...Untuk mata yang memandang, kehidupan orang lain akan selalu terlihat sempurna. Tapi bagi yang menjalani, tak sesempurna yang terlihat....
Sepuluh tahun sudah berlalu tapi bayangan dirimu tetap lekat diingatanku. Cinta pertamaku yang tak pernah bisa ku gapai, rasa yang tetap tertahan hingga saat ini.
Aku yang kala itu masih mengenakan seragam putih biru memasuki sekolahmu. Berbaris rapi di lapangan dengan anak-anak lain yang masih berseragam putih biru sama sepertiku. Mendengarkan setiap penuturan yang keluar dari bibirmu kala memberi pengumuman setelah upacara masa orientasi siswa selesai.
Melihatmu dalam balutan seragam putih abu, terlihat tampan dengan wajah ramah dan postur tubuhmu yang tinggi. Oh jantungku kenapa kini berdebar kencang padahal aku hanya menatapmu dari kejauhan?
Suka? Cinta? inikah rasa yang biasa di bahas di film-film yang aku nonton lewat televisi?.
"Aku menyukaimu kakak kelasku." Batinku.
Seminggu berlalu setelah masa orientasi selesai, aku mulai mengikuti pelajaran pada sekolah baruku , dengan seragam putih abu yang baru pula.
Iseng-iseng mencari info tentang kakak kelas yang ku sukai sejak awal. Belum lama ku ketahui Tito namanya, siswa kelas dua belas IPA dua.
Ingin sekali bisa menyapanya, berbicara dengannya seperti teman-teman yang kini sedang bercanda renyah bersamanya, tapi apalah dayaku siswa baru yang pendiam ini tak punya keberian untuk mendekatimu.
Setiap berangkat sekolah, aku selalu berjalan pelan berharap melihatnya meliwatiku dengan sepeda motornya.
Saat pelajaran matematika berlangsung fokusku bukan pada guru yang sedang mengajar di depan. Aku malah terfokus pada lapang basket yanga da di samping kelasku. ku lihat dia bermakn basket dengan teman-temannya. Begitu seterusnya setiap pelajaran matemati aku selalu memanjakan mataku dengan melihat Kak Tito.
Enam bulan berlalu namun aku masih tak pernah terang-terangan mengakui perasaanku padanya. Hingga suatu ketika nomornya terpampang di mading sekolah saat perekrutan tim bola basket. Aku mencatat nomor itu kemudian menghubunginya lewat sms begitu tiba di rumah.
Tak lernah menyangka dia membalas pesanku dengan ramah. Entah kenapa smsan dengannya terus berlanjut hingga aku mengakui bahwa aku adalah salah satu siswi di sekolah yang sama dengannya.
Berulang kali dia mengajakku untuk bertemu, tapi ku tolak. Aku takut dia akan menjauh saat mengetahui seperti apa rupaku. Hingga akhirnya hubungan kami hanya sebatas teman sms saja.
Kini dia berasa di masa akhir sekolahnya. Hanya tinggal menghitung hari menjelang kelulusannya. Aku ikut sedih, karena begitu dia lulus aku tak bisa lagi melihatnya setiap hari.
Melalui sms dia memberitahu soal pendaftaraan kuliahnya yang sudah di terima di salah satu universitas negri di kota Jogja.
Hari kelulusan tiba, semua siswa di sekolahku lulus seratus persen. Mereka merayakan kelulusannya dengan menyemprotkan pilok warna warni ke seragam putih abu, hingga seragam menjadi full colour.
Aku benar-benar terkejut mendati Kak Tito menarik diriku yang kala itu sedang menyaksikan perayaan kelulusan mereka bersama teman-temanku.
"Ayu ayo ikut kakak." ucapnya sambil membawaku ke luar dari lapang basket yang jadi tempat mereka corat coret baju.
Aku begitu terkejut mendengar dia memanggilku dengan nama itu. Ya itu nama yang aku gunakan setiap smsan dengannya. tak ku sangka dia bisa menemukanku pahadal semua memanggilku Anna. Ayu adalah nama panggilan dari ibuku, dan hanya orang tertentu saja yang tau.
"Kenapa kakak menarik aku ke sini?" tanyaku dengan masih berpura-pura tak tau apa-apa. Aku masih belum siap jika harus ketahuan akulah yang selama ini smsan dengannya.
"Dengar Ayu, aku tau sejak lama kamu lah ornag yang selalu smsan denganku. orang yang selalu mendengarkan keluh kesahku meski hanya di sms. Lusa kau tak lagi bisa melihatku di sekolah ini. Maka dari itu jadilah pacarku, aku tak mau kamu menjadi milik orang lain selama aku tak ada disini.'' Ucap Kak Tito.
"Kakak A..Aku" ucapku yang tiba-tiba menjadi gugup. Tak pernah menyangka Kak Tito akan memintaku menjadi pacarnya.
"Bagaimana ini? Mamaku melarang aku pacaran sebelum lulus SMA." Batinku.
"Bagaimana?" tanya Kak Tito.
"Kakak maaf aku tidak bisa jika menjadi pacarmu sekarang. Aku akan menyusul kakak ke Jogja saat aku lulus nanti."
Kak Tito hanya mengulas senyum kecewa di wajahnya. "Baiklah kakak tunggu kamu di sana." ucapan terakhir yang ku dengar dari orang yang menjadi cinta pertamaku.
Semenjak hari itu kami terus smsan seperti biasa namun lama-kelamaan entah mengapa kak Tito menjadi harang membalas pesanku hingga akhirnya kami pun lost contack. "Kakak tunggu kamu di sini." pesan terkahir yang aku terima darinya setahun yang lalu saat diriku duduk di kelas sebelas.
Aku mengikuti jejaknya, mendaftar di tempat dia belajar tapi nyatanya tak semudah yang ku kira. aku gagal melewatu tes masuk kampus itu. Hingga akhirnya aku meneruskan kuliah di kampus swasta yang dekat dengan rumahku.
Karena tak lagi ada kabar darinya, aku memutuskan mengunjunginya di Jogja. setelah mendapat izin dari kedua orang tuaku. Aku memasuki area kampus dan bertanya pada beberapa orang tentang Kak Tito namun tak ada yang mengenalnya. Hingga akhirnya aku mengunjungi Ruang kemahasiswaan dan menanyakan tentang Kak Tito beserta kontak yang bisa dihubungi. Namun bukan kontaknya yang aku dapatkan justru kabar duka yang keluar dari mulut petugas itu. Pria patuh baya itu mengatakan bahwa mahasiswa atas nama Tito Rahardian telah meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan saat mengikuti kegiatan gamapala.
Bagai tersambar petir di siang bolong, Kak Tito maafkan aku tak menerima mu saat itu. Kamu adalah rasa yang tertahan yang selamanya akan ada di hatiku. Bahagialah di sana Kak Tito, Cinta Putih abu ku.
Hei baca juga novel karyaku yah
1. BUKAN PEEJODOHAN
2. JODOH DARI GC.