Sudah lama berlalu, tapi aku masih tidak bisa melupakan hari itu..
Hari dimana kamu memelukku, dan aku membalas pelukan mu.. Rasanya baru kemarin semua itu terjadi.. Di ujung senja.. Di tepi pantai.. Berlatarbelakang cakrawala.. Pohon kelapa yang bergoyang di tiup angin dan riak ombak pelan menjadi saksi bisu..
Aku masih ingat.. Ada rasa canggung yang luar biasa di antara kita.. Kamu berdiri di depan ku, bermain air dan menyuruh ku agar ikut.. Aku tau kamu melakukan itu supaya suasana mencair..
" Sini jhon..!! ". Panggil kamu..
Aku mendekat dan bilang " Aku gak bawa baju ganti.. Nanti basah.. ". seraya ikut jongkok di sebelahmu..
Tapi kamu malah sengaja menyipratkan air ke arahku.. Aku masih ingat suara tawamu yang renyah mengiringi kejailan kamu itu..
Aku berlari menjauh agar kamu tidak bisa menyipratkan air padaku.. Tapi sialnya kamu terus mengejarku..
Karena aku tidak fokus berlari, aku pun terjatuh, tersandung kaki sendiri. Niatnya menghindar dari kamu agar tidak basah malah berakhir basah kuyup..
Namun.. Aku suka..
Sebab saat aku jatuh kamu mendekat dan memberikan perhatian padaku.. Aku masih ingat kata pertama yang kamu katakan.. " Maaf.. ". Sebuah maaf yang kurasa tidak perlu..
Aku sebenarnya tidak apa-apa.. Toh cuma jatuh di atas pasir basah.. Rasanya tidak sakit.. Tapi aku sengaja berpura-pura kesakitan agar kamu lebih merasa bersalah lalu memberikan perhatian yang lebih padaku..
Dan kurasa rencana ku berhasil.. Aku berpura-pura kesakitan sembari terbaring di atas pasir.. Lalu kamu dengan sigap meletakkan kepalaku di pangkuan mu.. Jujur aku sangat gugup waktu itu.. Aku bahkan tidak berani membuka mata untuk sekedar melihat wajahmu..
Tapi.. di sisi lain aku juga merasa tidak tega terus membohongi kamu yang mulai ketakutan, seakan-akan kamu takut aku akan mati karena tersandung kaki sendiri.
Kamu terus meminta maaf padaku.. Kamu memang polos.. " Maaf.. ". Ucap mu berkali-kali..
Setelah kurasa cukup, aku mengakhiri sandiwara ku dengan tersenyum kecil kemudian tertawa..
Kamu bingung.. Menatapku dengan mata indahmu.. " Kenapa..? ". Tanya mu.. Kamu masih tidak tau kalau aku cuma berbohong padahal aku sudah tertawa sekencang mungkin..
Aku berdiri dan menegakkan badan, membersihkan pasir yang ada di sekujur tubuh. Ku akhiri tawa ku lalu bilang.. "Aku cuma bercanda kok.. ". Saat mendengar kalimat itu kamu langsung cemberut.. Bibir kecilmu mengerucut kemudian pipi mu yang agak chubby itu menggembung..
Kemudian sambil melipat tangan kamu berkata " Nggak lucu..!! ". Kamu membuang muka..
Sekarang aku yang meminta maaf..
Setelah semua itu terjadi aku dan kamu duduk di tepi pantai.. Memandang mentari yang perlahan menghilang di cakrawala..
Aku masih ingat, cahaya jingga senja menerpa wajahmu.. Membuat wajahmu seakan bersinar.. Kamu memejamkan mata merasakan angin pantai yang sejuk menerpa wajahmu..
Aku terpesona waktu itu.. Aku cuma bisa memandang mu..
Aku juga masih ingat.. Saat kamu menikmati senja kamu mengatakan sesuatu.. " Aku harap hari ini bisa terulang.. ".. Kata kamu..
Dalam hati aku juga mengatakan yang sama..semoga senja mengaminkan harapan kita..
Kamu masih terus memejamkan mata.. Dan aku masih terus memandang mu..
Kemudian tiba-tiba terlintas di benakku.. Ke inginan untuk mencium pipi mu.. Tapi aku masih ragu waktu itu..
Aku takut kamu marah lalu menamparku.. Tapi yang paling ku takut kan.. Kamu berteriak dan menuduhku yang bukan-bukan..
Aku masih ingat.. Sejenak aku dilema.. Antara menuruti keinginan ku untuk mencium mu atau mengakhiri hari ini dengan mengajakmu pulang..
Hampir saja aku memutuskan untuk mengakhiri hari ini dengan mengajakmu pulang, tapi aku teringat sesuatu..
Jika aku tidak melakukan apapun.. Aku takut saat pulang nanti kamu di miliki orang lain.. Aku pasti sangat menyesal..
Aku menyayangimu.. Aku mencintaimu.. Tapi aku tidak yakin akan perasaan mu padaku.. Mungkinkah kamu juga menyayangiku.. Mungkinkah kamu mencintai ku..
Masa bodoh..!!
Aku tidak perduli bagaimana perasaan mu padaku.. Yang penting sekarang aku mau kamu tau perasaan ku padamu..
Di saat kamu masih memejamkan mata.. Aku mendekat..
Kamu tidak sadar kalau aku sedang mendekat ke arahmu..
Semakin aku mendekat.. Semakin cepat jantung ku berdegup..
Kamu sedikit kaget saat pundakku menyentuh pundakmu.. Tapi kamu masih belum membuka mata..
Perlahan kepalaku mendekat.. Lalu.. sekarang aku ikut memejamkan mata..
Terus mendekat sampai tanpa sadar.. Bibir ku sudah mencium pipi mu..
Aku membuka mata.. Lalu menghentikan semua..
Ku lihat kamu sangat terkejut.. Matamu terbelalak.. Dan kamu cuma diam.. Terpaku.
Aku sudah siap jika kamu tiba-tiba menoleh lalu menamparku.. Atau berteriak dan menuduhku yang bukan-bukan.. Aku sudah siap..
Akan tetapi kamu tidak melakukan apapun seperti yang ada di otak ku.. Kamu hanya diam.. Dan aku pun sama..
Tidak ada sepatah kata pun terucap.. Aku dan kamu hanya terdiam terpaku.. Terselimuti oleh rasa canggung.. Mungkin jika senja bisa berbicara.. Dia akan tertawa kecil melihat tingkah kita.. Kepolosan anak remaja yang baru mengenal cinta..
Aku masih ingat.. Saat aku berdiri.. Kamu juga berdiri..
Saat aku ingin mengatakan semua.. Tiba-tiba kamu melakukan hal yang tidak pernah terbesit sekalipun..
Waktu itu kamu dan aku.. Menjadi kita.
***
Setelah hari itu.. Aku juga masih ingat, kalau sekarang aku cuma bisa duduk di sebuah kursi, sedangkan kamu di atas tempat tidur..
Kita berada di ruangan yang isinya cuma ada aku, kamu, dan beberapa orang berjas putih, di leher mereka ada sebuah alat untuk mendengar detak jantung..
Aku cuma duduk.. Diam.. Memegang tangan mu.. Sambil terus berucap pelan di telinga kamu..
" Bangun.. Sayang.. Kumohon Bangun..
Aku masih ingat.. Kamu sudah koma selama tiga bulan..