•
•
Malam ini adalah acara prom night untuk anak kelas tiga yang sebentar lagi akan segera lulus.
Acara cukup meriah tapi seseorang malah memilih menjauhi kerumunan dan memakan kue sendirian di dekat ayunan.
Para mostwanted sekolah sedang berkumpul berfoto bersama, biasalah untuk update.
"Haechan, mau foto bareng gak?" Yang di tanya berpikir sejenak lalu akhirnya mengangguk.
Dia berdiri membelakangi kolam renang, tubuhnya di rangkul oleh orang yang mengajaknya berfoto bersama, dia salah satu mostwanted sekolah.
"Satu... Dua... Tiga!!"
BYUR!
Haechan malah di dorong ke dalam kolam yang dalamnya mencapai tiga meter, beberapa orang menertawakan Haechan karena candaan yang mereka buat tanpa menyadari orang yang mereka jahili itu tak bisa berenang.
"Anjing! Haechan kan gak bisa berenang, setan!!" Pekik seorang yang tau dengan Haechan yang selalu tak ikut olahraga renang karena tak tau berenang.
Yang lain ikut panik saat mengingatnya.
BYUR!
Seseorang langsung ikut masuk kedalam kolam untuk menolong Haechan yang sudah mulai tertarik ke dasar kolam.
Tangannya langsung meraih pinggang Haechan dan kembali membawanya ke permukaan.
Para panitia ikut menyambut Haechan yang diangkat ke tepi kolam, mereka panik karena Haechan tak sadarkan diri.
Sebisa mungkin mereka melakukan pertolongan pertama, namun mereka sedikit takut memberikan napas buatan sebab Haechan juga termasuk orang jutek yang galak.
Melihat para panitia yang sangat lama, orang yang menolong tadi langsung mengambil alih dan tanpa ragu memberikan napas buatan pada Haechan beberapa kali hingga akhirnya pemuda yang pingsan itu sadar saat bibir mereka masih bertaut.
Keduanya terdiam namun tak lama Haechan langsung mendorongnya dan menyeka bibirnya sendiri.
"Haechan sorry, kita lupa soal lo gak tau berenang, kita merasa bersalah banget milih lo buat jadi bahan jahil malam ini, sorry chan." Haechan tak menjawab, matanya menatap tajam mereka kemudian pergi ke dalam vila yang di sewa, dirinya ingin mengganti pakaian kemudian segera pulang.
"Hey." Haechan menoleh pada orang yang juga sama basahnya dengan dirinya.
"Sorry buat tadi, gue niatnya bantuin kok." Haechan kembali fokus mencari tas miliknya diantara banyaknya tas para siswa.
"Haechan gu--
"Gue maafin lo, Mark! Jangan ganggu gue!" Haechan menemukan tasnya, segera dia masuk kedalam toilet untuk mengganti pakaian.
Tak butuh waktu lama dia sudah selesai dan saat keluar ternyata Mark juga mengganti pakaiannya di luar.
"Lo mau balik? Biar gue anterin ya?" Haechan menggeleng dan berjalan keluar.
Tentunya Mark langsung menyusul sambil membawa tas miliknya.
"Gak ada taxi ataupun bus, lo bareng gue aja." Mark tak akan menyerah untuk mengajak Haechan pulang bersama.
Tawaran demi tawaran dia berikan hingga akhirnya Haechan mau pulang dengannya dengan tawaran di belikan jajanan di jalanan nanti.
Sepanjang perjalanan, Mark tersenyum senang membuat Haechan heran padanya.
Mereka melewati jalanan yang masih ramai akan para pedagang, Mark berhenti kemudian turun bersama Haechan untuk membeli jajanan yang dijanjikan pada si manis.
"Ada bakso." Haechan melihat sebuah gerai bakso yang menggodanya.
"Mau?" Tanya Mark yang mendapat anggukan pelan dari Haechan.
"Duluan aja kesana, nanti gue nyusul setelah ambil jajanan lo ini." Haechan kembali mengangguk kemudian segera pergi meninggalkan mark.
"Lucu ya mas, pacarnya." Mark terkekeh pelan, bisa-bisanya ada yang mengira dia dan Haechan berpacaran, tapi dia senang.
"Masih otw pacar sih mas." Si penjual mengangguk ria kemudian memberikan kantong plastik berisikan jajanan Haechan lalu segera membayarnya.
"Saya permisi dulu mas." Mark segera pergi, takutnya si manis kelamaan menunggunya.
"Maaf lama." Mark segera mendaratkan bokongnya pada tempat kosong di samping Haechan. "Udah pesan?" Tanya Mark lagi kemudian Haechan menggeleng.
Akhirnya Mark yang memesankan nya untuk mereka berdua, dia kembali duduk di samping Haechan yang kini sedang bermain ponsel.
"Chan, lo tadi ngapain sendirian doang?" Haechan melirik Mark sebentar lalu menghela napas.
"Pengen aja." Mark geleng-geleng kepala, pesanan keduanya sudah jadi.
Mark yang lebih dulu menyantap makanannya sedangkan Haechan masih diam menatap semangkuk bakso itu.
Mark yang sadar saat melirik Haechan lantas bertanya. "Kenapa chan?" Haechan menatap Mark.
"Gue gak suka sayur yang ini." Jarinya menunjuk sayur berwarna hijau yang berada di makanan.
Mark terkekeh pelan kemudian mengambil alih makanan Haechan. Dengan telaten dia memindahkan semua sayur itu ke mangkuk miliknya hingga habis tak tersisa.
"Selamat makan." Mark mengusak rambut Haechan yang masih diam menatap makanannya.
"Makasih." Dengan senyuman manisnya Mark mengangguk mendengar perkataan Haechan.
Keduanya menghabiskan makanan bersama setelahnya mereka mengobrol sebentar, Haechan jadi menceritakan bagaimana dia sebenarnya tak suka berada di kerumunan serta Mark yang mendengar dengan seksama kemudian membalasnya hingga mereka kembali berada di dalam mobil hendak pulang.
"Oh ya chan, lo juga populer loh." Ucap Mark.
"Orang kayak gue ngapain populer, kurang kerjaan banget." Haechan menyandarkan kepalanya, menolak kenyataan yang Mark katakan.
"Ya kan lo cakep, pinter, lucu lagi. Ada loh yang suka sama lo." Mark terkekeh setelah dirinya berhasil memberikan kode mengikuti alur pembicaraan mereka.
"Gue mungkin gak akan suka soalnya gue juga punya kali orang yang gue suka." Mark ketar-ketir mendengarnya, Haechan tak terdengar memberikan kode padanya, wajahnya tetap datar seperti yang ada di balik kata sukanya itu bukanlah Mark.
"Si-siapa chan?" Mark ingin memastikan, jantungnya berdegup kencang takut jawaban yang diberikan tak sesuai dengan ekspektasinya.
"Ada, mostwanted sekolah, tapi dia gak mungkin suka gue." Jantung Mark masih berdegup cepat, dia salah satu mostwanted apakah dirinya yang Haechan maksud, atau orang lain?
Mark takut bukan dirinya yang dimaksud, dia jadi panik dan langsung menghentikan mobilnya.
"Chan, jangan suka yang lain." Haechan menatap bingung Mark yang terlihat aneh.
"Liat gue chan, liat gue yang selalu caper ke lo pas jaman sekolah, masa lo gak ngeh sih sama gue? Gue selalu sengaja berdiri di samping lo pas baris karena barisan kelas kita sebelahan, gue selalu main di depan kelas pas jamkos dan kelas lo lagi olahraga, gue selalu ngebacot keras-keras pas lo lewat. Itu semua gue lakuin biar lo notice keberadaan gue, gue gak berani deketin lo karena takut lo ilfil, nanti sekarang gue bisa deket bareng lo guㅡ
ㅡnapas Mark." Sela Haechan karena Mark bicara tanpa berhenti sebentar untuk menarik napas.
Mark menurut, dirinya meraup oksigen sebanyak mungkin sambil menatap Haechan yang memasang raut sedih, Mark takut jika tatapan itu memiliki arti tak mengenakan.
"Sorry Mark..."
•
•
•
•
•
"ARGGHH!!" Mark melompat ke atas kasur kemudian berguling-guling dengan air mata yang mengalir sangat deras.
"Haechan hiks hiks." Kini dia duduk menghapus air matanya.
Drrtt...drrtt...
Segera dia ambil ponselnya dan menerima panggilan yang masuk.
"Haechan hiks.." Dirinya kembali menangis.
"Kok nangis?" Ucap Haechan di seberang sana sambil terkekeh.
"Aku terharu banget bisa jadian sama kamu hiks." Kini Mark sedikit tertawa mengingat kejadian di mobil.
~~~
"Sorry Mark..." Jantung Mark makin kencang, kata-kata awal itu membuatnya berpikir Haechan akan menolak perasaannya.
"Gue liat lo kok, mostwanted yang gue suka itu.." Dia menggantung perkataannya membuat Mark mempersiapkan diri untuk sakit hati atau bergembira.
"Mark Lee." Kini senyuman terukir di wajah Haechan, Mark diam mencerna perkataan Haechan barusan kemudian memekik senang.
"Haechan!! Lo suka gue juga?!! Aaaaa!!" Haechan tertawa melihat reaksi Mark yang sangat senang.
"Pokoknya saat ini juga Lee Haechan jadi pacar Mark Lee!" Haechan mengangguk, tak akan pernah dia menolak ajakan dari orang yang dia sukai juga.
~~~
"Cepet tidur, besok jemput aku ke butik."
"Ay ay princess!!"
Setelahnya keduanya menutup mata, tanpa mematikan panggilan.
•
•
•
•
•
Fin.