Waktu itu menunjukkan sebentar lagi sudah mulai menjelang magrib. Tetapi aku dan Iqbal tetap saja duduk santai di taman kota. Setelah berbincang lama sambil menikmati suasana taman yang indah, petang pun tiba.
Masjid-masjid di sekitar taman satu persatu mulai mengumandangkan adzan. Aku dan Iqbal bergegas menuju masjid dan segera mengambil wudhu. Hingga akhirnya saat selesai sholat, tiba-tiba hujan yang deras mengguyur kota. Aku dan Iqbal duduk di depan masjid menunggu hujan reda.
Setelah lama menunggu, hujan pun sedikit reda. Hingga akhirnya aku dan Iqbal menuju tempat parkir untuk mengambil sepedah yang tadi dititipkan. Ketika berjalan menuju parkiran aku dan Iqbal masih berbincang sambil tertawa.
Tidak lama kemudian hujan tiba-tiba mengguyur kota lagi. Karena hampir sampai di tempat parkir, akhirnya kita berdua memutuskan untuk lanjut berjalan menuju tempat parkir itu. Hujan itu membuat badanku terasa sedikit dingin dan menggigil.
“kamu kenapa?” tanya Iqbal sedikit panik karena wajahku pucat. “badanku sedikit kedinginan” jawabku sedikit menggigil. Iqbal dengan cepat kilat melepas jaket dan dipakaikan ke tubuhku.
Dan akhirnya tibalah kami di tempat parkir. Aku duduk di bangku pojok parkiran tersebut, Iqbal yang mengambil jaket kering di jok kendaraannya, dan langsung diberikan kepadaku untuk menggantikan jaket yang habis terkena hujan. Sembari mengibas-ngibaskan jaket yang habis kehujanan, Iqbal menyusul duduk di bangku depanku sambil menatapku.
“Apakah kamu masih kedinginan?” tanya Iqbal sambil memakaikan jaket yang kering karena belum kupakai. “sudah sidikit mendingan daripada tadi” jawabku sambil malu karena lagi-lagi Iqbal memakaikan jaket untukku.
Kami sedikit berbincang sambil menunggu hujan reda. Setelah hujan reda kita berdua langsung menuju masjid karena waktu menunjukkan sholat isya. Kami berdua mengambil wudhu dan segera sholat karena sudah sedikit terlambat. Setelah selesai sholat kita berdua mengambil sepeda dan akan segera pulang.
Pelan-pelan sambil menikmati jalan kota yang habis diguyur hujan, kita berdua berbincang-bincang dengan lucunya. Waktu di sepanjang jalan aku masih sedikit merasakan kedinginan. “Tiba-tiba tangan Iqbal memegang tanganku” kagetku tapi aku diam saja karena disitu aku merasa diberi sedikit kehangatan.
Karena masih ada waktu kita berdua memutuskan pergi ke cafe untuk rileks dan meminum kopi. Sesampainya di cafe, kita berdua turun dari sepeda.
Kita masuk ke cafe dan lanjut memesan kopi. Selanjutnya kita berdua menikmati kopi yang telah dibuat. Setelah lama rileks di cafe, tidak terasa waktu sudah larut malam. Kita berdua memutuskan untuk pulang. Di perjalanan lagi-lagi Iqbal memegang tanganku. Aku hanya bisa tersenyum malu.
Sesampainya aku di rumah, Iqbal berpamitan kepada ibuku untuk segera pulang karena sudah malam. Aku segera masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju yang basah tadi. Sehabis itu aku pun segera masuk ke kamar untuk tidur. Sebelum tidur aku tiba-tiba memikirkan hal yang terjadi tadi sore. “apa sih yang sedang kupikirkan ini” ucapku sambil tersenyum. Aku pun segera tidur.
Seminggu kemudian, hari yang ditunggu pun tiba. Waktu menunjukkan telah pagi dan aku pun bangun kerena alarm sudah berbunyi. Aku bergegas menuju kamar mandi.
“mau kemana pagi-pagi gini?” kata ibuku sambil heran karena aku tergesa-gesa. “mau pergi keluar sama temanku yang kemarin hehe” jawabku.
Aku bersiap-siap dan tinggal memakai kerudung. Tiba-tiba terdengar sepeda motor dia. Aku semakin tergesa-gesa. Akhirnya aku pun selesai dan segera keluar kamar. Ternyata Iqbal sudah di ruang tamu bersama ibuku. Iqbal pun berpamitan akan mengajakku keluar. Aku dan Iqbal akhirnya keluar. Iqbal membawaku ke suatu tempat yang aku pun tidak tahu itu dimana.
Sesampainya di parkir tempat itu, mataku tiba-tiba ditutup dengan tangannya. Aku hanya kaget dan malu hampir tidak mau. Aku dibawa masuk ke tempat tersebut dan didudukkan di kursi dengan keadaan mata masih ditutup. Aku masih kebingungan kenapa mataku harus ditutup seperti ini.
Akhirnya mataku dibuka pelan-pelan dan aku dikejutkan dengan sekitarku yang banyak sekali bunga berwarna pink. Tiba-tiba Iqbal berdiri di depanku membawa setangkai bunga pink itu.
“ini maksudnya apa?” kataku semakin terheran-heran. Akhirnya Iqbal berbicara mengungkapkan semuanya. “sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak awal aku bertemu denganmu” kata Iqbal sedikit malu. Aku pun menjawab “apa yang kamu suka dari aku?”. “Karena kamu baik, itu yang aku suka darimu” jawab Iqbal sekali lagi. “lantas apa maksud dari semua ini?” tanyaku. “Aku ingin kamu menjadi kekasihku” kata Iqbal dengan wajah merah. Aku pun menjawab “iya aku mau”.
Setelah lama melanjutkan perbincangan di tempat itu, akhirnya Iqbal mengajakku pulang. Di jalan Iqbal berkata “minggu depan aku datang ke rumahmu untuk melamar dirimu”. “Sebenarnya aku tadi sudah merencanakan ini semua sama ibumu. Ibu bicara kepadaku kalau kamu sering bicara tentang diriku, karena itu aku memberanikan diri untuk mengungkapkan itu semua kepadamu” ucap Iqbal lagi. Aku hanya bisa tersenyum malu.
Setelah sampai di rumahku kita bertiga berbicara tentang acara minggu depan. Aku hanya bisa iya-iya saja karena aku sudah siap menunggu acara itu. Setelah itu Iqbal pamit pulang karena ingin membicarakan semua ini dengan keluarganya.
Beberapa jam kemudian Iqbal mengirim pesan melalui whatsapp. “Aku tadi sudah membicarakannya dengan keluargaku, dan mereka setuju”. Isi pesan itu. Aku pun merasa senang dan bahagia.
Beberapa hari sebelum hari H aku dan Iqbal pergi mencari baju couple untuk seluruh keluarga. Tak terasa kurang satu hari lagi, besok sudah hari H. Aku tidak bisa tidur karena tidak sabar untuk besok. Aku hanya bisa menghubungi Iqbal melalui whatsapp saja.
Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Aku bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ternyata di rumah sudah banyak tetangga-tetangga yang membantu menyiapkan makanan untuk acara tersebut. Selesai mandi aku langsung melanjutkan untuk make-up. Tak terasa waktu sudah kurang setengah jam lagi.
Setelah menunggu, akhirnya Iqbal beserta keluarga dan beberapa orang pun datang. Acara dimulai dan berlangsung dengan lancar. Aku merasa mendapat suatu kebahagiaan tambahan. Akhirnya setelah acara itu, hubungan kita berdua semakin bahagia. Semoga hubungan kami munuju ke jenjang yang lebih serius aminn…
Ingat SIAPAPUN bisa menjadi APAPUN Kalau memang itu TAKDIR
Cerpen Karangan: Ambar Blog / Facebook: Aibar Mqbal