Aku Andika. Bukan siapa-siapa, hanya seorang guru honorer yang mengajar di sebuah kampung yang jauh dari kota tempat kelahiranku.
Di kampung ini, aku sudah lama menaruh hati kepada adik dari sahabatku, Uki yang bernama Lasmi. Dia gadis yang baik, pun cantik, walau bukan gadis tercantik di kampung ini. Namun aku terpesona padanya bahkan saat aku baru datang ke kampung ini setelah mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Rambutnya yang ikal dan selalu di ikat rapi membuatnya semakin terlihat manis saja. Dia juga sangat ramah padaku dan pada siapapun.
Namun sayang, Lasmi menyukai pria lain bernama Djatmiko yang juga seorang guru honorer di sekolah yang sama denganku.
Memang, paras Miko jauh lebih tampan di bandingkan denganku. Dia tinggi dan berkulit putih sedangkan aku berwajah rata-rata penduduk pribumi. Dia banyak digilai gadis disini.
Hari ini, adalah hari pernikahan mereka. Semua orang nampak sangat bahagia. Dan aku juga berusaha untuk ikut berbahagia demi Lasmi. Walaupun hatiku sedang luluh lantah karna di tinggal menikah oleh Lasmi.
Karna aku tidak ingin terlarut dalam euforia kebahagiaan itu, aku memilih untuk duduk-duduk saja di rumah Mbah Buyut Lasmi yang berada di samping rumah Lasmi.
Mbah Buyut sudah tidak bisa kemana-mana, dia hanya bisa berbaring di tempat tidur saja karna memang usianya yang sudah sangat sepuh.
Saat aku sedang menyeruput tegukan terakhir dari gelas kopiku, Mbah Buyut memanggilku dengan menggerakkan tangan keriputnya. Wanita renta itu tersenyum sambil menggerakkan tangannya menyuruhku mendekat.
“Iya, mbah?” Tanyaku begitu aku mendekat ke tempat tidur.
“Kamu ini pria yang baik. Seharusnya Lasmi menikah dengan pria sepertimu.” Lirih Mbah Buyut dengan senyum tipisnya.
Aku tidak mengerti mengapa Mbah Buyut berkata begitu padaku. Mungkin ia merasakannya dari wajah murungku dan menebaknya. Tapi aku tetap merasa terhibur dengan ucapan Mbah Buyut itu.
“Lasmi sudah menikah dengan pria yang baik juga kok, mbah.” Jawabku.
Tiba-tiba, Mbah Buyut menggenggam tanganku dan memberikan sebuah cincin perak bermata batu giok berwarna ungu kehijauan.
“Simpan ini baik-baik sebagai hadiah.” Ujar Mbah Buyut sebelum kemudian ia langsung tertidur pulas.
Baru beberapa hari kemudian aku menyadari kalau itu bukanlah sebuah cincin biasa. Cincin itu mampu membuatku menjadi tembus pandang alias menghilang dari pandangan orang-orang.
Tiga bulan pernikahan Lasmi, Miko mengajaknya untuk mengunjungi rumah orangtua Miko yang ada di kota M. Dia bahkan mengajakku dan Uki. Dan akhirnya kami semua ikut dengannya pergi ke kota M.
Keluarga besar Miko menyambut kedatangan kami dengan baik, terutama kepada Lasmi sebagai istri Miko. Hanya satu orang yang nampaknya sangat tidak menyukai Lasmi, yaitu satu-satunya kakak perempuan Miko, Rani.
Tapi suatu sore, aku yang sedang belajar mengendalikan kekuatan cincin pemberian Mbah Buyut, tidak sengaja melihat pertengkaran kecil antara Miko dan kakaknya itu.
“Kamu ini bodoh apa gimana? Menikahi gadis kampung yang bahkan tidak lulus SMP seperti itu. Apa kamu tidak sayang dengan gelar sarjanamu!?” Mbak Rani marah dengan suara lirih. Mungkin ia takut jika Lasmi mendengarnya.
“Dia cantik lho, Mbak.” Jawab Miko santai sambil menyulut rokok di mulutnya.
“Cantik, cantik. Terus bagaimana dengan Lusi? Dia juga cantik.”
Mendengar nama Lusi di sebut, Miko langsung membungkam mulut kakaknya itu.
“Sssttt. Jangan keras-keras, Mbak. Kalau Lasmi dengar bagaimana?”
Dari situ, aku mulai menaruh curiga kepada Miko. Ada sesuatu padanya yang di sembunyikan dari Lasmi dan dari kami semua. Jadi, saat besoknya Miko pamit pergi untuk pergi mencari sesuatu, aku nekat mengikutinya.
Miko memang pergi ke pasar, namun ia tidak membeli sesuatu dan malah pergi ke salah satu hotel yang ada disana. Aku memandang tidak percaya kalau Miko sedang menemui wanita lain dan bahkan menyewa sebuah kamar hotel di sana.
Aku tidak berani mengulik lebih jauh lagi. Hatiku sakit melihat semua ini. Aku kasihan pada Lasmi yang menganggap suaminya adalah pria yang baik. Namun nyatanya, Miko hanyalah pria bejat yang tidak punya harga diri sebagai lelaki.
Aku memendam semua kenyataan tentang Miko selama berhari-hari. Aku tidak tega pun tidak berniat memberitahu Lasmi soal ini. Sampai suatu hari, keluarga Miko mengajak kami untuk menghadiri sebuah acara di sebuah gedung pernikahan. Dan disanalah petaka itu mulai terjadi.
Disana, aku melihat Lusi, wanita yang tempo hari bersama dengan Miko di hotel. Wanita itu nampak terkejut saat melihat ke arah Miko yang memang sedang di gandeng mesra oleh Lasmi. Matanya juga nampak berkaca-kaca.
Dari sana aku tau kalau pastilah akan terjadi sesuatu di antara mereka. Dan benar saja, saat Miko melihat Lusi yang sedang menahan tangis dan pergi dari ruangan pesta, Miko segera mencari alasan untuk ikut keluar. Aku segera mengikuti Miko dan menggunakan kemampuan ajaibku untuk mengetahui kemana dia pergi.
Miko pergi mengendap-endap mengikuti sosok Lusi menuju ke sebuah gudang yang ada di samping gedung. Tidak ada siapapun disana, hanya mereka berdua saja.
“Lusi!” Panggil Miko saat Lusi sudah berada di depan gudang kosong. Lusi nampak terkejut karna ternyata Miko mengikutinya.
Lusi menatap marah kepada Miko dengan deraian airmata yang sudah meleleh di pipinya. Sakit hatinya melihat pria yang begitu di cintainya malah di gandeng mesra oleh wanita lain.
“Siapa itu tadi, Mas?” Tanya Lusi.
“Istriku.” Jawab Miko jujur.
Jawaban Miko itu membuat air mata Lusi semakin deras mengalir. Namun Miko segera menyeretnya masuk ke dalam gudang dan memeluk tubuh Lusi yang terguncang.
“Tega sekali kamu menikah dengan wanita lain sedangkan aku disini setia menunggumu.” Isak Lusi.
Miko membelai kepala Lusi dengan lembut. Ia sedang menenangkan wanita itu.
“Aku menikahinya cuma sementara saja, kok. Setelah aku dapat SK kepindahanku, aku akan langsung meninggalkannya dan aku akan menikahimu.” Bujuk Miko dengan menatap serius kepada Lusi.
Sumpah aku sangat marah mendengarnya. Aku ingin menghajar Miko sampai wajahnya hancur. Ia tega menghianati dan mempermainkan perasaan Lasmi yang tulus mencintainya. Benar-benar bajing@n.
Saat aku hendak merangsek mendekati Miko, tiba-tiba aku melihat Lasmi datang dan melihat Miko dengan tatapan penasaran. Dengan refleks aku langsung mencegah Lasmi untuk melangkah lebih dalam dan langsung memeluknya. Daun pintu yang tadinya terbuka langsung tertutup saat aku menyenggolnya dan menimbulkan suara. Miko dan Lusi sontak menatap ke arah kami.
“Siapa itu?” Tanya Miko kaget.
“Tidak ada siapa-siapa, kenapa pintunya menutup sendiri?” Timpal Lusi.
Miko yang penasaran langsung berjalan mendekati pintu kemudian membukanya kembali, ia melongok ke kiri dan ke kanan namun ia tidak menemukan kami. Lantas iapaun kembali masuk dan mengunci pintunya dari dalam.
Aku sedang heran dengan wajah Lasmi yang terbenam di dadaku. Kenapa Lasmi bisa tidak terlihat sama sepertiku? Sejauh ini, aku tidak bisa menghilangkan siapapun atau apapun yang ku sentuh. Tapi kenapa hal itu justru bekerja saat aku memeluk Lasmi? Banyak sekali pertanyaan yang aku tidak tau jawabannya. Aku tidak tau sejauh apa kekuatan cincin ini.
“Mas Dika...” Lirih Lasmi dan aku langsung membekap mulutnya dan mengisyaratkan untuk jangan bersuara. Karna Miko dan Lusi kembali melihat ke arah kami, mereka mendengar suara kami. Dari tatapannya, Lasmi punya banyak sekali pertanyaan.
Aku bisa melihat sebuah kehancuran dari netra Lasmi yang bening. Hatinya sedang hancur berkeping-keping saat melihat suaminya yang sedang beradu mulut dengan wanita lain tepat di depan matanya. Lasmi bahkan tidak sanggup lagi untuk menangis.
Ia mencengkeram kemejaku dengan erat, seperti sedang meluapkan seluruh rasa kecewanya. Sementara aku berusaha untuk tetap memeluk Lasmi agar kami tetap tak terlihat.
Namun lama-lama, aku tidak tahan juga membiarkan Lasmi menyaksikan penghianatan suaminya itu, jadi aku membuka kunci pintu dan sengaja membukanya dengan keras hingga membuat Miko dan Lusi ketakutan luar biasa. Mereka langsung berlari keluar dengan wajah yang pucat pasi.
Setelah keadaan aman, aku melepaskan pelukanku dari Lasmi. Dia hanya menatapku pias dengan mata yang berkaca-kaca.
“Kenapa mereka tidak melihat kita, Mas?” Pertanyaan yang pertama di lontarkan oleh Lasmi. Padahal aku fikir dia akan menanyakan tentang Miko.
“Nanti aku ceritain, ya. Kamu baik-baik aja?” Tanyaku. Akupun merasa marah saat melihat air mata yang menggenang di sudut matanya.
Lasmi hanya menggeleng pelan. Mana mungkin dia baik-baik saja setelah memergoki penghianatan menyakitkan itu. Aku tau dia sangat mencintai Miko, dan aku bisa membayangkan betapa hancurnya dia saat ini.
Setelah pulang ke kediaman orangtua Miko, Lasmi menceritakan semuanya kepada Uki, kakaknya dan kepada kedua orang tua Miko. Mereka sangat marah dan malu kepada putra sulungnya itu.
Malam itu juga, Miko di sidang oleh keluarganya dan menanyakan kebenaran dari cerita Lasmi. Aku memasang badan paling depan untuk melindungi wanita yang ku cintai itu. Aku menjadi saksinya dan membeberkan semuanya.
Miko tidak bisa mengelak dengan bukti-bukti kami. Keluarga menanyakan tentang pendapat Lasmi, apa dia bisa memaafkan Miko dan melanjutkan pernikahan mereka, atau Lasmi memilih untuk mengakhiri semuanya disini.
Tapi, dengan tegas Lasmi memutuskan untuk mengakhiri semuanya sekarang juga. Ia sudah terlanjur sakit akibat perbuatan Miko.
Dan malam itu juga, keluarga memaksa Miko untuk mentalak dan menceraikan Lasmi. Dan malam itu juga, aku dan Uki langsung membawa Lasmi pulang ke kampung.
Menyedihkannya, Lasmi tidak tau kalau saat itu ia sedang hamil anak Miko. Sesuatu yang akhirnya ia sesali.
Tidak sanggup melihatnya terus terpuruk dengan perut yang semakin membesar, aku memberanikan diri untuk meminang Lasmi dan menikahinya seminggu setelah dia melahirkan anak perempuan yang sangat cantik. Aku yang memang selalu mencintainya, akan tetap mencintainya dan membuatnya mencintaiku dan aku akan membahagiakannya di sisa hidupku nanti bersama dengan putri kecil kami.
Sampai saat ini, aku masih menyimpan cincin pemberian almarhum Mbah Buyut. Lasmi sudah tau semuanya karna aku sudah menceritakan padanya. Tidak ada hal yang aku tutupi darinya. Hanya saja, sekarang aku tidak pernah menggunakan kekuatan itu lagi dan fokus untuk menjaga keluarga kecilku dan menapaki jalan kebahagiaan yang kusiapkan untuk mereka.