Karir.
Setiap orang punya karir di dalam peran mereka masing-masing. Termasuk perempuan. Makhluk paling rumit dimengerti ini punya banyak karir dalam kehidupan kaum adam.
Ia bisa berkarir di dalam rumah tangga sebagai istri yang memberikan semangat, yang menjadi tempat beristirahat dari penatnya dunia kejar.
Ia bisa berkarir sebagai ibu dari anak-anak yang semua ingin di cintai. Semua ingin dimengerti. Kariernya bisa dikatakan gemilang kala sang anak hidup lebih baik. lebih layak darinya.
Ia bisa berkarir sebagai seorang anak walau sudah menikah. Dengan ia patuh dan taat pada suami selagi tak bertentangan dengan syariat. Maka Surga menantinya lewat jalan pintu manapun. Logikanya, bagaimana seorang anak akan tega melihat orang tua di neraka jika ia bisa masuk pintu surga lewat yang mana pun? Pastilah ia akan mengajak orang tuanya.
Ya, Karir di dunia ini akan berbeda-beda. Ada yang menganggap karirnya gemilang ketika ia berhasil punya banyak harta. Tetapi yang punya banyak harta melihat kaum duafa begitu gemilang dalam karirnya. Mereka memiliki hidup tenang, bersama sang anak dan istri. Mereka bahkan punya anak yanh taat dan patuh.
Karir semua sebenarnya bisa sukses jika patokan sukses kita tak mengikuti orang lain.
Seperti aku sebutir debu. Aku menganggap diriku sukses berkarir dalam hidup ku. Karena aku berkarir sesuai target ku.
Target ku adalah, aku menjadikan rumah tangga ku untuk sarana beribadah. Menjadikan suami ku partner untuk terus menjadi makhluk yang bermanfaat dimanapun kami berada, sekalipun kami kadang di manfaatkan.
Target ku dalam berkarir adalah ketika aku mampu mematuhi setiap apa dawuh suami selagi itu bernilai ibadah dan kemanfaatan. Aku pernah bertahun-tahun terkurung dalam istana suami ku. Bukan ia kejam atau si buruk rupa. Tapi dia punya cinta yang mrmbawa ku ke Jannah.
Ia meminta ku merawat ladang pahala yang ada dalam rumah kami. Dan tiba dimana aku yang hanya sebutir debu ini diizinkan untuk terbang kesana kemari. Hingga aku terhenti pada Platform ini, dan kembali aku harus patuh pada dawuh suami.
"Sudah disini saja. Niat awal mu nulis itu apa? "
"Wes to, di toto niat e."
Kembali aku berkarir untuk kesuksesan ku nanti.
Kapan?
Kelak di hari akhir, Aku berharap suami ku bersaksi bahwa aku istri yang layak masuk pintu surga lewat pintu manapun karena kepatuhan ku padanya, karena kesabaran kami merawat ladang pahala kami yang telah senja.
Karir setiap orang berbeda.
Lantas kenapa kita ingin kesuksesan yang sama?