Laura Arcdiven adalah anak tunggal dari keluarga Duke Arcdiven. Ia memiliki paras yang sangat cantik, rambut coklat keemasan, dan mata yang berwarna biru seperti danau yang sangat jernih. Ia terlahir sebagai seorang wanita yang sempurna tapi dari semua kesempurnaan itu ia memiliki kekurangan yaitu sebenarnya ia berasal dari Seoul, Korea Selatan. Karena suatu kecelakaan ia harus masuk ke dalam novel yang dia baca sebelum meninggal. Ia pun terlahir kembali menjadi putri tunggal keluarga Duke Arcdiven dari wilayah timur.
Seiring berjalannya waktu, Laura tumbuh menjadi seorang wanita yang dewasa, dan akan melaksanakan debutante. Saat hari perayaan debutantenya, awalnya semua berjalan dengan normal, tapi saat Laura sibuk menyapa para tamu, tiba-tiba "Duke muda Leon Volgia memasuki ruangan..." semua orang langsung melihat Duke muda yang masuk ke ruangan, semua orang yang ada di sana termasuk Laura dan keluarganya sangat terkejut karena kedatangan Duke muda Volgia. Para tamu langsung ribut membicarakan Duke muda yang sangat jarang mendatangi kegiatan sosial karena berada di wilayah selatan yang terkenal dengan monster-monsternya.
*Debutante adalah perayaan seorang lady saat memasuki umur 18 tahun
Duke muda Leon Volgia, ia memiliki rambut hitam seperti langit malam, mata merah seperti permata Ruby, dan penampilan yang sangat menawan
Semua para wanita yang hadir terpesona akan penampilan Duke muda tak terkecuali Laura. Sejenak Laura terdiam dan kembali sadar dan langsung menyapa Duke muda.
"Selamat datang, yang mulia. Perkenalkan saya Laura Arcdiven, terimakasih karena sudah mau datang jauh-jauh untuk hadir dalam acara yang sederhana ini," kata Laura sambil memberi hormat kepada Duke muda.
"Aku Leon Volgia. Salam kenal, nona. Senang bertemu denganmu. Selamat atas perayaan kedewasaan anda, nona." ucap Leon sambil tersenyum tipis
"Terimakasih atas ucapan selamatnya, Duke muda."
Mereka pun berbincang sebentar dan karena suatu urusan Leon pun izin mengundurkan diri, walau agak sayang karena waktu untuk mereka berdua hanya sebentar. Pesta pun mulai berjalan dengan normal dan berselang beberapa waktu, pesta pun selesai. Semua tamu telah pulang.
[Dalam kereta kuda]
"Kamu masih tetap sama seperti 6 tahun yang lalu, Laura Arcdiven," kata Leon sambil memegang saputangan bercorak bunga mawar dan nama yang tertulis "Laura Arcdiven"
Seminggu kemudian, setelah pesta debutante itu banyak surat yang berdatangan untuk bertunangan dengan putri Duke Arcdiven, tetapi yang lebih mengejutkan adalah datangnya surat dari kediaman Grand Duke Volgia untuk keluarga Arcdiven yang berisi tentang rencana pertunangan untuk Laura Arcdiven dan Leon Volgia. Setelah selesai sarapan pagi, Laura pun dipanggil oleh Alfons Volgia sekaligus ayah dari Laura untuk pergi ke ruang kerjanya karena ada hal penting yang ingin disampaikan oleh ayahnya. Sembari berjalan menuju ruang kerja ayahnya, Laura berpikir 'ada hal penting apa sampai ayah buru-buru memanggilku'
Tok tok tok..
"Ayah, ini saya," ucap Laura sambil mengetuk pintu.
"Iya.. masuklah," sambil mempersilahkan Laura masuk.
Laura pun masuk ke ruang kerja ayahnya.
"Duduklah, Laura. Ada hal penting yang ingin ku bicarakan dengan mu..." Sambil menatap Laura dengan serius.
"Hal penting apa, ayah?" Ucap Laura sambil gelisah.
"Ada surat dari kediaman Grand Duke Volgia, isi nya tentang rencana untuk menjadikanmu tunangan Duke muda."
"Apa!? Tunangan?? Dengan Duke muda? Padahal baru seminggu semenjak pesta debutku dan itu juga pertama kali nya aku bertemu dengan Duke muda," sambil memasang wajah terkejut.
"Ayah juga terkejut saat membaca isi suratnya. Jadi bagaimana menurutmu, Laura?"
"Hm... Duke muda memang menawan dan sesuai dengan tipeku, keluarganya pun dekat dengan keluarga istana dan itu juga tidak akan merugikan buat keluarga kita dan dari semua surat pertunangan hanya keluarga Grand Duke Volgia yang terbaik. Jadi aku akan berusaha yang terbaik, supaya bisa menjadi tunangan yang tidak mengecewakan Duke muda." ucap Laura dengan tersenyum sambil menatap ayahnya.
"Haah... baiklah jika itu jawabanmu, ayah akan mengikuti pilihanmu, tapi jika kamu merasa tidak nyaman karena Duke muda itu, bilang ke ayah! Biar ayah yang mengurusnya"
"Hahaha..." Senyum canggung Laura. Walau sebenarnya masih ada sedikit keraguan dalam hati Laura, apakah benar pilihan yang telah ia buat tidak akan membuatnya kecewa dikemudian hari?
Setelah membicarakan tentang pertunangan itu, mereka pun berbincang-bincang sambil menikmati teh yang sudah dihidangkan. Beberapa menit kemudian Laura pun pamit mengundurkan diri karena harus mengikuti kelas pagi.