Setelah kuliah biasanya kebanyakan orang mencari pekerjaan yang layak untuk kelangsungan hidupnya, begitu pula dengan Riki, setelah dia lulus kuliah dengan nilai yang pas pasan dia bisa diterima di sebuah perusahaan besar dimana di perusahaan ini orang orang sibuk dengan pekerjaannya masing masing.
Riki adalah seorang pemuda pemalas dia bisa diterima di perusahaan ini karena dia punya kelebihan seperti dapat memotivasi orang lain, juga kemampuan public speaking yang dimiliki Riki terbilang bagus, bulan Mei ini Riki genap menginjak umur 27 tahun, dia memiliki seorang atasan bernama Desi, Desi selalu bersikap baik kepada Riki dan hal inilah yang membuat Riki semangat untuk pergi bekerja, bisa dibilang Desi merupakan Mood Booster bagi Riki.
KRIINGGG!!! Pukul 07:00 Alarm di rumah Riki yang terdengar nyaring berbunyi “Huft, hari melelahkan selanjutnya, selamat tinggal bantal” keluh Riki, sepertinya dia memang hanya menginginkan waktu luang yang dia bisa gunakan untuk rebahan setiap harinya, Riki segera bangun dari tempat tidur, bergegas ke kamar mandi, sebelum berangkat dia tidak lupa sarapan dengan makanan favoritnya yaitu kue mangkok, setelah memakan beberapa buah kue mangkok Riki pun segera berangkat.
“Halo, selamat pagi, bagaimana pagi harimu?” sapa Desi dengan suaranya yang lembut, “Hmm, yah begitulah kehidupanku tidak ada yang berubah, aku hanya bangun tidur, mandi, sarapan, bekerja, pulang kemudian tidur lagi dan begitulah seterusnya, terasa sangat membosankan” ucap Riki yang sedari tadi tidak berhenti mamandangi layar handphonenya, Desi hanya tersenyum seolah olah Desi mengetahui apa yang sedang Riki rasakan, perlu diketahui Desi satu ruangan kerja dengan Riki jadi dia bisa sangat akrab dengan Riki.
Bos atau CEO perusahaan ini juga merupakan seorang yang sukses dan memiliki pekerjaan lain yaitu sebagai rentenir, meskipun kelihatan dari luar bos ini baik tapi dia juga bisa sangat tegas jika saja mengetahui karyawannya yang berbuat seenaknya, dan sifat inilah yang karyawannya suka dari sifat yang dimiliki bos.
Dalam hati kecil Riki, sebenarnya dia ingin segera meninggalkan pekerjaan ini karena dia lebih suka dengan pekerjaan yang lebih cenderung bersosialisasi dengan orang lain tapi di perusahaan ini orang orangnya lebih mementingkan diri sendiri seakan akan tidak pernah mengenal satu sama lain, dan hal ini pula yang menjadikan Desi sebagai satu satunya teman kerja Riki karena sifatnya yang humoris dan mudah besosialisasi.
(Selasa, 4 Mei 2009) Hari hari terus berlalu, hingga di suatu hari dimana Riki bangun tidur seperti biasanya dia bermimpi buruk, ia terbangun dari tidur dengan badan yang penuh keringat, Riki tidak menghiraukan hal itu dia pun segera bergegas untuk bekerja, hingga saatnya dia sampai di gerbang perusahaannya dia mendapati begitu banyak orang yang berkumpul di depan ruang ganti di ruang kerjanya, dia penasaran kemudian Riki bertanya pada salah seorang karyawan, “Hoi! Apa yang terjadi?! Aku ingin melihatnya!” Riki menepuk pundak karyawan itu, “entahlah aku juga tidak bisa melihatnya, tapi katanya ada seorang gadis yang bunuh diri di ruang ganti di ruangan ini” Riki pun terkejut mendengar hal ini, ia segera pergi melihat gadis tersebut, Riki sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, bahwa gadis yang dimaksud karyawan tadi ialah Desi.
“apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?” Riki masih tidak percaya dengan kenyataan ini, Desi meninggal dengan cara bunuh diri di ruang ganti menurut beberapa orang Desi bunuh diri dikarenakan sudah tidak sanggup membayar hutangnya kepada bos, meskipun bos bersikap baik padanya Desi selalu merasa malu bertemu dengan bos, ia mempunyai hutang yang sangat besar kepada bos, rupanya dibalik sifatnya yang humoris Desi mempunyai masalah berat yang harus ditanggungnya bos pun sangat menyesali kepergian Desi “kalau saja aku tau ini hari terakhir bagi Desi mungkin aku akan lebih bersikap baik lagi padanya, semoga kau tenang di alam sana” terdengar suara sedih bos karena kehilangan seorang karyawan yang disayanginya.
(Kamis, 6 Mei 2009) Setelah dua hari terus berlalu semenjak kepergian Desi orang orang di perusahaan ini terlihat biasa biasa saja seolah kejadian ini tidak pernah terjadi, hal ini tentu membuat Riki kesal karena orang orang disini sudah keterlaluan “apa apaan karyawan disini?! Mereka terlihat biasa saja tanpa seolah kejadian yang menimpa Desi tidak pernah terjadi” tentu saja Riki berkata seperti ini karena memang sejak insiden itu orang disini tidak pernah merasa sedih, perlakuan mereka kepada desi pun seolah mereka tidak pernah mengenalnya, ini mebuat Riki menjadi tambah malas bekerja disini.
Pada saat istirahat ia menghadap ke ruangan bos, “Permisi, bos maaf mengganggu, bisa minta waktunya sebentar?” Riki masuk ke ruangan bos, “ya, ada apa?” jawab bos dengan nada ramah, “aku minta maaf, ini memang tiba tiba tapi aku ingin keluar dari perusahaan ini” Riki langsung saja ke inti permasalahan, “hmm, apa ada yang mengganggumu? Kau sepertinya sedang menanggung sesuatu yang berat” bos menghampiri Riki dan berbicara lebih dekat “ya ada yang menggangguku, aku tidak terlalu suka dengan orang orang disini, bukan berarti aku tidak suka dengan pekerjannya hanya saja aku merasa karyawan disini sudah agak keterlaluan, kau ingat kejadian 2 hari yang lalu?” Riki menjelaskan alasannya ingin keluar dari perusahaan ini, “ya aku ingat” bos menjawab “ya itulah kejadian dimana Desi bunuh diri, kemudian tepat pada hari ini mereka tidak pernah merasa sedih bahkan mereka seakan akan tidak pernah mengenal Desi, teman kerjanya sendiri, dan hal inilah yang membauatku tidak ingin bekerja disini” sekali lagi Riki dengan nada tegas mengatakan alasannya keluar dari perusahaan ini, bos pun memaklumi keluhan Riki “aku tau apa yang kau rasakan, tapi sebelum itu aku beri kau waktu 2 hari untuk membuat surat pengunduran diri, dan juga aku tidak bisa memaksamu untuk bekerja di perusahaan ini terus, itu pilihanmu sendiri” sepertinya bos paham betul apa yang Riki rasakan “baiklah, terima kasih aku akan mmebuat suratnya, sekali lagi aku minta maaf” ucap Riki sembari menundukan kepala di hadapan bos.
Riki pun keluar dari ruangan bos dengan pikiran bimbang, pertama jika dia keluar dari perusahaan ini dia akan bekerja dimana? Kedua, jika tidak keluar dari perusahaan ini Riki mungkin akan amat sangat kesal kepada karyawan disini, tentu saja hal itu membuat Riki terganggu, “Bagaimana ini? Bodohnya aku, jika keluar dari perusahaan ini apa yang akan aku lakukan? Aaaahhhh!!” tampaknya Riki sangat bingung terlihat dia mengacak acak kepalanya, jam istirahat pun usai, kini Riki kembali masuk ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaan membosankannya, disamping hal itu Riki masih memikirkan tentang pengunduran dirinya.
(Jumat, 7 Mei 2009) Satu hari kemudian Riki membulatkan keputusannya untuk keluar mengundurkan diri dari perusahaan ini, “yosh, baiklah aku akan mengundurkan diri, mungkin aku akan menjadi pengangguran, lebih baik menjadi pengangguran daripada harus bekerja dengan orang orang seperti mereka” riki dengan percaya diri masuk ke ruangan bos dan menyerahkan surat pengunduran dirinya, “permisi, pak aku sudah membuat surat pengunduran dirinya” Riki meyerahkan map yang ada ditangannya, “ya ini bagus baiklah aku sudah tidak akan memikirkanmu selanjutnya terserah kamu ingin bekerja dimana aku tidak memaksa” bos menandatangani surat pengunduran Riki, tentu saja dengan surat yang sudah ditanda tangani ini Riki sudah tidak bisa bekerja disini lagi.
Pada saat akan pulang ke rumah sekitar pukul 14:00 Riki bertemu dengan teman SMA nya yang terlihat sudah bekerja di suatu perusahaan, “apa kau Riki? Kau masih kenal dengannku?” orang ini menepuk pundak Riki, namun sepertinya Riki agak lupa dengan dirinya, “ini aku Erik teman sekelasmu waktu di SMA dulu” orang itu melanjutkan pembicaraannya, “oh sekarang aku ingat kau Erik, kau terlihat seperti biasanya, kau selalu bersemangat” sepertinya orang yang dipanggil Erik ini merupakan orang yang periang, Erik dan Riki terus saja mengobrol hingga tiba saat Erik menanyai Riki tentang pekerjaannya “oh ya sekarang dimana kau bekerja? Apa pekerjaanmu menyenangkan?” Erik menanyai orang yang baru saja keluar dari perusahaan mengenai pekerjaan, “be..be..bergitulah pekerjaanku, tidak terlalu bagus namun aku menyukainya”, Riki berbohong kepada Erik dengan tujuan mempertahankan harga dirinya didepan orang yang dulu pernah berjuang dan satu SMA dengannya, “oh baguslah kalau begitu, ehh satu lagi bagaimana kalau hari minggu ini kita bertemu lagi di sebuah kafe kecil dekat supermaket sebelah sana aku juga akan mengundang teman teman SMA kita dulu” Erik menunjuk ke sebuah kafe kecil didepannya, Erik pun turun dari angkutan umum dan berpamitan dengan Riki.
Riki pulang ke rumah dan dalam keadaan lebih bingung lagi karena dirinya harus bertemu dengan orang orang satu SMA nya dulu yang dimana mereka pasti sudah sukses dan sudah bekerja lalu bagaimana dengan dirinya yang baru saja tadi menjadi pengangguran, “bagaimana ini? Apa aku harus mengaku kalau aku pengangguran kepada mereka?” Riki memikirkan hal ini sembari tiduran di depan TV, setelah beberapa menit Riki memikirkan bagaimana dia akan datang pada reuni kecil yang dibuat Erik itu akhirnya dia mendapatkan sebuah ide, “ah aku tau, aku akan pura pura saja menjadi seorang karyawan di sebuah perusahaan dengan memakai jas perusahaan, mungkin ini bisa menjadi solusi” dia sepertinya akan berbohong di hadapan teman temannya, Riki mencari cari jas bekas perusahaannya yang dulu, “nah ketemu aku akan memakai jas ini saja” Riki melanjutkan pekerjaan penganggurannya dirumah yaitu menonton TV, bermain Handphone, melamun sembari merokok.
(Minggu, 9 Mei 2009) Pukul 09:00 Hari minggu pun tiba, ini saatnya Riki untuk pergi ke kafe itu dan bertemu dengan teman temannya, rupanya disana sudah ada sekitar 5 orang salah satunya adalah Erik, rupanya Riki disini datang paling akhir, disini mereka bercanda tawa, mengingat kembali masa masa SMA dulu, memesan minuman, makan bersama, hingga ada salah seorang bertanya kepada Riki “Wah sepertinya kau sudah bekerja, kini kau sudah memakai jas karyawan yang keren, apa pekerjaanmu sama kerennya dengan jas mu?” Riki pun menjawab “i..i…iya aku sudah diterima di sebuah perusahaan besar, aku tidak mau menjadi pengangguran” sepertinya Riki berhasil membohongi teman temannya, “bersyukur yah kamu sudah diterima di perusahaan, kita semua disini juga sudah bekerja di perusahaan masing masing, sukses selalu bro!” salah seorang teman didekat Riki merangkulnya dan mereka pun berpesta hingga pada waktu maghrib mereka bubar dan pulang ke rumah masing masing, begitu juga dengan Riki.
Pada saat perjalanan pulang ada seorang remaja yang mengagetkan Riki, terlihat remaja ini adalah seorang murid SMA karena dia masih mengenakan seragam SMA “hai permisi paman, maaf menganggumu, perkenalkan aku Dio, teman temanku sering memanggilku Dio Blangkon, karena aku sangat suka memakai blangkon” anak ini menghampiri Riki “apa aku mengenalmu?” Riki bertanya kepada anak itu “paman tidak mengenalku tapi aku sudah mengenal paman, nama paman Riki kan?” anak itu seolah seperti orang yang sudah akrab dengan Riki, “bagaimana kau bisa tahu namaku? Kau mencurigakan!” Riki masih terlihat bingung dengan sikap anak ini, “oh maaf aku merupakan seorang anggota penerlitian laboratorium atau bisa disebut komunitas kami menamai komunitas kami dengan nama JTF (John Titor Fans)” Riki masih tidak memahami apa yang anak ini bicarakan “apa?! Siapa itu john titor?” Riki bertanya kepada anak ini “ya ampun kau tidak mengetahuinya yah, john titor merupakan seorang yang mengaku Time Traveller, dia datang dari masa depan ke masa lalu tepatnya dari tahun 2036 ke tahun 2000” anak itu menjelaskan sedikit tentang orang bernama John Titor, “lalu apa hubungannya denganku?” Riki penasaran “ya kau tau sendiri dia datang dari masa depan, nah di penelitian kami, kami juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan John Titor, tetapi kami tidak pergi ke masa depan melainkan pergi ke masa lalu” Dio mengeluarkan sebuah kamera “lalu bagaimana lagi?” Riki terbawa susana dan sepertinya dia tertarik dengan cerita anak ini, “tapi sebelum aku menjelaskan apa tujuanku bertemu dengan paman aku minta maaf dulu, dikarenakan sebenarnya aku sudah menguntit atau memata matai segala apa yang paman lakukan dari minggu pertama bulan Mei ini, aku memotret segala apa yang paman lakukan di dalam memori kamera ini” Dio menundukan kepala di hadapan Riki, “apa katamu?!” Riki sepertinya agak kesal dengan Dio, “tenang dulu, aku tau paman kemarin sudah mengundurkan diri dari perusahaan dikarenakan paman tidak suka dengan karyawan disana, lalu pada dua atau tiga hari sebelum paman keluar dari perusahaan itu ada insiden bunuh diri yang dialami seorang gadis di tempat kerja itu, dan sekarang paman menjadi pengangguran.” Dio menjelaskan secara rinci apa yang terjadi pada kehidupan Riki seminggu terakhir ini “kau mengetahuinya sampai sejauh itu? Sebenarnya apa tujuanmu?” Riki kembali penasaran, “tujuanku menghampiri paman ialah ingin membuktikan hasil penelitian komunitas kami, yaitu aku akan memberi paman sebuah susu kotak yang nantinya jika paman minum susu kotak ini paman akan kembali menjadi seorang anak SMA tentunya dengan umur yang 10 tahun lebih muda, dan paman bisa mengubah masa depan menjadi lebih baik” Dio mengeluarkan sebuah kotak susu yang ada di dalam tasnya “mana ada susu yang bisa mengubah masa depan seperti itu, jangan membual!” Riki tampak kesal dan tidak menghiraukan Dio, dia pergi begitu saja, “ayolah paman, kau tidak mau menjadi pengangguran kan?, memalukan rasanya jika harus berbohong di hadapan teman temanmu tentang pekerjaanmu.” Dio terus membujuk Riki, Riki pun ikut terpancing dan menerima susu kotak aneh itu dan membawanya pulang, “jangan lupa yah minum susu itu nanti malam, oke?” Dio berlari pulang begitu saja meninggalkan Riki.
Riki melamun di rumahnya sambil bertanya tanya apakah yang dibicarakan anak itu benar adanya, “aku tidak akan tau kalau tidak mencobanya, mungkin aku akan meminum susu satu gelas saja” Riki meminum susu yang kelihatannya sudah tidak segar tersebut, dan mungkin karena efek sampingnya menyebabkan kantuk, Riki pun tertidur dengan pulas ditambah dia juga merasa kecapean karena seharian bersama teman teman SMA nya.
Cerpen Karangan: Dicky Ramdhani Blog / Facebook: Dicky Ramdhani