Sore hari seperti biasanya aku pulang berjalan kaki untuk sampai ke kontrakanku, memang antara kontrakan dengan rumah sakit tempat aku bekerja tidak terlalu jauh
Perkenalkan namaku Lyra Ayudia, aku adalah yatim piatu, ayah dan ibuku sudah meninggal dunia 3 bulan yang lalu, aku berasal dari desa D, setelah orangtuaku meninggal Dunia aku memilih untuk merantau ke kota P, setibanya dikota nasib baik berpihak kepadaku, dengan bermodalkan ijazah SMA aku diterima bekerja dirumah sakit swasta sebagai cleaning servis,
Saat dipertengahan jalan aku melihat ada sebuah mobil mewah tiba2 berhenti, dan kulihat yang punya mobil keluar dan segera mengecek roda mobilnya ternyata ban mobil itu bocor sehingga dia harus menunda perjalanannya
Tidak berapa lama hujan turun sangat deras, aku segera berlari untuk berteduh disebuah ruko yang sudah tutup, aku duduk didepan Ruko agak terhalang oleh steling sambil mengamati seseorang yang tadi sedang bocor ban. saat aku perhatikan sepertinya dia seorang dokter, kerana jas dokternya masih dia kenakan
"Apakah dia dokter dirumah sakit tempat aku bekerja." aku bertanya sendiri dalam hati
Karena hujan semakin deras maka dokter itu segera masuk kedalam mobilnya, saat dia hendak menutup pintu mobilnya dia dihalangi oleh seorang preman yang sudah basah kuyup
Dan kulihat preman itu melihat kiri dan kanan dia merasa tidak ada orang karena hujan sangat deras jalanan juga sepi dari pengendara, dia segera mengeluarkan benda tajam dan mengarahkan ke wajah dokter itu sambil merindukan kepalanya
Aku yang sangat terkejut da juga takut, aku bingung harus bagaimana, tetapi aku juga tidak bisa membiarkan dokter itu di peras oleh preman jalanan itu,
Dengan sedikit keberanian yang ada pada diriku, aku berdiri dan kulihat ada balok sebesar kaki, didepanku, tanpa pikir panjang aku langsung mengambil balok itu dan berjalan dengan pelan menuju mobil dokter yang didepanku dan saat aku sudah berada dibelakang preman itu tanpa aba2 langsung kupukulkan balok itu di bahunya dengan kuat sehingga preman itu jatuh tersungkur di bawah pintu mobil,
Aku yang merasa takut dan juga bingung hanya terpaku dibelakang preman itu. saat itu juga dokter itu keluar dan membawa aku pergi menjauh dari preman itu, dia menarik tanganku benar saja tidak berapa jauh aku dan dokter itu berjalan kulihat preman itu sudah duduk kembali sambil memegang bahunya yang masih terasa sakit karena pukulan balok tadi
"Ayo cepatlah sedikit" dokter itu sambil berlari dan menarik tanganku aku yang sangat ketakutan tidak kalah kencangnya berlari, karena kulihat preman itu masih mengejar kami
Sehingga tak terasa aku dan dokter itu sudah sampai di depan gang rumah kontrakanku
Aku segera membawa dokter itu kerumah kontrakanku, dan kulihat preman tadi tak lagi mengejar kami, mungkin karena kami sudah sampai di daerah yang agak ramai
"Silahkan masuk pak" aku mempersilahkan dokter itu untuk masuk
"Baiklah terimakasih" dokter itu segera duduk di kursi usang yang berada diruang tamu
"Sebentar pak saya buatkan teh hangat." dia hanya mengangguk tanpa ada basa basi mungkin karena dia sudah kedinginan
Tidak berapa lama kubawakan secangkir teh hangat untuknya
"Silahkan diminum pak."
"Ya terimakasih, maaf saya sudah merepotkanmu, dan saya juga sangat berterimakasih atas pertolongan yang kamu berikan untuk saya" jujur saya tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak ada kamu disana", Dokter itu menatapku dengan dalam aku tidak tahu jantungku tidak karuan saat dokter itu masih menatapku
"Ya sama2 pak" tadi hanya kebetulan saya lewat." dokter itu menatapku dan melihat logo baju yang kupakai tertuliskan nama rumah sakit tempatku bekerja
"Apakah kamu bekerja di RS xxx ?
"Iya pak, saya bekerja sebagai CS disana." dia tersenyum saat menatapku
"Apakah bapak dokter dirumah sakit itu juga?" Aku memberanikan diri untuk bertanya walaupun aku tidak berani menatap dokter itu.
"Perkenalkan nama saya Yandara Saputra" saya seorang dokter SpOG dan sekaligus pemimpin RS yang kamu maksud."
"Maksud bapak, bapak adalah pemilik RS itu?" aku sangat terkejut saat mendengar pengakuan dokter Yandra itu
"Ya kurang lebih begitulah." dia tersenyum aku sangat terpesona melihat senyum dan ketampanan wajahnya
Ntah mengapa rasanya aku sudah jatuh cinta saat pandangan pertama, apakah secepat itu sehingga aku sangat nyaman saat dia berada di dekatku
Cinta benar2 membuat aku gila, ntah mengapa aku hanya diam dan menerima saat dokter Yandra mencium bibirku, aku tidak menolak sedikitpun bahkan aku menikmati setiap sentuhan yang dia berikan,
Hujan semakin deras dan pergulatan kamipun semakin panas, Tanpa aku sadari kami sudah melebihi batas kewajaran orang pacaran, sehingga aku harus merelakan mahkota yang selama ini kujaga kuberikan kepada seorang dokter yang baru aku kenal,
Ntah berapa kali kami melakukan penyatuan sehingga kami benar2 lelah, dan kami tertidur berpelukan
Saat aku terbangun kulihat jam dinding ternyata sudah larut malam, dan aku melihat dokter Yandra masih tidur pulas
"Dokter, bangunlah ini sudah tengah malam, apakah dokter tidak pulang?" aku bangukan dia agar segera pulang karena aku takut digerebek warga jika mereka tahu bahwa ada seorang lelaki dalam kontrakanku
"Jam berapa ini" dia segera duduk masih keadaan polos, "ya ampun sudah tengah malam dia menatapku, "heii, apa kamu baik2 saja?" dia memegang pipiku
"Ya aku baik dokter" aku hanya menjawab singkat, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, karena ini semua terjadi keinginan kami berdua kami melakukannya atas dasar suka sama suka,
"Apakah kamu menyesali yang sudah terjadi diantara kita?"dia kembali bertanya
"Aku menatap wajahnya, "apakah dokter akan meninggalkanku?" aku beranikan untuk bertanya padanya
"Sudahlah jangan pikirkan itu, kita jalani saja bukankah kita sama2 suka? aku bingung dengan jawaban yang dia berikan, apakah itu berarti dia tidak benar2 mencintai aku? ntahlah biarkan saja waktu yang akan menjawabnya
Kini sudah seminggu berlalu semenjak kejadian malam panas itu, dia sudah jarang menemui aku, dan juga memberi kabar kepadaku, padahal kami berada dirumah sakit yang sama tapi kami tidak pernah bertemu, ya, Mungkin karena profesi aku dan dia berbeda aku hanya seorang cs sedangkan dia adalah dokter dan direktur utama di RS itu.
hingga sudah satu bulan lamanya semenjak kejadian itu dia tak pernah memberiku kabar bagaikan bak ditelan bumi, aku merasa kecewa dan frustasi segitu tak berhargakah aku dimatanya sehingga dia tak pernah menemui aku lagi dia menghilang tanpa penjelasan.
Sore ini aku pulang dalam keadaan lesu, dengan langkah gontai kupaksakan kakiku melangkah menuju kontrakanku, ntah mengapa aku merasa beberapa hari ini tubuhku lemas, dan selera makanku menurun, aku merasakan sering mual
Ke esokan harinya aku bangun lebih siang karena ini hari Minggu aku sengaja bermalas-malasan aku ingin menghabiskan waktuku untuk tidur
Saat aku bangun aku merasakan kepalaku pusing, dan perutku mual, rasanya aku ingin muntah, segera aku bangun dan berlari ke kamar mandi, dan kukeluarkan semua sisa makanan yang ada di perutku
Setelah selesai muntah aku kembali duduk diatas ranjang usangku, tapi tiba2 aku ingat sesuatu yang sangat aku takutkan, karena bulan ini aku sudah telat dua Minggu dari tgl haidku, aku Mulai merasa cemas dan takut
Tanpa kurasakan lagi pusing di kepalaku, aku segera keluar dan menuju apotik terdekat, dan kubeli tespeck,
Kini aku sudah berada di kamar mandi, segera kukeluarkan tespeck yang kubeli tadi dan segera kutes, aku benar-benar terkejut dan mataku mulai berembun saat melihat garis 2 merah muda di benda pipih itu duniaku terasa sangat hancur
"Aku harus bagaimana, apa yang harus aku lakukan" aku menangis sejadi2nya sambil menutup mulutku agar suaraku tidak terdengar orang dari luar
Lama aku duduk termenung menangis sambil merenungi kesalahan yang aku lakukan hingga menghadirkan janin didalam rahimku
"Aku tidak bisa begini, aku harus menemui dokter itu, aku akan minta pertanggung-jawabannya."
Ke esokan harinya aku datang ke RS bukan untuk bekerja tetapi aku akan menemui dokter Yandra, aku sengaja menunggu di antrian pasien ibu2 hamil aku menunggu jam selesai dokter Yandra praktek
Saat aku bertemu dengan teman seprofesiku aku beralasan periksa sakit saat datang haid aku ingin USG kukatakan padanya
Akhirnya waktu yang kutunggu datang juga, saat semua pasien2nya sudah diperiksa, kini tinggal aku sendiri duduk di kursi tunggu, tidak berapa lama orang yang selama ini kurindukan keluar dari ruangannya
"Ani? dia terkejut saat melihat aku ada disana,
"Saya ingin bicara dengan dokter." ku katakan niatku menemui dia, walaupun aku tau dari raut wajahnya dia tidak suka bertemu denganku, tetapi aku harus memberi tahu kepadanya demi anak yang ada di rahimku
"Baiklah ikut aku" dia mengajakku untuk ikut dengannya, ternyata dia membawaku masuk kedalam mobilnya yang parkir di depan RS yang bertuliskan khusus dokter
Aku segera masuk kedalam mobilnya, dia segera menjalankan mobilnya
Ditengah perjalanan dia memberhentikan mobilnya "sekarang katakan apa yang ingin kamu bicarakan, dia langsung menanyakan kepadaku apa yang akan aku bicarakan, tak ada rindu kulihat dimatanya dia benar2 asing bagiku, aku kembali menyesali kenapa aku bisa memberikan kesucinku kepada orang sepertinya
" Dokter, kemana saja dokter selama ini, kenapa dokter tidak pernah menemui saya, apa salah saya dokter?"
"Apakah kamu tidak lihat jika saya sedang sibuk, saya tidak ada untuk waktu bertemu denganmu."
"Dokter saya hamil." tetapi tidak ada respon dari dokter itu, dia hanya dia dan aku heran mengapa dia bisa diam begitu
"Gugurkan janin itu." Aku benar-benar shok mendengar jawaban dari dokter Yandra,
"Apa maksud dokter, kenapa dokter tega melakukan ini padaku" bukankah ini darah daging dokter!! aku agak meninggikan suaraku, aku benar-benar kesal mendengar jawaban darinya
"Karena aku tidak menginginkan bayi itu."
Duarr... rasanya dunia ini runtuh seketika saat mendengar Jawaban dari seorang dokter kandungan yang biasanya dia menyelamatkan bayi di rahim para pasiennya, tapi ini kenapa dia tega membunuh bayinya sendiri
"Tidak aku tidak mau melakukan itu dokter," aku sudah tidak bisa menahan air mataku, sehingga membasahi pipiku
"Kalau begitu ambillah ini dan pergilah dari kehidupanku, jangan pernah datang menemui aku lagi." dia memberiku cek senilai 50 juta
Aku menatapnya dengan benci,"Kenapa dokter lakukan ini, bukan uang yang aku inginkan aku hanya ingin tanggungjawab dokter!!!
"Dengar Lyra" aku tidak pernah mengatakan kepadamu untuk bertanggung jawab, kita melakukannya atas dasar suka sama suka, jadi kamu tidak ada hak menuntut pertanggungjawabanku, sekarang pergilah ambil cek ini untuk membiayai kehidupanmu dan bayi dalam kandunganmu nanti."
Aku mengambil cek itu dengan tangan bergetar kurobek cek itu dan kutaburkan serpihan cek itu ke wajah dokter Yandara,
"Aku tidak butuh uangmu, kau kira aku menjual harga diriku padamu" tidak terimakasih, aku bisa membesarkan dan membiayai anakku sendiri."
Segera aku keluar dari mobilnya, ku atur nafasku agar aku tidak droep ditengah jalan...
****
Kini sudah delapan bulan berlalu kandunganku sudah memasuki usia sembilan bulan, aku tidak berada di kota itu lagi, aku sengaja pergi dari kota yang menyimpan sebuah kenangan yang sangat menyakitkan bagiku
Kini aku tinggal di kota R walaupun masih satu provinsi dengan kota yang aku tempati dulu, tetapi disini aku sudah mulai bisa menata kembali hatiku yang hancur saat itu, namun seiring berjalannya waktu aku mencoba untuk berdamai dengan kenyataan, aku harus kuat demi anak yang ada dalam kandunganku
Sore ini aku pulang lebih awal, karena aku akan pergi kepasar untuk membeli perlengkapan bayi, aku bekerja sebagai kurir pengantar baju laundry di kompleks2 rumah mewah di daerah sini
Aku sengaja menyembunyikan identitas ayah dari anak yang ada dalam kandunganku, jika orang bertanya dimana suamiku maka aku menjawabnya bahwa suamiku sudah mati, ya, bagiku dia memang sudah mati, aku tidak ingin mengingat dia lagi
Pagi ini aku disuruh oleh majikanku yang punya toko laundry untuk mengantarkan baju ke ke komplek mewah yang berada di belakang RS besar itu
Saat sudah sampai dengan nomor rumah yang tertera di kertas bungkusan baju itu, aku segera memencet bel rumah elit itu walaupun tidak terlalu besar tetapi rumah itu sangat mewah dan elit tentu saja itu rumah kalangan orang berkantong tebal
Tidak berapa lama pintu rumah terbuka,
Cklekk...
"Permisi mas saya disuruh mengantarkan baju dan membawa baju kotor sekalian" aku tidak memperhatikan orang yang sedang berdiri dihadapanku, tetapi yang dibawa bicara hanya diam dan tidak menjawab
Lama tak dapat jawaban aku menatap wajah orang yang ada dihadapan ku
Betapa terkejutnya aku, perasaanku bercampur aduk ada benci dan sakit hati. dan juga ada rindu entah mengapa aku masih saja merindukan sosok lelaki bejat yang berada didepanku ini
Ternyata dia juga tak kalah terkejutnya saat melihat aku, sehingga dia tak mampu bicara, benci yang aku rasakan lebih besar dari rinduku membuat aku segera pergi dari hadapannya
Saat aku hendak pergi dia memegang tanganku membuat aku memberhentikan langkahku
"Tunggu Lyra aku ingin bicara." aku menatap wajahnya kulihat tatapannya sendu, tidak seperti Dulu, tapi aku sudah terlanjur benci kepadanya
"Lepaskan dokter aku ingin pergi." aku mencoba untuk melepaskan tanganku dari pegangannya tetapi pegangan tangannya begitu kuat sehingga aku tidak bisa melepaskannya
"Lepaskan dokter, tolong jangan ganggu hidupku lagi, apakah dokter belum puas untuk menyakiti aku?"
"Lyra aku tidak akan menggangu hidupmu, aku hanya ingin minta maaf kepadamu atas semua kesalahanku."
"Semua sudah terlambat dokter, sekarang lepaskan aku!!!! aku menarik tanganku dengan kuat sehingga aku kehilanganmu keseimbangan dan tubuh jatuh kelantai dan perutku membentur tangga yang pendek yang berada di teras rumah itu.
"Awwwhh... aku merasakan sakit teramat dibagian perutku..
Yandra yang melihat itu seketika itu juga menolongku dia melihat darah segar keluar dari daster hamil yang aku kenakan, dia segera menggendong ku dan melarikan aku ke RS besar itu..
"Lyr bertahanlah" aku akan menolong mu." sesampainya di RS Yandra segera memerintahkan kepada pihak RS untuk menyiapkan ruang operasi,
"Awwhhh sakiitt.. aku tidak bisa menahan rasa sakit yang aku rasakan dibagian perutku
"Bertahanlah sayang, kamu harus kuat." demi anak kita." dengan samar aku mendengar Yandra memanggil sayang kepadaku dan juga mengakui bayi yang ada dalam perutku anaknya
Tak terasa air mataku jatuh, banyak yang aku pikirkan, mungkin saja dia sudah menyesali kesalahannya padaku, jika aku tidak bisa selamat dia pasti akan menjaga bayiku
Setelah masuk dalam ruangan operasi aku masih bisa melihat dia menggunakan baju operasinya
Dan ada suster dan juga dokter pembantu sedang menyiapkan semua alat2 operasi, saat suster selesai memeriksa tensiku, dia mengatakan kepada Yandra jika tensiku tinggi
"Dokter, tensinya sangat tinggi." Yandra segera mendekat kepadaku, dia mengambil alat cek tensi itu dia mengulang sendiri mengukur tensiku, dia menatapku dengan lembut dan membelai rambutku
"Tolong tinggalkan saya berdua dengan pasien." Yandra memerintahkan orang yang diruang operasi itu untuk keluar,
Kini tinggalah aku dan dia diruangan dingin ini, "lyra lihat aku, kamu sangat menyayangi bayi yang ada dikandungmu ini kan? jika kamu sayang padanya aku mohon tolong netralkan perasaanmu, dan jangan pikirkan apapun, fokus untuk keselamatanmu dan juga bayi kita, dia memegang perutku.
"dokter, aku mohon jika nyawaku tidak bisa diselamatkan tolong rawat bayiku." dengan suara tercekat ku utarakan apa yang dari tadi ingin ku sampaikan kepadanya
"Tidak" aku tidak mau merawatnya."
"Kenapa dokter, kenapa kamu jahat sekali, dia adalah anakmu darah dagingmu." dengan tangisan aku memohon kepada-nya
" Tanpa aku sadari matanya juga sudah memerah dan mengeluarkan air matanya, "lyra,dengarkan aku, aku ingin kamu dan anak kita selamat, aku ingin kita merawatnya bersama hingga dia besar dan mempunyai adik nanti, aku tidak sanggup untuk kehilanganmu kembali,
Yandra menggenggam tanganku, "berjanjilah padaku Lyra,bantu aku berjuang agar kamu dan bayi kita selamat?" aku tak bisa menahan tangisku, aku bahagia dengan apa yang dia katakan kepadaku,
Aku mengangguk dan tersenyum kepadanya, "baiklah kita akan berjuang sekarang demi anak kita. dia juga tersenyum dan mengecup keningku
"Sekarang kamu ikuti aku ya, Jangan pikirkan apapun, dan fokuslah agar secepatnya bayi kita keluar kamu harus rileks, "oke sayang?"
"aku kembali mengangguk dan tersenyum kepadanya, aku merasa bahagia saat ini sehingga aku lupa akan kesedihanku, sehingga operasipun dimulai aku tidak sadar karena aku larut dalam hayalan bahagiaku saat anakku lahir dan hidup bersama orang yang sangat aku cintai
Hingga akhirnya operasiku berjalan dengan lancar, dan kudengar tangisan bayi begitu menggema didalam ruangan itu, lalu ku ucapkan syukur kepada yang maha kuasa yang telah menyelamatkan aku dan bayiku
"Setelah selesai kudengar Dokter Yandra mengumandangkan adzan di telinga bayi mungilku semua para perawat dan dokter yang membantu operasiku diruangan itu heran melihat hubunganku dan dokter Yandra, sehingga dokter Yandara sendiri meminta untuk meng adzankan bayiku
Setelah selesai, aku segera dipindahkan di ruangan rawat inap VVIP khusus untuk kamar rawat inap direktur utama rumah sakit ini, staaf di RS itu termasuk para dokter2 bertanya siapakah aku kenapa dokter Yandra menempatkan aku diruangan khusus direktur.. tetapi dokter Yandara tidak ambil pusing dengan semua tatapan heran orang di RS itu, ya RS ini adalah cabang dari RS pusat dia diutus oleh orangtuanya untuk mengurus RS disini setelah dia gagal bertunangan dengan anak teman papanya, Yandra memang sengaja ingin melupakan masa lalunya ditambah lagi semenjak dia mendengar aku sudah berhenti dan pergi dari kota itu dia selalu dihantui dengan rasa bersalah, hingga akhirnya Tuhan kembali mempertemukanku dengannya."
****
Dan Yandra tidak ingin melepaskan Lyra dia baru merasakan adanya cinta saat dia telah kehilangan Lyra dalam hidupnya
Kini Akhirnya mereka hidup bersama dan menikah dan sudah mempunyai seorang bayi mungil yang tampan, dan bersyukurnya orangtua Yandra menerima lyra dengan bahagia, walaupun lyra hanya gadis tamatan SMA tetapi dia mempunyai akhlak dan jiwa yang tulus dan juga sangat lembut dan tidak pernah meninggikan suaranya saat dia sedang marah, itulah yang membuat Yandra semakin mencintai Lyra
Tamat...