Hidup itu tak selalau seperti harapan, terkadang kita harus dengan ikhlas menerima kenyataan dan berjalan penuh positif. Bahwa jalan yang Tuhan berikan selalau baik. Seperti perjodohan yang menimpa hidup ku. Aku tidak pernah berharap menikah karena terpaksa, namun aku juga tidak bisa mengelak saat aku tahu tentang masalah ekonomi yang terus menjadi konflik bahkan menimbulkan konflik baru. Hal itu juga membuat aku merasa putus asa! Tapi aku ingat kembali pepatah mengatakan "Saat aku kehilangan harapan dan rencana, tolong ingatkan aku bahwa cinta-Mu jauh lebih besar daripada kekecewaanku, dan rencana yang Engkau siapkan untuk hidupku jauh lebih baik daripada impianku." itu yang dikatakan Ali bin abi thalib.
Kenapa aku bisa dijodohkan?
Karena sumber penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari kami kini tidak ada sejak kebakaran rumah makan dan toko sembako yang dimiliki Ayah. Karena kejadian itu keluarga kami harus kehilangan semuanya. Kini Ayah juga jatuh sakit, beliau dirawat di rumah sakit sudah cukup lama yaitu 3 bulan setalh 1 bulan dari kejadian itu.
Ayah mengidap paru-paru. Selain Ayah yang membutuhkan biaya banyak, tentu adik kembar ku Akila dan Daffa yang bersekolah dan sekarang mereka kelas 2 SMP. Tapi yang membuat hidup ku terasa sangat sulit ketika bank haturs menagih hutang-hutang kepada keluarga kami, yang ternyata ibu meminjam uang dengan banyak hingga harus menyita rumah.
Rumah yang penuh banyak cerita dengan kenangan-kenangan indah, kini hanya kenangan di memori. Terbayang tentang adik kembar ku, betapa merasa terpukulnya mereka harus menerima kenyataan pahit.
"dunia saat itu terasa sangat kejam. " Saat itu aku tidak bisa hanya diam saja? Saat itu aku memutuskan tidak melanjutkan kuliah ku, aku mencari pekerjaan selama 2 bulan uang yang aku dapatkan tak pernah cukup bahkan aku harus merasakan kelaparan.
"Vikaaaa! Sini cepat." Ibu memangil dengan keras.
"Iya ibu, ada apa?." jawab Vika sambil mengikat rambut hitam dan panjang, lalau dia duduk di samping ibunya.
"Begini sayang, kita tidak bisa hidup seperti ini. Maksud ibu kamu kan kerja gaji tidak seberapa..., gaji mu tidak cukup untuk memenuhi semuanya."
"Lantas ibu ingin menjodohkan kamu dengan pria ini." lanjut Ibu sambil memperlihatkan foto laki-laki yang sudah berumur.
"Ibu, aku.." sebelum aku bisa menjelaskan dan mengatakan sejujurnya bahwa aku tidak ingin dijodohkan dengan pria yang sudah tua dan terlihat sangat dingin, tampang nya yang terlihat cool, matanya terlihat tajam dan kejam. Saat itu terdengar suara klakson mobil, pirasat ku mengatakan bahwa laki-laki itu datang.
"Sayang, keluarga jodoh mu sampai juga." Kata ibu yang segera menyambut peria itu. Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa, menolak atau menerima? Ketika yang datang adalah keluarga pak Nirwan. Keluarga itu adalah orang yang selama ini berjasa, dulu mereka yang membantu membangkitkan usaha Ayah hingga Ayah memiliki banyak cabang rumah makan. Namun karena dulu juga sempat keluarga kami mendaptkan musibah sehingga hanya menyisakan satu rumah makan dan toko sembako.
"Oh ini loh pah Vika, cantik ya?" ucap wanita yang tersenyum hangat sambil merangkul tanganku. Aku memberikan salam dan senyum kepada mereka.
"Mari masuk kita bicarakan di dalam." seru Ibu ku kepada merka.
"Vika mabilkan minum." bisik ibu ku.
Aku pun pergi ke dapur dan terus berpikir bagaiman caranya aku bisa menolak semua ini? Tapi jika aku menolak bagiaman nsib keluarga ku, adik kembar ku, Ayah yang sangat membutuhkan pengobatan. Uang dari hasil kerja ku saja tidak cukup. Begitu aku juga takut jika nanti hubungan Ayah dan Sahabatnya malah menjadi berantakan, karena aku menolak perjodohan! Tapi aku tidak mau menikah dengan peria itu.
Vika pun menghela napas panjang, seketika dia mengingat masa lampaunya dengan peria itu. Waktu dia kecil, peria itu pernah bertemu dan bermain bersama dan betapa kejamnya dia mendorong ku hingga jatuh. Ketika aku menangis dia hanya tertawa tanpa rasa bersalah. Sudah ada tanda-tanda kekejaman dari sejak dia kecil, apa lagi sekarang? Mungkin saja dia sangat kejam seperti psikopat. Di mata dan tampangnya saja sudah terlihat bahwa dia memang kejam.
"Aku harus bagaimana ini?" ucap Vika tanpa sadar memasukan garam ke air teh.
"Vika?" terdengar suara lelaki yang serak dan berat, membuat Vika tercengang. Vika kaget begitu melihat pria yang ada di sampingnya, dia pun hendak pergi mengantarkan teh begitu saja. Tapi saat Vika melangkah peria itu menghentikannya. "Tunggu!" cegahnya meraih tangan Vika.
"Apa-apaan ini, bisa-bisanya dia menghentikan aku, terus kenapa dia sudah ada di depan ku begitu saja! Aaah Tuhan aku bener-bener tidak mau menikah dengannya." gumam Vika sambil melihat peria itu dengan teliti. "wajah nya saja tampan seram, garang." lanjutnya lalu dengan berani Vika berbicara.
" Iya kenapa?"
"Kamu minum teh itu!" suruhnya dengan nada tinggi.
Vika pun terdiam, dia merasa heran "kenapa harus aku yang meminum, ada apa dengan nya. Aneh." gumama Vika sambil melihat tampang sangar peria itu.
"Minum jangan dilihat, nih minum." Peria itu dengan berani memaksa Vika untuk meminumnya.
"Bener-bener kejam, dari dulu sampai sekarang dia tetap sama kejamnya" gumam Vika yang terpaksa harus meminum teh itu. Seketika Vika tersadar bahwa rasa teh itu terasa asin.
"Kok asin?"
"Lo yang bikin, makanya fokus!"
"Oiya satu lagi, gue gak suka sama cewek ceroboh." Lanjut nya sambil pergi meninggalkan Vika.
"Kuranghajar tuh, mmm ada benernya juga sih. Tapi kan wajar aku gak fokus.. Karena masalh ini." Ucap Vika yang ternyata terdengar oleh telinga Nando yang tajam.
"Gak cuma lo, gue juga sama!" Nando kembali dan meraih lengan Vika dan digengam nya begitu erat sampai Vika merintih kesakitan. Peria itu melirik Vika dengan tatapan sinis dan tajam yang menyeramkan, lalau pergi.
Ruang Tamu.
"Mana Vika nya?" tanya mami peria itu.
"M lagi bikin teh manis. Oiya tante Vika anak yang ceroboh, masa dia masukin garem ke air teh hahah" Ucap tanpa berpikir kembali, lalu tertawa kecil.
"Nando! Kamu ngomong apa sih, duduk sini." seru mami. Nando pun duduk di samping mami.
Vika datang dan memberikan teh manis. Mereka pun membicarakan mengenai lamaran yang akan segera di lakukan satu minggu lagi. Tidak ada yang bisa menghentikan perjodohan itu. Nando yang tampak tidak suka dengan Vika hanya tersenyum.
"Vika kamu bisa bekerja di perusahaan Nando, mulai besok yaa sayang.. Kamu juga, gak perlu mengkhawatirkan semua biaya baik itu pengobatan Ayah dan adik-adik kamu."
Vika pun menganggukkan kepala dan tersenyum, "Terimakasih yaa tante, udah mau bantu keluargaku."
"Gak masalh sayang, oiya kamu panggil mami dong jangan tante yaa." mendengar pernyataan itu Vika hanya bisa tersenyum.
Kamar
Vika berpikir kenapa keluarga pak Nirwan menjodohkan anaknya. Padahal Nando... Nando juga kan gak mau perjodohan ini? Kenapa dia gak membantah ? Apa karena Nando hanya anak satu-satunya jadi merka melakukan perjodohan. Tapi... Kenapa? Kenapa harus aku wanita pilihan keluarganya itu.
"Sayang, Vika ibu masuk ke kamar yaa?"
"Iyaa bu masuk,"
Ibu Vika pun duduk disamping Vika, Ibu meraih tangan Vika dan menggenggamnya, lalu menatap anak nya itu, "Vika maaf yaa, ibu tau kamu pasti kaget karena perjodohan ini. Ibu juga tahu kalau kamu bermimpi untuk menikahi peria yang kamu pilih dan kamu cintai."
Vika pun tersentuh, dan menangis di pelukan ibu. "Sudah buu tidak apa-apa, mungkin ini yang terbaik untuk semuanya."
"Terimakasih nak.., ibu terpaksa dengan berat hati. Doa ibu semoga kamu bisa ikhlas dan berbahagia yaa." Ibu menatap Vika dan menghapus air matanya.
Perjalanan Kantor
Nando mengirimkan 2 pesan :
Nando : Vika gue jemput lo.
Nando : Vika lo jangan telat! Gue gak suka ngaret. Jd lo harus siap ketika gue udah kelkson in.
Vika pun terheran-heran, karena dirinya sekarang sedang berada di angkot menuju kantor sedangkan si Kejam sedang menuju kontrakannya. "Ngapain si Kejam itu jemput aku?" gumam Vika.
Vika : Saya udah di jalan menuju kantor. 15 menit lagi sampai.
"Saialan ni anak, emang nyebelin. Udah tau gue ngirim pesan 5 menit yang lalau, terus 3 menit kemudian gue juga kirim pesan. Harus diberi pelajaran ni anak." gerutu Nando dengan penuh emosinya.
Nando melakukan panggilan (telepon)
2 panggilan tidak terjawab. "Ya tuhan si Kejam itu telepon aku, mana gak ke angkat lagi. Pasti dia marah besar, ah aku sih pake acara di silent." gumam Vika.
Kantor
"Ba Vika yaa?" tanya salah satu karyawan, Vika pun terheran-heran kenapa merka melihat dengan tatapan yang tidak enak, sambil berbisik-bisik, dan anehnya lagi mereka mengenal Vika. "Iya mas, kenapa memangnya?"
"Ba Vika di panggil boss" seru lelaki yang keluar dari ruangan.
Direktur utama
"Permisi pak"
"Vika! Berani sekali kamu melawan Saya."
"Melawan maksud bapak apa ya? Saya rasa tidak ada kesalahan. Saya datang tepat waktu."
Nando pun tersenyum sambil memberikan tepuk tangan. "Vika, Vika... Kamu ini harus mengetahui sopan santun, jika atasan mu bahkan saya adalah boss mu! Dengangarkan saya baik-baik, sebelum saya selesai bicara." Nando pun menarik tangan Vika dan memegang dengan erat sama seperti kemarin.
"Aaw sakit pak"
"Kenapa Vika?"
"Tangan saya sakit pak, lagian apa salahnya saya mengatakan yang sebenarnya. Dan perlakukan bapak ini juga salah. Tidak seharusnya bapak semen-mena."
"Vika, Saya mengetahui semuanya. Saya tidak akan melakukan hal seperti ini kepada orang lain. Orang yang terpandang dan terhormat dimata saya."
"Apa?"
"iyaaa Vika, kamu itu hanya sampah di kehidupan Saya dan kamu ingat ini baik baik! Kamu berhutang budi kepada Saya" dikatakan dengan tatapan tajam.
"Satu lagi Vika ingat kamu berhutang budi, karena saya yang akan membangun usaha Ayah mu bangkit lagi dari nol. Bersikap baik pada saya!" lanjutnya mengingatkan Vika.
"Rendah sekali aku di matanya. Dasar peria kejam.., kata-kata yang keluar dari mulutnya itu membekas di hatiku." gumam Vika matanya memerah dan berkaca-kaca tanda bersedih. Sedangkan Nando hanya tersenyum jahat.
"Pak, tolong dijaga sedikit ucapan bapak itu" dengan memberanikan diri Vika balik menatap tajam Nando.
Nando kembali tertawa dan mencoba menghapus air mata yang jatuh ke pipi Vika, tanpa ragu Vika pun mendorong Nando hingga mengenai meja. "Nando kamu tau? Bahasa yang kamu keluarkan dari mulut mu itu bisa mempengaruhi perasaan orang lain, dan kamu tau itu bisa menyakiti perasaan orang lain"
"Hati permpuan itu sangat lembut, baru dikatakan seperti itu saja kamu sudah menangis"
"cengeng, baperan! Inget yaa gue gak suka cewek lemah kayak lo." lanjut Nando lalu duduk di kursinya.
Vika tak kuasa menahan amarah. "Perempuan itu.." sebelum Vika berbicara Nando langsung menyuruh keluat dari ruangannya. "Suut sudah cukup berisik sekarang keluar, dan kerjakan tugas-tugas dengan baik."
"Nando seseorang itu berhak berbicara, mengungkapkan apa yang ingin dikatakan!" ketika Vika melawan, Nando kembali bersikap kasar ia menarik lengan Vika secara paksa dengan erat hingga menimbulkan bekas berwarna merah.
"Keluar!" Nando langsung menutup pintu, Namun Vika berhasil menghentikannya dengan mendorong pintu itu kedalam.
"Nando, kamu bersikap kasar kepada saya? Hukum akan berlaku jika kamu melakukan kekerasan kepada karyawan mu tanpa sebab yang salah!" Vika pun pergi setelah mengatakannya.
Nando terdiam, dia merasa tidak terima karena Vika bisa melawan dirinya dan membuat dia mengalah begitu saja.
Satu bulan setelah menikah.
Terlihat keluarga yang berbahagia antara orang tuanya juga mertua Vika yang menikmati makan malam. Tapi tidak dirasakan oleh Vika yang justru dia selalu mendapatkan perlakuan kejam dari suaminya itu Nando. Nando selalu bersikap seakan-akan dia adalah suami yang baik hati kepada istrinya, namun di belakang keluarganya Nando selalu bersikap kejam kepada Vika jika dia tidak mengikuti perintahnya.
Vika yang selama sabar untuk tidak melawan tapi kini dia berani berbicara untuk kebenaran dan melawan kesalahan sikap dan tindakan suaminya. Vika tau bahwa jika dia hanya diam maka selamanya akan merasakan kekejaman itu. Sama hal nya dengan takdir yang bisa berubah karena usaha dirinya untuk kehidupan yang lebih baik, dengan percaya diri Vika pun berpegang teguh.
"Aku tidak akan hanya diam saja mulai saat ini." Ucap Vika dengan berani menemui Nando.
Alur cerita mundur.
"Heh Vika kamu giman sih, nyuci baju seperti ini! Ini belum bersih, cuci kembali." seru Nando yang sengaja menodai kemejanya dengan tinta balpoint.
"Sungguh aku sudah membersihkanya dengan bersih "
"jangan melawan suami mu Vika, kerjakan saja atau aku harus menampar mu?" ketika Nando berkata seperti itu. Vika pun hanya bisa mengikutinya.
Begitu ketika Vika hendak istirahat, bahkan ketika mau makan pun harus mengerjakan yang di perintah Nando sampai Nando menyuruh nya makan. "Vika jangan makan sebelum aku yang menyuruh mu makan, bersihkan dan bereskan dapur terlebih dahulu."
Alur cerita maju
Makan malam dengan kekuarga di rumah Nando dan Vika.
"Sayang Vika mana?" tanya mami Nando.
Nando segera menemui Vika dengan senyuman hangat. "Vika sayang, aduh kamu giman sih kita makan bersama dahulu. Ayok beres-beres itu belakangan." Ajak Nando memberikan perhatian palsu.
"Kamu selalu bersikap baik di depan orang tua ku juga mertua ku. Bukan kah selama ini kamu tidak pernah mengijinkan aku makan sebelum aku membereskan semuanya dengan rapih di dapur?"
Nando pun di buat kaget karena Vika berani speak up di depan orang tua dan mertuanya.
" Vika sayang? "
" Kenapa Nando, bukan kah yang aku katakan itu benar?"
" Sayang.. Ka kamu.. " sebelum Nando berbicara kini Vika mengatakan yang sebenarnya bagaiman perlakukan Nandi kepada nya selama satu bulan ini. Orang tua dan mertua Nando sangat tidak mengira bahwa Nanado adalah peria kejam, mami Nando sangat kecewa karena selama ini menantu kesayangannya di sakiti. Nando pun harus di penjara akibat KDRT.
Satu bulan Nando di sel penjara, selama itu juga Vika masih saja peduli kepada mantan suaminya itu. Bahkan memberikan perhatian dan kasih sayangnya hingga membuat Nando tersadarkan dan menyesali atas perbuatnya kepada Vika.
Tamat.