapa soal ada yang tidak aku mengerti dan aku baca berulang kali. Hingga pada akhirnya aku menyerah karena soalnya begitu sulit, akupun menggunakan cara terakhir yaitu memilih acak jawaban yang ada.
Akhirnya selesai soal ujian yang kukerjakan, semoga saja jawaban acak itu tidak salah. Akupun mengumpulkan lembar ujian kepada pengawas dan keluar dari kelas.
“Bagaimana soalnya? apakah susah?” tanya crushku, ternyata dia selesai lebih dulu. “Lumayan, tadi ada yang membuatku berpikir keras dan akhirnya aku memilih acak jawaban yang ada” jawabku padanya. “Tidak masalah, terkadang jawaban acak itu bisa membuat kita benar” jawabnya padaku. “Semoga saja jawaban acakku benar seperti katamu” ucapku padanya.
Hari demi hari berlalu, aku melewati masa ujian yang menegangkan itu dan sekarang adalah hari yang lebih menegangkan lagi.
Hari ini adalah pengumuman lulus atau tidaknya aku. Didepan sudah ada wali kelas yang akan memberitahu siapa yang lulus dan siapa yang tidak lulus.
“Untuk hari saya akan membacakan siapa saja yang lulus dan tidak” ucapan guruku semakin membuat kami tegang. Aku mulai menarik nafas perlahan lahan dan menghembuskannya. Kulakukan itu berkali kali.
“Yang tidak lulus adalah….” “Kosong” kami semua terdiam. “Selamat, kalian semua lulus” guruku tersenyum bangga. Serentak kami bersorak senang dan bertepuk tangan.
“Semoga kalian sukses dimasa depan dan selamat mengejar cita cita kalian, maafkan Ibu yang sering marah selama mendidik kalian” Ucap guruku memberi pesan terakhir.
Kami menjadi terharu, ada yang menangis ada juga yang tertawa untuk menutupi kesedihan jika kita akan berpisah untuk mengejar cita cita.
“Selamat, kau tidak gagal” dia mengulurkan tangannya untukku. “Kau juga, semoga cita citamu menjadi nyata” akupun menerima uluran tangannya. Kami berdua tersenyum bahagia.
“Maukah kau foto bersama denganku?” ucapnya dengan hati hati, tak kusangka ia mengajakku foto bersama. “Boleh” hatiku semakin berdetak kencang, aku menjadi gugup. Dia mengeluarkan handphone dari sakunya dan meminta salah satu temannya untuk memotret kami. Sontak para murid dikelas bersiul menggoda kami.
“Cieeee”. “Waw couple baru”.
Aku hanya diam menahan senyum, berusaha sebisa mungkin untuk tidak berteriak. Setelah selesai foto bersama, tiba tiba dia membisikkan sesuatu ditelingaku. Aku menjadi diam seperti patung.
“Aku menyukaimu” ucapnya kepadaku dengan lirih. “Hah, apa?” aku bertanya untuk memastikan sesuatu. “Aku menyukaimu” dia mengatakan dengan keras sampai teman teman yang ada di kelas mendengarnya. Keadaan semakin ricuh bahkan wali kelaspun ikut menggoda kami. Aku semakin malu, ingin rasanya aku menghilang dari bumi.
“Cieee, jadian jadiann”. “JADIAN”. “JADIAN”. Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku, tidak sanggup menerima godaan dari teman temanku. Crushku menarikku keluar kelas dan aku menjadi sedikit lega, tetapi rasa malu itu masih ada.
“Apakah kau juga menyukaiku?” tanyanya padaku. “Dari awal kelas 12 aku sudah menyukaimu namun aku hanya diam” ucapku padanya. Dia menahan senyumnya.
“Suatu hari nanti, aku akan datang kembali padamu setelah aku sukses mengejar cita citaku” ucapnya padaku. “Apakah perkataanmu bisa kupercaya?” aku hanya takut jika ini hanyalah omong kosong. “Aku berjanji, seorang calon abdi negara tidak akan pernah mengingkarinya” dia meyakinkanku. “Aku akan menuntutmu ke jalur hukum jika kau membohongiku nanti” ucapku terkekeh. “Aku bersedia, tunggulah aku” aku mengangguk yakin atas kata katanya.
“Terima kasih telah memberi kenangan pada masa putih abu abuku” ucapku sambil tersenyum.
Terima kasih atas kenangannya, semoga kau datang kembali dengan membawa kabar bahagia padaku. Aku tunggu itu.
Cerpen Karangan: Khoirunnisa