“selamat pagi dunia” teriakku dengan begitu ceria di atas balkon kamar. Ini hari keduaku menetap di sebuah komplek perumahan, dan aku tinggal sendiri disini. Kulihat sekitar, pohon tumbuh berjajaran, burung tak berhenti un- “eh udah siang kali, masih aja nyebut pagi! Gak liat matahari udah di atas kepala?” ejekan seseorang itu membuatku mendongak ke bawah. Ei, siapa dia? Berani sekali mengacau pagiku yang cerah ini. “memangnya siapa kamu? Peduli banget gitu?” kataku acuh. Dengan muka tengil ia tersenyum lebar padaku. “olahraga bareng yuk!” ajaknya. Dia idiot atau gila sih? “eh udah siang kali, masih aja nyebut pagi! Gak liat matahari udah di atas kepala?” kataku mencibir perkataannya. “sory ya, aku gak nyebut ini pagi. Aku cuma ngajak kamu olahraga bareng” ujarnya masih tersenyum. Aku tertegun, antara kesal juga perasaan tak menentu menjadi satu. Rasanya aku ingin mengolok oloknya karena mengajak seseorang yang tak ia kenal olahraga bareng, tapi melihat wajahnya yang memelas membuatku mempertimbangkan ajakannya. “okay deh, tapi kalau kulitku jadi hitam kamu harus tanggung jawab ya!” kataku pura pura kesal, dan lagi hanya dibalas senyuman olehnya. Kenapa dia suka sekali tersenyum sih? Dengan gerakan santai aku mempersiapkan diriku, biarlah dia menunggu lama. Toh gak ada hubungan apa apa juga diantara kami.
Setelah selesai (berleha leha) aku keluar dari kamar, namun aku begitu dikejutkan dengan kehadirannya tepat di depan pintu kamarku. “kita ini bukan kencan, please deh. Lama banget dandannya” katanya. “kok kamu ada disini sih? Kamu hantu ya? Gak sopan banget masuk ke rumah orang” bentakku tanpa mengidahkan sindiran halusnya. “weits, santai cewek. Kata mama kamu aku disuruh nyusul ke kamar atas” jelasnya dengan muka tenang. “ngaco! Jelas jelas aku tinggal sendiri, siapa sih kamu? Ngajak aku olahraga gak jelas terus main masuk ke rumah aku tanpa izin” ocehku sembari berjalan menuruni tangga. Rupanya dia hanya diam mengikutiku, mungkin dia merasa bersalah atau apa aku tak peduli dan hanya melanjutkan kegiatanku dengan memakai sepatu nike kesukaanku. Di sebelahku dia juga melakukan hal yang sama dengan wajah memberengut, ah, jelek sekali dia!
Setelah selesai memakai sepatu aku dan dia berjalan santai mengelilingi komplek perumahan. Ternyata tak seterik yang aku kira, malah terasa sejuk. Aku menatap lekat cowok yang ada di sampingku ini. “kamu ini gak jelas deh, tadi datang ke aku dengan tengilnya, sekarang malah diem gini” ujarku membuatnya menoleh, dan tersenyum. Mungkin menjadi senyuman favoritku, melihat matanya yang menyipit dan lesung pipi yang terlihat ketika ia tersenyum. “bagaimana bisa kamu menganggap aku yang ganteng ini, gak jelas?” tanyanya dengan kepedean yang tinggi. “ih, kalau kau bicara seperti ini ke orang lain pasti mereka sudah ilfeel, btw nama kamu siapa?” tanyaku diselingi tawaan renyah darinya.
“aku Aby, kamu?” tanyanya balik dengan menyodorkan tangan. Dengan gerakan ragu aku membalas jabatannya. “Agnia” kenalku ikut tersenyum. Kami melanjutkan lari pagi kami yang sempat terhenti. “kamu orang baru ya? Aku gak pernah liat cewek aneh yang menyapa pagi lewat jendela seperti kamu” katanya, terdengar seperti mengejek. “heh, memangnya gak boleh ya berkelakuan kayak gitu? Selama gak mengganggu ya gak apa apa kan” protesku sedikit sensitif. Entah kenapa setiap kata yang terucap darinya terdengar menyebalkan. “weits.. Calm darling, aku hanya bercanda” katanya diselingi tawa, lagi.
Kami terus saja bersenda gurau, terkadang aku dengan refleks memukul lengannya karena tingkahnya yang konyol. Tak terasa kami sudah sampai di jalan raya, aku menatapnya dengan pandangan lelah. “capek? Bentar ya aku ambil minum dulu” katanya yang segera berlari membeli minuman di pedagang asongan. Aku melihatnya yang sedang berbicara dengan pedagang, lalu entah dorongan darimana aku tersenyum. Cowok aneh ini, yang tahu tahu sudah muncul di rumahku saat aku terbangun dari tidur. Yang membuatku senang di komplek yang sepi ini. Kenapa, tahu tahu sekarang sudah membuat hatiku berdebar.
Aku tersenyum lebar saat melihatnya membawa 2 botol aqua dengan tawaan renyah dari wajah tampannya. Tapi saat ia menyeberang, entah datang dari mana sebuah mobil truk tiba tiba melaju kencang ke arah Aby membuatku dengan refleks berteriak “ABY! Awas!” namun terlambat, kulihat 2 botol aqua itu sudah tercecer tak berbentuk di jalanan. Tapi, aby? Pandanganku terpaku pada tempat Aby berdiri, di sana, ia masih berdiri utuh dengan pandangan bersalah padaku. Ada apa ini?
Aku berjalan cepat menghampirinya, lalu menggoncang pelan bahunya. Namun yang kudapati adalah tanganku yang menembus tubuhnya yang transparan. “a.. Aby, ada apa ini?” tanyaku dengan perasaan tak enak.
“agnia.. Maaf, sebenarnya aku bukan manusia” katanya lirih. Aku masih mencerna kata katanya, bukan manusia.. Lalu apa yang kupukul lengannya tadi? Kenapa ia bisa memegang 2 botol aqua itu? Kenapa tadi ia bisa kusentuh? Kutatap matanya lekat. Matanya.. Yang transparan.
Bersambung
Cerpen Karangan: Cow sapi Blog / Facebook: Suci indah sari Cow sapi, seorang yang suka susu juga sapi. Tapi gak suka nyusu ke sapi. Tak suka jika identitas asli dibongkar, sekian.