Langit terlihat berwarna kelabu, begitu kontras dengan hawa dingin yang kian menusuk tulang. Mantel tebal berwarna merah yang tadinya membungkus tubuh sang gadis kini perlahan meluruh, hanya menyisakan tubuh yang terbalut dengan gaun tipis sewarna salju. Gadis itu tidak begitu memperdulikan tubuhnya yang kian terasa dingin, ia hanya menatap kosong hutan belantara di hadapannya. Kemudian ia meletakan satu ikat bunga mawar dan krisan yang sedari tadi berada di pelukannya, sehingga sekarang bunga itu berpindah ke tanah.
"Amoura merindukanmu, Ayah." kalimat itu mengalun dengan nada datar.
Masih teringat dengan jelas ingatan bertahun-tahun lalu saat dirinya masih setinggi pinggang, bermain bersama sang ayah hingga larut petang, lalu setelah pulang ayahnya akan membuatkan pie berry yang lezat untuknya. Amoura begitu dekat dengan ayahnya karena memang mereka hanyalah hidup berdua, semenjak kepergian ibunya yaitu saat Amoura berumur tiga tahun, ayahnya memutuskan untuk tidak menikah lagi. Katanya sangat mencintai ibunya sehingga tidak mungkin akan memiliki wanita lain lagi.
Ayah Amoura adalah James Cleive, seorang panglima perang kerajaan yang tahun lalu membawa pasukan untuk mengamankan perbatasan, karena beberapa iblis saat itu mengacau ke perbatasan, tetapi mereka semua tidak kembali hingga dinyatakan telah gugur. Setelah kejadian naas itu perbatasan tidak boleh dilalui siapapun, bahkan para pasukan pengaman, perbatasan yang dimaksud adalah hutan kematian yang berada di hadapannya saat ini.
Manusia dan iblis hidup dengan wilayahnya masing-masing, dengan dibatasi oleh hutan kematian. Ada sebuah aturan sejak zaman dahulu kala jika mereka tidak boleh saling menganggu dan melewati wilayahnya masing-masing. Tetapi seratus tahun terakhir ini banyak sekali para iblis yang mengusik tempat tinggal manusia, mulai dari menculik hingga meruda paksa mereka. Paling parah adalah kejadian terkahir yaitu saat serangan beberapa pasukan iblis yang kuat, mereka meruntuhkan habis rumah-rumah pinggiran kota. Pasukan kerajaan yang dipimpin oleh panglima James Cleive datang untuk membunuh mereka dengan batu suci sebagai bekal, tetapi rupanya saat mereka mengejar hingga ke hutan kematian justru harus pergi tanpa kembali lagi.
Wushh,
Tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang, membuat hawa dingin yang terasa semakin menusuk tulang. Kali ini Amoura menyerah, ia memeluk tubuhnya sendiri dan hendak beranjak. Saat berbalik tiba-tiba langkahnya terhenti oleh seseorang yang tengah berdiri di belakangnya. Dengan jubah hitamnya yang panjang hingga menutupi seluruh wajahnya. Meski hatinya sempat gentar tetapi Amoura tetap meyakinkan dirinya jika semuanya akan baik-baik saja.
"Siapa kau?" jantungnya memang tengah berdetak begitu kencang, namun kalimat itu terucap dengan sangat lancar.
Sosok itu tidak menjawab tetapi justru semakin mendekatkan dirinya pada Amoura, aroma tajam yang entah muncul darimana kini memenuhi udara di sekitarnya. Membuat dirinya merasakan sesak lalu tiba-tiba pandangannya berbayang sebelum ia jatuh dalam ketidaksadaran.
***
Kelopak mata itu bergerak dengan perlahan, selanjutnya terbuka untuk menampilakan iris berwarna hazel. Setelah menfokuskan pandangan beberapa saat, kini kedua bola mata itu telah terbuka dengan sempurna. Pandangan yang pertama ia lihat adalah sebuah kamar super luas dengan ornamen klasik, didominasi dengan warna hitam dan juga merah kamar itu nampak begitu mewah. Meski kamar miliknya sudah luas dan bagus tetapi kamar ini jauh lebih berkali lipat.
Setelah kesadarannya telah penuh, ia mulai bangkit dari ranjang berukuran king size itu. Mencoba melihat sekeklilingnya untuk mencari seseorang atau barang sesuatu yang bisa ia jadikan sebagai petunjuk, mengapa ia bisa berada di tempat ini. Namun nihil, selain cahaya dari beberapa buah lilin tidak ada tanda kehidupan lain.
Cklek,
Pintu terbuka membuat sorotnya langsung teralihkan kesana, seseorang dengan jubah hitam yang menutupi wajahnya memasuki ruangan itu. Seingatnya orang itu adalah orang yang ia lihat sebelum ia kehilangan kesadarannya.
Ditariknya nafas sedalam mungkin, sebelum mengeluarkan suara, "Siapa kau, mengapa kau membawaku kesini?"
Orang bertubuh tinggi tegap itu menyeringai dibalik jubah hitam yang menutupi sebagian wajahnya, perlahan ia melepaskan ikatan jubah sehingga sekarang jubah itu tergeletak di lantai. Kini nampaklah sosok seorang lelaki dengan rahang tegas, hidung mancung dan kulit putih pucat. Manik matanya berwarna merah pekat, seumur hidup belum pernah Amoura temui seseorang dengan manik mata berwarna merah seperti itu.
Ada satu hal yang menganjal di dalam pikirannya. Mengapa wajahnya seperti tidak asing, batinnya. Amoura mencoba memutar kembali ingatannya mencoba mengingat dengan jelas dimana ia pernah melihat lelaki ini, namun belum sempat otaknya mendapatkan jawaban sebuah kalimat membuatnya membolakan kedua matanya lebar-lebar.
"Sekarang kau adalah pelayanku, rendahkan nada bicara pada tuanmu ini!"
Kalimat yang cukup mengejutkan itu terlontar dengan begitu santainya.
"Yang benar saja! Kita tidak saling mengenal, bagaimana bisa kau menculik lalu menjadikanku pelayanmu?"
Lelaki itu melangkahkan kakinya mendekat, memangkas jarak mereka sehingga kini mereka sangatlah dekat. Tubuh Amoura terasa kaku bahkan hanya untuk bergerak sedikit saja.
"Apakah kau benar tidak mengingatku?"
Ingatannya melesat jauh, berusaha membuka lagi memori yang mungkin pernah ia lupakan. Hingga sepotong ingatan tentang hari itu kini muncul kembali.
Semburat merah sang mentari sudah muncul sejak beberapa jam lalu, gulungan awan sudah pula ikut serta melukiskan keindahan langit. Gaun tipis sewarna laut itu sedikit tergerak akibat ulah angin, begitu juga dengan surai coklat panjang yang tak luput dari permainan angin. Meski begitu tak membuat semangat dari gadis itu pudar, senyumannya masih bertahan. Sembari membawa keranjang kecil di tangannya, langkah kaki itu terus saja melaju, membelah ilalang tinggi dan melewati pepohonan menjulang.
Merdunya burung yang bersahutan dan juga suara serangga-serangga kecil menambah senyuman itu semakin lebar, menjadi pengiring perjalanannya ke sebuah kebun bunga yang berada di tengah hutan. Kebun bunga itu tidak ia tanam dan tiada seorang pun yang menanamnya, melainkan terbentuk secara alami dengan siklus alam yang tidak tersentuh tangan-tangan perusak.
"Woah! Banyak sekali yang berbunga." seruan kagum itu ia lontarkan begitu melihat banyaknya bunga yang tengah terkembang.
Jika tidak salah ingat, terakhir kali ia datang ke tempat ini adalah beberapa bulan lalu yaitu di awal musim semi. Saat itu musim semi masihlah terlalu awal sehingga tidak banyak bunga yang sudah tumbuh, berbeda dengan sekarang, sudah banyak sekali bunga. Mulai dari hydrangea, bougenville hingga serumpun bunga lily.
Kini gadis itu merendahkan tubuhnya mensejajarkan jarak agar lebih dekat dengan bunga-bunga, harum mewangi langsung tercium dan membuatnya puas. Mengambil gunting kecil berwarna ungu ia mulai memotong tangkai bunga untuk dimasukkan ke dalam keranjang. Bunga yang memiliki kualitas bagus ia pisah dengan yang buruk, yang bagus akan ia jadikan sebagai hiasan di rumahnya sedangkan yang tidak begitu bagus dan sudah tua akan ia jadikan sebagai bahan dasar pembuatan wewangian.
Belum sampai keranjang itu penuh, butiran hujan sudah datang menghujam bumi, membasahi apapun yang berada di bawahnya. Dengan segera ia melangkahkan kakinya, pergi mencari trmpat yang teduh. Karena awan hitam yang terlihat bergumul, ia memilih untuk tidak berteduh di pohon besar, selain ia akan basah juga meningkatkan resiko bisa terkena petir. Tempat yang paling aman untuknya adalah gua yang tidak jauh dari kebun bunga itu. Meski gaun tipisnya sedikit basah tetapi tidak masalah untuknya, sudah sering kali saat datang ke tempat ini hujan turun dan memaksanya berteduh di gua.
Menghenghela nafas pelan, ia kini meletakkan keranjang kecil miliknya di atas tanah, mencari ranting-ranting kecil di mulut gua yang belum basah, membuat perapian akan membuatnya hangat. Setelah mengumpulkan ranting itu dalam satu tempat, kini ia masuk lebih dalam ke gua untuk mencari batu kecil yang akan ia gunakan untuk membuat api. Tetapi belum sempat menemukan batu, keterkejutannya sudah tidak terbendung. Ia melihat sesosok lelaki dengan banyak sekali luka di sekujur tubuhnya.
Sebisa mungkin mengendalikan rasa terkejutnya, kini ia memeriska tangan lelaki itu untuk memastikan denyut nadinya tetapi nihil, ia tidak merasakan apapun.
Matanya membola bersamaan dengan langkah kaki ke belakang beberapa langkah, "Dia sudah mati?!"
Tubuh dingin itu dipenuhi dengan luka di sekujur tubuhnya, entah itu wajah hingga tidak terlihat bagaimana rupanya, leher dan tangan, seluruhnya memiliki luka yang masih terbuka, yang paling mengerikan adalah luka menganga di dadanya, itu seperti bekas pedang yang menyobek baju hingga ke dalam kulitnya.
Kernyitan di dahi lelaki itu membuatnya kian terkejut, meski gerakannya sangat samar tapi itu tidaklah luput dari matanya.
"Dia masih hidup," Ucapnya setelah menyadari hal itu.
Tidak menunggu lama ia langsung melepaskan kalung berliontin kristal dari lehernya, memejamkan matanya sejenak sebelum keluar cahaya terang dari kalung itu. Cahaya itu berpendar dengan terang, seperti ada kekuatan magis yang tengah mengebu di dalam liontin itu. Setelahnya ia memakaikan kalung di leher lelaki itu, dengan kristal yang masih berpendar, kini cahaya itu mulai menyelimuti tubuh sang lelaki dengan perlahan.
Itu adalah kekuatan suci yang dimiliki dirinya turun temurun, memiliki kekuatan yang dapat menyembuhkan. Sejujurnya Amoura belum pernah menggunakan kekuatan suci ini pada siapapun, kali ini ia menggunakannya untuk menolong orang.
Senyumannya mengembang, seraya berkata. "Mungkin akan membutuhkan beberapa hari untuk memulihkan semua lukamu, tapi setidaknya kekuatan suci ini akan membantumu. "
Tidak salah lagi lelaki di hadapannya ini adalah lelaki yang ia tolong bertahun-tahun lalu, dengan kekuatan suci miliknya Amoura berhasil menyelamatkanya dari kematian. Tidak seharusnya sekarang ia diculik dan akan dijadikan pelayan.
"Jadi kau adalah lelaki sekarat itu? Bukankah seharusnya sebuah ucapan terimakasih bukannya malah menjadikanku seorang pelayan?"
════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════
Dont forget to click the vote button!
════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════
Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^
And, see you.