Penyesalan yang paling terdalam adalah ketika kita mempunyai kesalahan, tapi belum sempat meminta maaf orang itu sudah tiada.
✨✨✨✨✨
"Semua salah Bunda,! seandainya malam itu Bunda tak menyuruh Ayah kerumah nenek, mungkin sekarang Ayah masih ada bersama kita." Shofia berteriak marah
"Shofia, anak Bunda," panggil Bunda dengan nada pelan.
"Shofia benci Bunda!" Teriak Shofia lagi sembari berlari pergi meninggalkan Bunda yang hanya bisa menatap kepergiannya sedih.
Disekolah, Shofia tiba-tiba teringat pertengkaran ia dan Bundanya. Tak terasa setitik air mata terjatuh dan membasahi pipinya.
Shofia mengusap pipinya kasar, saat ini ia masih ada disekolah. Shofia tak ingin ada teman-teman nya yang mengetahui kalau dia menangis.
"Fia, gue pulang duluan yaa." Seru sebuah suara keras.
Shofia mengangguk pelan,tersenyum tipis dan melambaikan tangan kearah Siti, teman sekelas Shofia yang sudah duduk manis di boncengan motor bersama Ayahnya.
"Ahh,andai Ayah masih ada, aku juga pasti akan seperti Siti. pulang dan pergi ke sekolah diantar Ayah.Bukankah bagi seorang anak perempuan, sosok Ayah itu diibaratkan seperti cinta pertamanya?" Monolog Shofia.
Tiga bulan yang lalu, Ayah Shofia mengalami kecelakaan. Motor yang ayah kendarai bertabrakan dengan motor pemuda yang lagi dalam kondisi mabuk.
Ayah meninggal ditempat kejadian, sedangkan Bunda yang malam itu berboncengan dengan Ayah hanya mengalami luka ringan, karena Bunda terlempar.Tapi tidak dengan Ayah,luka di kepala akibat beradu dengan aspal menjadi alasan kenapa nyawa Ayah Shofia tidak terselamatkan.
Shofia menyalahkan Bunda atas kepergian Ayah. Karena Shofia ingat malam itu, Bunda memaksa Ayah untuk berkunjung ke rumah nenek yang saat itu lagi sakit.
Andai Bunda tidak meminta Ayah ke rumah nenek malam itu, mungkin Ayah masih hidup, dan Shofia tidak menjadi anak yatim karena ditinggal pergi Ayahnya selama-lamanya.
✨✨✨✨✨✨
𝘛𝘰𝘬 𝘵𝘰𝘬 𝘵𝘰𝘬
"Shofia,buka pintunya nak," pintu kamar Shofia diketuk Bunda.
Malam sudah larut, jam weker berbentuk tokoh kartun kucing dari jepang diatas meja belajar Shofia , menunjukkan pukul 23.00 malam.
Di kamarnya Shofia mendengar panggilan Bundanya. Tapi dia diam tak menyahut.
Shofia masih terjaga, ia tak bisa memejamkan matanya. Perutnya sedari tadi terus melilit sakit, ia menebak karena pulang Bimbim sore tadi hujan-hujanan, ia menjadi masuk angin. Shofia berpikir Bunda pasti mengetahui kalau ada beberapa kali ia bolak-balik ke kamar mandi.
"Shofia ngantuk,Bund."Sahut Shofia akhirnya tanpa beranjak dari tempat tidurnya.
𝘛𝘰𝘬 𝘵𝘰𝘬 𝘵𝘰𝘬
Bunda kembali mengetuk pintu kamar Shofia teratur.
"Shofia masuk angin kan? Buka pintunya nak, biar Bunda kerokin punggung Shofia ya."
"Setelah punggungnya dikerok, minum obatnya juga yaa nak, biar besok lebih enak," ujar Bunda lagi.
Akhirnya mendengar ucapan Bundanya, Shofia beranjak dari tempat tidur nya. di bukanya pintu kamar perlahan. Di depan pintu, Bunda berdiri tersenyum lembut memandang Shofia.
"Boleh, Bunda kerokin Fia?" tanya Bunda.
Shofia hanya mengangguk pelan. Membiarkan bundanya masuk ke dalam kamarnya.
Saat Bunda memintanya melepaskan baju atasannya dan meminta tengkurap, Shofia hanya manut saja.
Tak lama kemudian, Shofia merasakan tangan hangat Bunda mulai mengerik punggungnya.
Dulu setiap Shofia masuk angin, walaupun sudah meminum obat, sebelum Bunda mengerik punggungnya Shofia belum merasa lebih baik, buat nya kerokan Bunda udah seperti candu.
"Bunda sayang sama Shofia, Shofia anak gadis Bunda yang cantik, pintar dan berhati baik." kata Bunda pelan.
"Maafkan Bunda, kalau Bunda punya salah yaa nak,Bunda yang mengakibatkan Shofia dan mas Heri jadi kehilangan Ayah." Bisik Bunda lagi dengan suara bergetar, menahan tangis.
Shofia mendengar suara Bundanya yang tersekat seperti menahan tangis. Shofia hanya diam saja, tapi matanya memanas.
"Terimakasih, Bund." Shofia berbisik hampir tak terdengar setelah Bundanya selesai mengerik punggungnya.
"Istirahatlah, nak." Bunda tersenyum manis, mengecup kening Shofia lembut. lalu beranjak keluar, dan menutup pintu kamar Shofia rapat-rapat.
Setelah Bunda keluar dari kamarnya, tangis Shofia langsung pecah. Ada perasaan sakit di hati Shofia mendengar ucapan Bunda yang meminta maaf pada ia dan mas Heri kakaknya. Tapi di sisi lain Shofia masih belum bisa menerima kepergian Ayah.
✨✨✨✨✨✨
Pagi itu pukul 06.30, seperti biasa Shofia sudah bersiap untuk berangkat kesekolah. Tumben pagi itu Shofia belum bertemu Bunda.
Biasanya jam segitu Bunda lagi sibuk di dapur. tapi pagi ini Shofia tidak melihat sosok Bundanya di dapur ataupun diluar rumah.
𝘛𝘪𝘵𝘪𝘯 𝘵𝘪𝘪𝘯 𝘵𝘪𝘪𝘯
"Shofiaaaa."
Dari luar pagar rumah Shofia mendengar suara klakson motor dan suara temannya yang biasa berangkat ke sekolah bersama memanggil namanya.
"Aku datang," sahut Shofia
Dan karena terburu-buru Shofia gegas keluar dari rumah, ia lupa berpamitan pada Bunda dan karena terburu-buru, Shofia tak melihat dengan adanya kotak bekal berwarna biru yang ada diatas meja.
Seandainya Shofia tau kalau kotak bekal itu Bunda persiapkan dari pagi untuknya dibawa ke sekolah.
✨✨✨✨✨
Di sekolah entah kenapa Shofia merasakan hatinya begitu gelisah, tak enak. Shofia merasakan sedih dan terus kepikiran sosok Bunda.
Pagi tadi Shofia tak melihat Bunda, entah ada dimana Bunda berada saat Shofia akan kesekolah.
"Shofia!" Panggil seorang pria, salah satu teman Shofia.
"Yaaa." sahut Shofia.
"Ini ada titipan buat elo."
"Buat guwe? dari siapa?"
"Kurang tau guwe, katanya sih ada tukang ojek suruhan Bunda elo"
"Bunda? oh iya thanks yaa"
Yaa, Shofia ingat kotak bekal warna biru itu milik Bunda. Shofia membukanya ternyata isinya adalah menu sarapan favoritnya.
𝘛𝘦𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘯𝘨
Shofia urung untuk memakan bekal yang Bunda kirimkan melalui tukang ojek, karena lonceng tanda jam pelajaran akan dimulai lagi berbunyi, Shofia menenteng kotak bekal yang isinya masih utuh itu dan memasukkannya kedalam tas.
Sampai jam pelajaran usai, dan sekolah bubar perasaan Shofia semakin tak nyaman. tapi entah kenapa sebabnya?
Selesai pelajaran di sekolah, Shofia tak langsung pulang ke rumah. Shofia ada ekstrakurikuler volly. yang harus Shofia ikuti guna persiapan turnamen minggu depan.
✨✨✨✨✨
"Bundaaaaaaaa.....!" jerit Shofia pilu, begitu sampai di depan rumah, dimana didepan rumahnya telah terpasang tenda, bendera warna kuning, dan banyak orang berkumpul.
Motor mas Heri belum juga berhenti, tapi Shofi langsung melompat turun,dan menerobos masuk kedalam rumah.
"Bundddd," cicit Shofia dengan suara nyaris tak terdengar, kakinya terasa lemas tak bertenaga.
"Sabar yaa dek, ikhlasin Bunda, maafkan Bunda, Bunda udah pergi dek." Mbak Erni istri dari Mas Heri merangkul dan memeluk Shofia erat.
"Bundaaaaaaaa." Jerit Shofia lagi pilu, menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Shofia terisak, tersedu-sedu dipelukan Mbak Erni.
Bundanya, wanita yang telah melahirkannya terbujur kaku dengan wajah tenang, dan bibir tersenyum cantik.
Shofia melepaskan pelukan Mbak Erni, lalu perlahan mendekati jenazah Bundanya.
"Bunda bangun Shofia datang, Jangan tinggalkan Shofia bund."
Shofia memeluk tubuh Bunda yang sedingin es itu. jadi inikah jawaban dari semua perasaan tidak enak Shofia hari ini?
"Bunda jatuh di kamar mandi, ada pendarahan di kepala, Bunda sudah engga ada saat di bawa ke Rumah sakit." Mbak Erni menjelaskan kronologi kejadian sampai Bunda tiada.
Shofia tidak sanggup lagi mendengar nya, dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
✨✨✨✨✨
"Selamat jalan Bund, Maafkan Shofia."
Dengan berurai air mata Shofia mengantarkan kepergian Bunda ke peristirahatan terakhirnya. hanya seratus hari setelah kepergian Ayah dan kini Bunda menyusulnya.
Di kamar Bunda, Shofia kembali menangis memeluk baju bunda, menghirupnya dalam-dalam aroma Bunda.
Andai saja Shofia tahu kalau pagi tadi hari terakhirnya bertemu Bunda, Shofia akan menengok ke kamar Bunda dan menanyakan keadaannya. tapi nasi telah menjadi bubur, sekarang hanya sesal yang Shofia rasakan. Ucapan sayang dan maaf Bunda saat Shofia sakit itu adalah ucapan Bunda untuk yang terakhir kalinya.
Shofia merasakan dada nya sakit dan sesak mengingat momen-momen terakhirnya dengan Bunda, betapa keras hatinya.
"Ya Tuhan, aku sungguh menyesal." Batin Shofia kembali terisak.
"Kotak bekal itu?"
Shofia teringat kotak bekal dari bunda yang dianterin tukang ojek kesekolah karena ia lupa membawanya.
Shofia meraih tas sekolahnya, air mata Shofia kembali berderai-derai membuka kotak bekal itu.
"Maafkan Shofia Bund."
✨✨✨✨✨✨✨
𝗦𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮𝘁 𝗷𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗕𝘂𝗻𝗱𝗮, 𝗜𝗻𝘀𝘆𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝘀𝘆𝘂𝗿𝗴𝗮 𝘁𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁-𝗺𝘂, 𝗔𝗮𝗺𝗶𝗶𝗻 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵𝘂𝗺𝗺𝗮 𝗔𝗮𝗺𝗶𝗶𝗻. 🤲🤲🤲
𝗔𝗹𝗳𝗮𝘁𝗶𝗵𝗮𝗵
♥️♥️♥️♥️♥️