Halloween, malam dimana sebagian masyarakat mengenakan kostum 3D yang membuat nya terlihat menakutkan. Mereka menikmati malam itu dengan semangat. Namun, lain halnya dengan orang yang penakut. Mereka beranggapan hari itu adalah malam yang paling menyeramkan.
Begitu juga yang di rasakan gadis cantik ini, Raisa Andriana. Gadis penakut yang sangat membenci hal hal yang berbau horor dengan kegelapan yang bertebaran. Setiap malam Halloween, gadis yang kerap di sapa Ica ini akan menghabiskan waktu di dalam kamarnya dengan lampu yang terus menyala, wallpaper princess dengan semua bonekanya yang setia membuat kamar Ica selalu terlihat ramai.
Lalu apakah yang Ica lakukan saat malam Halloween tahun ini?
Tetap setia di kamarnya seperti tahun tahun sebelumnya?
Atau ada seseorang yang akan membuatnya keluar untuk menikmati acara yang menyenangkan sekaligus menegangkan itu?
***
Dengan keringat yang mulai bercucuran di dahinya, Ica menutup wajahnya dengan bantal. Dadanya semakin berdebar kencang mendengar teriakkan semua orang yang berada di luar rumahnya.
Bahkan yang lebih menyeramkan lagi, mereka memanggil nama Ica untuk keluar dan ikut merayakan malam Halloween itu.
No! Ica bahkan tak pernah membayangkan semenyeramkan apa malam yang di penuhi kegelapan itu. Apalagi untuk ikut merayakannya?
Benar benar mustahil!
Tapi, bukan kah tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya?
Sebuah ketukan dari pintu kamarnya semakin membuat Ica bergetar, namun suara sang Bunda membuat gadis itu menghela nafas lega.
"Ica, buka pintunya sayang. Malam ini kita akan ngerayain Halloween. Ayo kita keluar!" Tangan Ica yang semula akan membuka pintu kamar kembali berlari menjauhi pintu itu.
"Nggak! Ica nggak mau, Bun! Bunda nggak bisa paksa Ica buat keluar!" Gadis itu mulai menelungkup wajahnya di balik bantal. Jantungnya semakin berdegub kencang. Bahkan Bundanya sendiri menyuruh Ica untuk merayakan malam mengerikan itu, bisa bisa gadis itu sudah jatuh pingsan sebelum membuka pintu.
"Bunda nggak mau tau! Bentar lagi kamu harus keluar, ada seseorang yang bakal jagain kamu di sana nantinya" Bunda Ica mulai menjauhi kamar putrinya. Wanita itu sebenarnya kasihan dengan putrinya, tapi ia juga tak bisa membiarkan putrinya semakin terjebak dalam ketakutan hanya karena pemikiran nya saja.
Ica sama sekali tak menghiraukan ucapan Bundanya. Gadis itu bernafas lega saat menyadari Bundanya telah menjauh, lalu tatapan mata Ica semakin menatap ngeri saat gorden di kamarnya melayang tertiup angin. Dengan segenap keberanian yang di kumpulkan nya, Ica berjalan pelan mendekati jendela, memejamkan mata sembari menutup tirai gorden dengan cepat.
Tiba tiba ada sebuah tangan menggenggam jemarinya, membuat gadis itu menjerit.
"Bundaaa!" Dengan mata terpejam, Ica mulai meneteskan cairan bening dari matanya.
"Ica nggak mau! Ica takut, Bun" Gadis itu mulai sesegukan, menangis histeris saat tangan itu kembali menarik Ica untuk membantunya masuk melewati jendela.
Ica semakin berdebar, tubuhnya merinding dengan nafas yang mulai berantakan. Degupan jantung nya semakin cepat.
"Sst jangan nangis, gue bakal nemenin lo" Lelaki berkostum Vampire itu memeluk tubuh Ica yang semakin tak berdaya. Rasya tak pernah membayangkan jika ia akan bersikap seperti ini hanya untuk seorang gadis. Terlebih gadis yang di bencinya.
Harum parfum yang menenangkan membuat Ica mulai nyaman, ketakutannya sedikit berkurang. Namun, mata gadis itu masih saja terpejam. Sedangkan Rasya hanya tersenyum miring, menyadari jika pesonanya memang selalu berhasil membuat para gadis terpesona.
Rasya mengelus kepala Ica lembut, "Gue yang bakalan jagain lo. Lo boleh buka mata sekarang" Lelaki tampan itu menatap lekat wajah Ica dan sekeliling kamar gadis itu.
Pantes penakut, kamar aja masih kayak bocah TK
Ica menggeleng cepat, "Kamu nggak bisa paksa aku!"
Rasya menggeram kesal, ia bukanlah lelaki penyabar yang bisa menenangkan gadis dengan ucapan lembut nya. Dia, Rasya Aljandro. Lelaki tampan penuh pesona yang bisa melakukan apapun agar perintahnya di turuti.
"Gue nggak peduli ucapan lo! Buka mata atau gue tarik paksa lo keluar sekarang!" Ucapan tajam Rasya semakin membuat tubuh Ica bergetar. Meskipun begitu, gadis itu tetap menggeleng kan kepalanya dengan air mata yang kembali mengalir. "A-aku takut"
Rasya mengatur nafasnya, lelaki itu sedikit kasihan. Ia sadar tidak akan bisa memenuhi keinginan nya kali ini dengan paksaan. Lelaki itu sedikit melembutkan suaranya, "Maaf, gue kebawa suasana. Lo boleh kok buka mata, gue nggak serem"
Ica tetap menggeleng, Rasya membawa gadis itu untuk duduk di sofa yang berada di samping mereka. Ica hanya pasrah. "Gue beneran nggak serem, buka aja mata lo kalo nggak percaya" Tangannya membawa tangan Ica untuk di genggam. Berusaha meyakinkan gadis itu jika ia serius. Rasya tak berbohong, meskipun dengan dandanan seperti Vampire, ia adalah Vampire tertampan menurutnya.
"K-kamu yakin?"
Rasya mengangguk, "Muka gue nggak cocok buat di katain serem. Tapi kalo ganteng udah pasti. Pokoknya cocok kalo di sandingin sama lo yang cantik gini" Goda laki laki itu.
Ica tersenyum malu-malu, "Kalo kamu serem gimana?". Memang bukan hal yang sulit untuk merubah mood Ica. Cukup dengan kata gombalan, dan ia akan menjadi gadis penurut yang malu malu.
Rasya terkekeh, "Gue janji, lo nggak bakalan takut kalo liat gue" Mata Rasya semakin menatap bibir Ica yang terus membentuk hal hal konyol. Rasya mulai tergoda. "Lo bisa buka mata" Perintah laki laki itu.
Ica mengangguk, membuat Rasya tersenyum lebar. Baru Ica akan membuka matanya, gadis itu kembali memejamkan mata erat.
"Tapi kamu siapa? Aku bahkan nggak kenal sama kamu!" Teriak Ica
Rasya yang tidak tahan langsung mendorong tubuh Ica untuk terbaring di sofa, sama sekali tidak memberi jeda untuk gadis itu menjerit. Bibir Rasya langsung membungkam bibir Ica dengan ciumannya. Ciuman yang mampu membuat Ica membuka matanya dengan mata yang membulat sempurna. Gadis itu hanya terdiam, terlalu bingung dengan adegan tiba tiba itu. Dan lagi, jantungnya kenapa? Debaran yang sama namun perasaan yang berbeda? Benar benar membuat gadis polos itu bingung. Sedangkan Rasya tersenyum senang.
Lelaki itu sedikit menjauhkan wajahnya, "Gue Rasya, ganteng kan?"
Tanpa sadar Ica mengangguk kecil, matanya berbinar. "Kamu beneran ganteng"
"Sama seperti gue, nggak ada yang serem di luar sana" Ujar laki laki itu. Mengelus rambut panjang Ica dengan lembut. Rasya akui gadis itu sangat cantik dari jarak sedekat ini, rambut nya halus, bulu mata yang lentik, mata bulat yang selalu mengerjap polos, hidung yang mungil dan jangan lupakan bibir tipis yang membuat Rasya tergoda. Satu hal lagi, gadis itu membuat jantungnya berdebar kencang.
"T-tapi aku takut gelap" Cicit Ica
"Gue bakalan terus di samping lo" Ujar Rasya, berusaha menenangkan ketakutan yang ada pada diri Ica.
"Kalo kamu ninggalin aku gimana?" Ica mendorong pelan dada laki laki itu.
"Nggak bakal!" Rasya membenarkan posisinya menjadi duduk.
"Janji!" Ica menyodorkan jari kelingking nya untuk di kaitkan pada laki laki itu.
Rasya yang tidak mengerti hanya menaikkan sebelah alisnya, "Gue janji" Ucap laki laki itu. Mengacuhkan jari Ica yang tetap setia dengan posisinya.
"Aku ngggak percaya!"
"Terus?" Bingung Rasya
"Kamu harus janji dulu sama aku!" Ica semakin menyodorkan kelingking nya
"Gue udah bilang, gue janji!" Kesal Rasya
"Janji kelingking!"
"Bilang daritadi!" Gemas Rasya sembari mengacak rambut Ica, mengaitkan jari kelingking mereka dan tersenyum lebar. "Kita keluar sekarang?"
Ica mengangguk kaku, "Tapi aku nggak punya kostum"
"Gue udah bawa, lo tenang aja. Cukup diem di sini, gue bakal panggil Bunda lo buat dandanin lo" Ucap Rasya meyakinkan. Ica hanya mengangguk.
Ica tak pernah menyangka jika ada seseorang yang bisa menenangkannya hanya dalam hitungan menit. Saat bertahun-tahun lamanya gadis itu tidak bisa menghilangkan ketakutannya, seseorang yang tak Ica kenal bahkan mampu melakukan hal yang bagi Ica sangat mustahil itu.
Lalu, bagaimanakah kisah akhir mereka setelah ini?
Hanya akan berakhir dimalam itu?
Atau semakin berlanjut dan semakin tak terduga?
***
Ica yang baru saja di rias oleh Sarah menatap takjub wajahnya dari cermin, "Kok nggak serem, Bun?" Polos gadis itu. Padahal Ica memakai kostum dan riasan penyihir yang paling gadis itu takuti.
Sarah hanya menggeleng pelan, "Udah Bunda bilang nggak serem, kamu aja yang terlalu lebay. Udah besar juga. Giliran ada cowok ganteng yang bujuk baru percaya" Kekeh Sarah. Rasya yang sedari tadi memperhatikan ibu dan anak itu hanya terkekeh.
"Apaan sih, Bun. Ica nggak takut! Cuma kan Ica nggak pernah tau gimana malam Halloween. Kalo tau gini, pasti seru" Ucap Ica tak terima
Sarah hanya menggelengkan kepala, "Bunda keluar dulu, kamu sama Rasya cepetan nyusul. Semua udah nungguin kalian" Perintah Sarah dan berjalan keluar, Ica dan Rasya hanya mengangguk.
Lelaki tampan itu berjalan mendekati Ica, "Kalo penyihir nya cantik kayak lo, mana ada yang bakal takut" Goda laki laki itu
Ica hanya tersenyum malu-malu, "Tapi beneran nggak serem kan?" Tanya Ica lagi, menatap laki laki tampan itu.
Rasya menggeleng pasti, "Kalo serem lo bisa tatap gue, gue kan ganteng. Nggak ada serem seremnya"
Ica hanya tertawa, gadis itu tidak pernah membayangkan jika akan ada malam dimana ia ikut merayakan hari yang baginya sangat menyeramkan itu. Setelah 19 tahun lamanya selalu berkurung di kamarnya saat malam Halloween, tiba tiba seseorang datang dan membantu Ica keluar dari ketakutannya. Bahkan merubah pemikirannya.
Baru saja akan membuka pintu, Ica kembali menggenggam tangan Rasya. Rasya yang sadar langsung menenangkan gadis itu, "Percaya sama gue, Halloween nggak semenyeramkan yang ada di bayangan lo"
Tangan laki laki itu membuka pintu, berjalan menuntun Ica yang kini tengah memejamkan mata. Laki laki itu tau, bukan hal mudah untuk menghilangkan ketakutan seseorang. Tapi, Rasya juga tidak akan pernah menyerah untuk sesuatu yang menjadi keinginannya.
"Lo boleh buka mata! Di depan lo udah ada semua keluarga lo, temen temen lo dan semua orang yang tinggal di sekitar lo. Mereka nyemangatin lo buat keluar dari ketakutan nggak beralasan lo. Tapi, kalo lo nggak berani gue beneran akui, lo bodoh dan penakut!" Ucap Rasya dengan keras. Semua orang yang telah berada di depan mereka berdua bertepuk tangan. Mereka takjub dengan Rasya, lelaki itu berhasil mengajak Ica untuk keluar dan ikut merayakan malam itu. Semua orang juga tau seberapa takut nya Ica dengan kegelapan, gadis itu bahkan sama sekali tidak berani hanya untuk mengintip dari jendela kamarnya.
"Silahkan buka mata penyihir cantik" Kompak mereka.
Ica tak bisa menahan senyumnya, "Iya, penyihir cantik bakal buka mata buat kalian semua" Ujar gadis itu senang.
Semua orang tersenyum lebar, termasuk Rasya yang ntah kenapa menjadi berdebar. Rasya bahkan sebelumnya tidak pernah dekat dengan Ica, laki laki itu terlalu membenci gadis penakut seperti Ica. Namun, setelah dekat dengan gadis itu, pikiran Rasya berubah. Dia yang selama ini menganggap jika ketakutan gadis hanyalah hal lebay yang sengaja di buat buat, kini menyadari jika ketakutan memang bukan hal yang di buat. Itu nyata, dan perlu seseorang yang membantunya keluar.
Dengan senyum lebar, Ica membuka matanya. Mata gadis itu kini berbinar, di balik kegelapan malam itu terdapat banyak sekali hal yang menyenangkan untuk di lakukan. Sangat berbeda dengan pikirannya selama ini.
Saat jam telah menunjukkan pukul 00.00, langit malam mulai di penuhi petasan. Semua orang mulai merayakannya dengan kesenangan. Memancing adrenalin mereka untuk melakukan hal hal istimewa yang hanya ada di malam itu.
"Ini mengagumkan" Ucap Ica senang sembari memperhatikan sekitarnya yang mulai beraksi.
Dengan senyum lebar, gadis itu mulai menikmati malam itu. Mengikuti semua kegiatan dengan penuh semangat. Tidak ada rasa takut, hanya semangat yang sekarang memenuhi seluruh tubuhnya.
Rasya yang sedari tadi memperhatikan Ica sedikit berlari mengejar gadis itu. "Tunggu gue!"
Ica berhenti, menoleh ke arah Rasya dan kembali tersenyum lebar, "Aku seneng banget malam ini, Rasya. Kamu janji buat selalu temenin aku kan? Ayo kita laluin malam istimewa ini dengan penuh semangat" Ajak Ica tanpa ragu.
Rasya hanya bisa mengangguk, Jantung laki laki itu semakin berdebar saat Ica menyebut namanya. Lantas Ia berlari mengajak gadis yang di genggam nya merayakan malam pertama Halloween nya. Mereka menjalani malam itu penuh semangat dengan debaran jantung yang cepat. Tidak, bukan karena takut. Tapi perasaan yang baru Ica rasakan setelah hampir 19 tahun di hidupnya.
Merayakan malam Halloween pertama bersama dengan seseorang yang membuat jantungnya berdebar kencang.
Tidak akan ada yang bisa menebak apa yang akan di lalui seseorang. Begitu juga dengan Rasya dan Raisa. Mereka berdua kini berada di dalam rumah hantu. Menaiki sebuah kereta yang hanya cukup untuk mereka berdua dengan suasana horor di sekelilingnya.
"Hantunya lucu banget sih" Komentar Ica sedari tadi dengan senyum kecilnya saat melihat hantu yang berniat menakutinya.
Rasya hanya terkekeh, "Bukan hantunya yang lucu, tapi lo nya yang sekarang nggak penakut lagi"
Ica ikut tersenyum, lalu menatap laki laki di sampingnya dengan dalam, "Kenapa kamu mau bantuin aku? Bukannya kita selama ini nggak pernah dekat? Bahkan, aku sering denger dari temen kampus kamu paling benci sama cewek penakut?" Tanya Ica bertubi-tubi, menatap heran laki laki di sampingnya.
Rasya hanya mengedikkan bahu, "Gue dulu emang benci sama cewek penakut, tapi mulai malam ini berbeda. Semuanya karena lo!"
Ica semakin menatap Rasya bingung, "Aku?"
"Iya, lo yang buat kebencian gue berubah jadi hal lain" Ucap laki laki itu misterius.
Ica semakin tidak mengerti, "Hal lain apa?"
"Lo pernah denger pepatah bilang benci bisa jadi cinta?" Bukannya menjawab, Rasya justru semakin memberikan pertanyaan yang membuat gadis polos itu bingung, Rasya menatap lekat wajah Ica yang hanya di terangi lampu lampu yang membuat suasana terkesan horor. Gadis berkostum penyihir itu benar benar cantik.
Ica mengerutkan dahinya semakin bingung, "Emang kenapa?" Gadis itu tidak mengerti hal yang Rasya maksud. Otak polosnya tidak pernah bekerja sekeras itu untuk hal yang tidak terlalu penting menurutnya.
"Itu yang gue alami sekarang, jantung gue berdebar kencang saat deket sama lo, seperti sekarang" terang Rasya
"Kok bisa sama?" Heran Ica, matanya mengerjap polos menatap laki laki di sampingnya.
Rasya hanya menggelengkan kepala, senyum lelaki tampan itu semakin mempesona. "Artinya kita merasakan hal yang sama, cinta" Rasya yang sudah gemas dengan tingkah polos gadis di sampingnya, mengecup dahi gadis itu lama. Lalu menjauhkan wajahnya dan menatap lekat wajah Ica.
Dengan polosnya, jemari Ica justru mengelus bibir merah Rasya. "Lucu ihh, kamu pakek lipstik ya?" Gadis itu tertawa kecil.
"Iya, lo bisa hapus nggak? ---"
Ica mengangguk, "Dengan bibir lo?" lanjut laki laki itu dengan senyum mengembang.
Ica mengalihkan pandangan nya, gadis itu tak bisa menahan senyumnya, ia benar-benar malu. "Kamu bikin aku malu"
Rasya hanya terkekeh, "Jadi, lo beneran nggak takut lagi?"
Ica menoleh kembali untuk menatap mata Rasya, kepalanya menggeleng, "Aku nggak takut lagi, Halloween nggak menyeramkan kayak yang ada di pikiran ku, dan itu semua berkat kamu"
Rasya hanya mengangguk, "Boleh gue minta imbalan sebagai balasan udah bantuin lo?"
Ica hanya mengangguk
"Lo harus janji setelah ini selalu rayain hari apapun sama gue, terutama hari Halloween yang paling istimewa ini" Ucap Rasya serius. Laki laki itu tak bisa menahan perasaannya.
"Pasti! Aku bakalan janji sama kamu" Rasya menarik Ica untuk masuk ke pelukannya. Mereka berdua telah merasakan yang namanya jatuh cinta. Mungkin ini memang bukan yang pertama kali untuk Rasya, tapi perasaan ini lebih menyenangkan dari yang sebelumnya.
Cinta membuat mereka lupa segalanya, semua hal bisa berubah karena cinta.
***
Saat tengah menikmati malam yang penuh dengan kesan horor itu, seseorang tiba tiba mendudukkan tubuhnya disamping Ica. Gadis cantik itu memang sedang sendiri, karena Rasya dipanggil teman temannya.
"Lo Raisa kan?" Tanya laki laki itu yang sudah tau jawabannya.
Ica hanya mengangguk, "Siapa?"
"Gue Arka, temen kampus lo" Laki laki itu menyodorkan tangannya untuk saling menjabat tangan.
Ica hanya diam, menatap tangan laki laki itu datar, "Teman?"
Arka hanya terkekeh, "Kenalan mungkin", Lanjut laki laki itu, menggaruk tengkuknya yang tiba tiba teras gatal. Benar saja ada semut kecil yang tengah menggigit lehernya. Arka langsung membuangnya jauh.
Ica hanya mengangguk kan kepalanya, "Kok kamu kenal sama aku?" Heran gadis polos itu. Dia saja tidak mengenal laki-laki disampingnya. Kenapa laki laki itu bisa mengenalnya?
"Kita kan satu kampus" Jawab Arka cepat, menatap penyihir cantik disampingnya dengan tatapan kagum.
Ica terlihat sedikit berpikir, lantas gadis itu menoleh ke samping nya, "Kok aku nggak kepikiran ya" Ica bahkan tertawa kecil.
Arka semakin terpesona, gadis itu memang sangat cantik.
"Rumah kamu di deket sini?" Tanya Ica
Arka tersentak, tak lama laki laki itu kembali tersenyum, "Iya, rumah gue ada di seberang sana" Tunjuk Arka pada rumah yang tidak jauh dari mereka.
Ica menggelengkan kepala pelan, kembali menyadari jika ia memang terlalu sibuk dengan dunianya. "Kenapa aku nggak pernah liat kalian kalo di sini?"
"Kalian?" Ulang Arka bingung.
"Iya, kamu sama Rasya" Jelas gadis itu.
Arka hanya menganggukkan kepala, baru menyadari jika ada lelaki lain yang tinggal dekat rumah Ica selain dirinya.
Bisakah Arka berharap untuk bersama gadis di sampingnya? Setelah sekian lama hanya diam mengagumi gadis itu.
Bukannya pengecut, tapi Arka terlalu ragu dengan dirinya sendiri. Dia adalah Arkano Mahesa. Salah satu lelaki tertampan di kampus. Berkepribadian hangat dan sangat lembut. Berbeda dengan Rasya yang terkesan selalu memaksa meskipun ketampanan Rasya masih di atas Arka.
"Lo mau nggak jadi temen gue?" Laki laki itu menatap Ica yang kini terdiam. Mata Ica terus menatap polos laki laki di sampingnya.
Rasya yang baru selesai mengobrol bersama teman temannya, langsung mendengus melihat Ica bersama laki laki lain. Ntahlah, Rasya benar benar tidak suka hal itu.
Udah gue bantuin, masih aja deketin cowok lain
Bukankah Rasya dan Ica tidak memiliki hubungan lain selain membantu? Kenapa laki laki itu jadi kesal? Bukannya mendekat, Rasya malah tetap diam memperhatikan mereka. Ia ingin melihat apa yang terjadi selanjutnya. Jika sudah kelewatan lihat saja apa yang bisa di lakukan Rasya.
"Kalo nggak mau nggak papa" ujar Arka pelan.
Ica menggeleng cepat, gadis itu terlalu bingung. "Bukannya nggak mau, tapi aku cuma kaget aja. Baru kali ini ada yang mau ngajak aku temenan" Mata Ica berbinar, melengkungkan bibirnya membentuk senyuman manis yang membuat Arka semakin berdebar.
Laki laki itu masih ingat bagaimana dirinya mulai terpesona dengan Ica. Saat itu Ica tidak sengaja menabrak Arka hingga gadis itu terjatuh. Tapi, bukannya meringis. Gadis itu justru tersenyum tidak enak sembari meminta maaf pada Arka. Hal itu juga yang membuat laki laki itu mulai memikirkan Ica.
Namun, gadis itu terlampau acuh dengan sekitarnya hingga tak menyadari jika Arka terus memperhatikan nya dari jauh. Tapi sekarang, Arka baru menyadari. Ica bukannya acuh, tapi gadis itu tak terbiasa dengan orang baru.
"Jadi kita temenan?" Senang Arka, senyumnya semakin lebar. Ya, meskipun hanya teman tetapi ia bisa dekat dengan gadis itu.
Ica hanya mengangguk dengan senyum lebarnya. Sangking tak bisa menahan kesenangan nya, gadis polos itu langsung memeluk Arka erat. Senyumnya terus saja mengembang. Tanpa pernah tau, jika laki laki yang di peluknya semakin berdebar dengan perasaan yang sangat senang.
Belum semenit mereka berpelukan, Rasya dengan cepat menarik tangan Ica. Gadis itu hanya menatap heran laki laki yang telah menciumnya itu.
Sedangkan Rasya hanya menggeram kesal, menatap tajam Arka yang berani mengambil hak nya. Laki laki itu bahkan tidak dipeluk Ica, ya meskipun Rasya telah memberikan ciumannya.
"Nggak boleh pelukan dengan sembarang orang!" Sentak laki laki itu pada Ica.
"Arka temen aku, bukan orang lain"
Arka hanya menatap bingung, ada hubungan apa keduanya?
"Temen? Kalo gitu kenalin gue calon suaminya" Rasya tersenyum miring menyadari perubahan raut Arka.
"Gue nggak percaya! Selama ini nggak ada cowok yang deket sama Ica" Tajam Arka
Rasya mengedikkan bahu acuh, "Buat apa kita jelasin hubungan kita sama lo?"
Ica sendiri hanya diam, ucapan Rasya benar benar mempengaruhi seluruh tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang, dengan perasaan yang benar-benar senang. Kejutan tak terduga apa lagi yang akan di berikan Rasya?
Sedangkan Arka hanya menggertak kan giginya kesal, baru kali ini lelaki lembut itu terlihat emosi.
Tanpa permisi, Rasya menarik tangan Ica. Meninggalkan Arka yang semakin emosi.
***
Di malam yang penuh dengan kesan horor yang sebelumnya sangat membuat Ica takut, Rasya berjongkok di depan gadis itu. Menyodorkan sebuah kotak berisi cincin. "Raisa, gue emang bukan cowok lembut seperti yang mungkin lo harapkan buat jadi pendamping lo, dan mungkin ini juga terlalu terkesan tiba tiba, tapi gue janji gue bakalan buat lo bahagia. Gue nggak akan pernah buat lo menyesal dengan setiap perlakuan gue! Malam ini, malam di mana semua orang merayakan Halloween yang menjadi saksi, gue mau ngomong---" Rasya menjeda ucapannya, memperhatikan sekeliling yang mulai fokus menatap Ica dan Rasya dengan pandangan terpukau. Ica semakin berdebar, gadis itu rasanya tak percaya dengan kejadian sekarang. Awalnya Ica merasa bingung saat Rasya tiba tiba menarik tangannya, Rasya menyuruh gadis itu untuk berdiri di tengah perayaan itu, namun kejadian selanjutnya benar benar mendebarkan bagi Ica.
"Gue mau lo jadi pendamping hidup gue sejak saat ini! Merayakan hari apapun bersama gue buat selamanya! Tapi maaf, ini bukan pertanyaan, melainkan pernyataan yang nggak di izinkan buat lo jawab, apalagi penolakan!" Tegas laki laki itu. Rasya sudah pernah bilang, ia bisa melakukan apapun untuk mencapai keinginannya. Termasuk menjalin hubungan hanya karena perasaan nya untuk gadis itu dalam beberapa jam.
Semua yang menonton mulai menjerit, mereka tidak percaya jika akan ada seseorang yang melamar di malam Halloween seperti ini. Termasuk Arka yang sekarang semakin kecewa, lelaki itu semakin tak memiliki kesempatan. Perasaan yang selama ini di pendamnya justru semakin tak bisa ia rasakan.
"Mungkin gue nggak bakal ada kesempatan lagi, cuma gue mau makasih karena lo udah jadi temen gue. Setidaknya gue masih bisa deket sama lo" Arka pun berjalan menjauh, ia akan pergi sebentar. Sebelum kembali untuk menjadi teman Ica. Arka sudah yakin jika ia tak memiliki kesempatan untuk mendapatkan gadis itu. Hanya sebatas teman, tidak lebih. Lihat saja ekpresi Ica saat Rasya melamarnya, gadis itu terlihat sangat bahagia.
Ica benar benar tak bisa menggambarkan bagaimana perasaan nya lagi. Satu yang pasti, bahagia. Lantas kepalanya mengangguk, "Aku pasti terima!" Teriak gadis itu.
Dengan cepat Rasya berdiri, mencium bibir Ica yang selalu berhasil membuatnya hilang kendali. Ica tidak terpaksa meskipun ucapan Rasya terkesan memaksa. Perasaan nya lah yang menerima semua itu dengan tulus. Ingat, Ica tidak akan membohongi diri sendiri, terutama dalam hal perasaan. Sekalipun ia masih tidak terlalu mengerti apa perasaan nya sekarang. Yang ia tau, jantung nya akan selalu berdebar setiap dekat laki laki itu meskipun baru beberapa jam dekat. Dan perasaan itu sangat membuat Ica nyaman.
"Gue udah bilang nggak butuh jawaban" Laki laki itu menarik hidung Ica gemas sebelum memeluk tubuh Ica erat. Ica hanya tersenyum kecil dan membalas tak kalah erat pelukan laki laki tampan itu. Lalu mereka kembali merayakan malam itu dengan hubungan yang beberapa jam lalu saling tak mengharapkan kini menjadi sebuah hubungan yang pasti.
"Kayaknya nggak perlu lagi kita paksa mereka untuk perjodohan ini" Ucap Ayah Ica pada Daniel sembari memperhatikan Ica dan Rasya yang kini bergandengan tangan sembari tertawa melihat suasana horor di sekitar mereka.
Ayah Rasya mengangguk setuju dengan senyum mengembangnya, "Dalam beberapa jam, mereka bahkan udah saling mencintai". Kedua pria itu lantas menggeleng kan kepalanya tak percaya. Anak mereka yang saling bertolak belakang bisa saling mencintai hanya dalam beberapa jam. Benar benar mengagumkan.
Sarah dan Rara berjalan mendekati suami mereka. "Para bapak bapak ngerumpi aja nih" Sahut Bunda Rasya dengan senyum mengejek nya.
"Nggak ngajak lagi kalo mau ngerumpi, Ra. Kita juga kan pengen ikut" Timpal Bunda Ica, kedua wanita itu lantas tertawa. Di susul tawa suami mereka yang melihat istrinya tertawa.
Mereka bahagia, memperhatikan anak mereka yang juga sama bahagianya.
Semua hal tidak bisa di tebak begitu saja, begitu juga yang sedang Ica alami. Malam Halloween, malam yang selalu membuat jantung Ica berdebar kencang. Jika tahun tahun sebelumnya karena takut, sekarang karena bahagia.
Cintanya datang membawa kebahagiaan di malam yang dulunya sangat menakutkan untuk gadis itu.
Rasya juga masih ingat betul, malam sebelum Halloween, ia di paksa Ayahnya untuk membujuk Ica agar ikut merayakan Halloween. Bukan tanpa alasan, keluarga Ica dan Rasya itu bertetangga. Orang tua mereka berteman baik, namun anak anak mereka saling acuh. Dan lebih sialnya lagi, orang tua Rasya mengancam jika Rasya tak berhasil mengajak Ica, laki laki itu akan segera di nikahkan. Benar-benar tak masuk akal. Tapi Rasya juga bahagia karena hal itu, orang tua mereka berjasa besar dalam hal menemukan kebahagiaan anak anaknya.
Ica yang tak pernah memikirkan hal lain selain hal yang di senangi nya, dan Rasya yang membenci gadis penakut. Rasya mengenal Ica meskipun dia benci. Namun, Ica tak mengenal Rasya karena terlalu fokus pada kehidupan pribadinya.
Hingga dimalam Halloween mereka mulai terjebak dalam cinta. Hanya malam itu, malam yang membuat dua sifat bertolak belakang menjadi satu dengan perasaan pasti mereka.
"Aku nggak tau harus ngomong apa buat cerita kita ini, tapi satu hal yang aku tau. Malam Halloween adalah malam yang buat kehidupan ku mulai berubah. Hari dimana ketakutan ku bermula ternyata adalah hari yang sama dengan pasangan hidupku datang untuk membawa kebahagiaan" Ica rasanya tidak percaya, kehidupannya berubah hanya dalam hitungan jam. Malam menegangkan sekaligus menyenangkan itu membuat mereka terperosok dalam suatu perasaan yang egois untuk saling memiliki.
Rasya hanya mengangguk dengan senyum lebar, "Malam Halloween buat kita berdua sadar, nggak bakal ada yang bisa mencegah sesuatu untuk terjadi. Tepat di malam itu gue merasakan hal aneh pada diri gue buat lo, hanya saat deket lo tanpa bisa gue cegah. Dan buat gue ingin terus bersama lo. Perasaan itu benar benar buat gue nggak bisa jauh sama lo meskipun kita baru deket beberapa jam" Ica hanya menganggukkan kepalanya dengan senyumnya, menatap lekat wajah Rasya yang sangat tampan. Gadis itu mengecup bibir Rasya singkat membuat laki laki itu semakin menarik sudut bibirnya lebar.
"Makasih udah buat kisah kita jadi seindah ini. Aku rasanya masih nggak percaya kalo malam dimana aku deket sama kamu adalah malam yang sama kita menemukan jalan kebahagiaan " Ujar Ica lembut, gadis itu segera masuk ke pelukan Rasya yang hanya tersenyum.
Mereka berdua telah melalui banyak hal sebelum akhirnya bahagia, mulai dari kesalahpahaman kecil hingga bertengkar hebat sekalipun.
Puncak dari semuanya adalah tepat saat malam Halloween. Dimana kisah mereka bermula dengan suatu perasaan hingga mereka bisa menjalani kisah dengan bahagia.
Cerita mereka telah selesai, benar benar selesai dengan akhir yang bahagia. Awal yang tidak pernah terbayangkan ternyata mendatangkan kebahagiaan untuk mereka. Bahkan paksaan sekalipun akan mendatangkan bahagia pada akhirnya.
"Malam Halloween tidak semenakutkan pemikiran mu, hanya butuh keberanian untuk melawannya. Dan kita akan terbebas dari rasa takut itu. Aku bahkan bisa mendapat kebahagiaan di malam itu, jadi, jangan biarkan pemikiran kalian mengendalikan semuanya. Atau kalian akan menyesal sepertiku karena menyia nyiakan malam penuh keistimewaan itu" Raisa Andriana
"Halloween bukan malam yang harus di takuti, tapi harus di rayakan dengan segala kesenangan. Suasana yang hanya bisa di rasakan setahun sekali, jadi jangan menjadi bodoh karena menyia nyiakan nya" Rasya Aljandro.