Mentari pagi merekah membawa semburat senyum kemerahan dari peraduannya. Seakan mampu menepis awan gemerlap yang berwarna hitam keabu-abuan. Berarak perlahan-lahan ingin menutupi senyum mentari itu dengan bantuan angin yang dengan suara lambat namun pasti akan menutupi mentari itu. Senyum mentari pagi yang begitu dinantikan oleh seorang gadis cantik itu telah pudar dengan kekecewaan. Awan tebal itu beradu dengan awan tebal lainnya dengan gerakan angin yang mulai sedikit kencang. Maka turunlah beribu-ribu titik air yang jatuh dari awan gelap itu. Sehingga membasahi permukaan bumi. Pohon-pohon, atap-atap rumah, sungai dan juga berhasil mengguyur beberapa orang yang berlalu lalang dijalan. Termasuk gadis cantik tadi, yang begitu bersemangat berangkat ke sekolah hari ini.
Hari ini dia berencana untuk berjalan kaki menuju sekolahnya yang hanya memiliki jarak tempuh 20 menit dari rumahnya sedangkan kalau naik kendaraan motor ataupun naik angkot tidak lebih dari 5 menit sudah sampai. Entah hari ini, dia begitu ingin menikmati pagi hari yang sejuk dan yang tadinya meneduhkan. Kini hujan berhasil membuatnya basah kuyup sebelum sampai ke gerbang sekolahnya. Gadis cantik bernama nana, lebih tepatnya nana evangelista grace. Dan nana lebih senang jika namanya disingkat dengan nana grace saja. Nama yang begitu indah dan seperti sebuah anugerah. Sebab parasnya yang cantik dengan memiliki senyum yang menawan apalagi dengan lesung pipit di pipi kanannya. Yang semakin membuatnya begitu terlihat manis. Rambutnya yang hitam panjang lurus di atas pinggang, cocok dengan tingginya 160 cm tinggi rata-rata gadis pada umumnya. Mata lebar dengan alis tebal. Dan bibirnya yang mungil. Begitu mempesona ketika ia memamerkan lesung pipitnya dengan senyum manisnya. Siapapun dapat dengan mudah terpikat dengan nana grace.
Saat hujan turun, nana hanya dapat berlari sekencang mungkin untuk dapat segera sampai di sekolahnya. Yang awalnya ia sangat bersemangat, namun terlihat dia menggerutu. Tiba-tiba sekitar sepuluh menit lagi akan sampai di sekolah seseorang cowok dengan berseragam seperti nana. Seragam anak sma. Cowok itu menghentikan motor maticnya tepat di samping nana yang sedang berlari. Nana yang sudah basah kuyup berhenti dengan napas ngos-ngosan. Dia melirik ke arah cowok itu. Dan cowok itupun membuka kaca helmnya. Memandang wajah nana yang sudah pucat kedinginan itu.
“hai, kau sepertinya sendirian. Ayo naik.” Ajaknya dengan nada yang mengkhawatirkan keadaan nana. Nana sempat tertegun. Hampir tidak percaya ternyata cowok itu adalah miko teman sekelasnya. Dan orang yang paling terpopuler di sekolahnya dengan keahliannya bermain basket, bermain musik dan bahkan ketua osis di sekolahnya. Nana hanya mengangguk menyambut ajakan miko. Nana segara naik dan duduk menyebelah. Tapi, miko tidak segera menghidupkan motornya. Dia berdiri dari motornya, dan dia malah melepaskan jaket kulitnya dan memberikannya kepada nana. “gak usah, miko. Bajuku sudah benar-benar basah. Nanti jaketmu ikutan basah.” Nana menolak jaket dari miko. Tapi, miko malah tetap memberikan jaket itu dibahu nana. “gak usah peduli hal itu. Setidaknya kamu bisa merasa hangat.” Miko tidak mempedulikan jawaban dari nana lagi. Dia segera menaiki motornya dan lebih aneh lagi dia memutar balikkan arah motornya.
Nana malah semakin heran dengan tingkah miko. Sosok yang baru menyapanya. Padahal mereka satu kelas dan mereka tidak pernah tegur sapa ketika di dalam kelas. Nana yang pendiam ketika di kelas dan lebih memilih untuk bergelayut dengan buku-buku yang begitu menarik perhatiannya untuk membaca. Sedangkan miko adalah sosok yang begitu sibuk. Bolak balik kantor guru dan kepala sekolah itu kerjaannya tiap siang.
“kamu mau bawa aku kemana?” Tanya nana spontan setengah berteriak saat miko memalingkan motornya. “di mana rumahmu?” Miko malah balik bertanya. Sehingga membuat nana sedikit kesal. “untuk apa menanyakan rumahku? Apa kamu mau membawaku pulang? Dan kita bolos sekolah gitu? Kamu ini ketua osis apaan sih?!” Cerocos nana begitu saja karena saking kesalnya dengan miko. Miko terdiam sebentar. “nana, apa kamu mau masuk ke kelas dengan baju basah kuyup dan dengan baju yang transparan?” Bukkk. Bahu miko dipukul oleh nana. “iya enggaklah, ya sudahh.. Cepat antarkan aku pulanggg..” Nana berteriak kencang. Dia tidak suka dengan kata-kata miko. Transparan. Berani sekali seorang ketua osis mengatakan hal itu padanya.
“sebentar maksud kamu tadi itu apa?” “apa nana? Maksud yang mana?” Miko menjadi heran dengan pertanyaan nana yang tiba-tiba itu. “nggak usah. Nggak jadii.” Nana menjadi kesal sendirian dengan sikap miko. “haha..” miko menjadi aneh dengan tertawa. Karena sebenarnya dia tahu maksud nana. “kamu jangan berpikiran yang negatif dong Na, tadi itu cuman becanda aja. Takutnya bisa kaya gitu toh. Lebih baik dicegah dulu toh..” Ucap Miko dengan santai. Nana cuman terdiam sambil memikirkan kata-kata Miko barusan. Dan membenarkan dalam hati ucapan Miko tadi.
“Rumahku di Gang Melati itu belok kanan. Nomor 97..” Kata Nana karena melihat Plang Gang Melati, gang arah rumahnya sudah semakin dekat. Ia pun segera memberitahu Miko. Nanti takutnya, malah kelewat lagi gegara saking keasyikan acara diem-dieman mereka berdua.
“Bersambung”
Cerpen Karangan: Mariana Blog / Facebook: Mariana Dear Readers Mar.. haiii semua …. saya balik lagi nih.,.. udah lama vakum, gak nulis lagi, soalnya lagi sibuk kuliah.. kemaren2 masih dalam masa putih abu-abu gitu hehe makanya ada waktu nulis… dan sekarang disela sibuk bikin tugas kepingin nulis lagi.. tentang cerita cinta yang romantis lahh.. tapii yang romantis itu dimulai dari ketidakcocokkan dulu toh.. okk tunggu cerita selanjutnya ya..