Dia adalah bocah yang ku kenal sejak aku duduk di bangku SMP. Namanya adalah Nino, teman SMP ku yang kini menjadi teman kuliah ku juga.
Aku tidak tahu mengapa semesta selalu mempertemukan kami sejak saat itu. Mulai dari SMP sampai kuliah saat ini, kami selalu duduk bersama, aneh bukan? Hahaha.
Banyak orang mengira Nino adalah adik laki-laki ku, padahal kami sendiri tidak memiliki hubungan darah apapun, terkadang penglihatan manusia memang aneh, bukan?
Tapi tak apa, mereka mengira aku dan Nino adalah kakak adik toh karena melihat wajah Nino yang sangat baby face, padahal umur nya sendiri sudah kepala dua, hahaha.
Ah iya, terlalu banyak memperkenalkan Nino, aku sampai lupa memperkenalkan diriku sendiri, nama ku adalah Sun, gadis penyuka bunga matahari, senja dan juga bulan beserta bintang.
"Sun!!" Ah, Nino memanggilku! Sekian perkenalan singkat ku ini! Aku harus buru-buru menjawab panggilan Nino.
"Ada apa, Nino??" Jawab ku.
"Sudah rilis!! Game yang ku tunggu-tunggu sudah rilis dan sekarang masuk ke tahap pendaftaran!!" Nino senang karena game yang ia sukai sudah dirilis.
"Oh ya?? Daftar dong kalau gitu," kata ku.
"Udah!! Aku senang banget!! Akhirnya yang ku tunggu-tunggu datang juga!! Lihat nih, Sun, perempuan dalam game ini lucu banget ya!! Ga aku ga sabar untuk main nya!" Nino menyodorkan ponsel nya pada ku.
"Bagus ya desain nya, kesan lucu nya dapat juga," aku mengangguk.
Nino mengangguk dan berkata, "Nanti kita main bareng yuk!"
Aku mengerutkan dahi ku dan menjawab, "Aku ga bisa main game, Nino... Kamu kan tahu kalau aku main game dengan mu, kamu akan ku buat kalah terus," kata ku.
"Diiihh, itu kapan, mbak?? Udah lama banget itu, sewaktu kita masih duduk di bangku SMA," celetuk nya.
"Hahaha," aku mengacak-acak rambut Nino.
Nino tak suka dan berkata, "Jangan gitu dong, Sun, nanti rambut ku bau terasi yang tadi kamu makan!!"
"Heyy, aku ga makan terasi ya!!"
"Hehehe,"
Ya, seperti inilah hubungan yang kami bangun selama kurang lebih delapan tahun telah bersama. Ah, bukan!! Bukan nya tidak memiliki teman, tetapi kami lebih sering bersama.
Seperti kekasih? Tidak juga, Nino tidak posesif jika aku berkata aku akan melakukan kerja kelompok dengan mahasiswa, dan aku juga tidak masalah jika Nino bermain game bersama perempuan lain, toh kami bukan siapa-siapa juga?
"Sun..." Panggil Nino pada ku.
"Iya, Nino..." Jawab ku.
"Kalau misalnya aku... Ah, lupakan..." Wajah Nino menjadi kacau.
"Apa sih, No? Penasaran nih!" Kata ku padanya.
"Eng-engga, lupakan saja, tak penting juga," katanya.
"Ya udah deh..." Aku pun terpaksa mengikuti nya.
Sepulang nya dari kampus,
Di depan rumah...
Baru sampai di depan rumah, tiba-tiba aku melihat sebuah surat yang diletakkan di atas keset kaki rumah ku.
"Surat apa ini?" Kata ku sambil mengangkat surat itu.
Aku pun segera membuka surat itu karena aku penasaran.
Ku baca surat itu dengan seksama...
"YESSS!!!" Setelah membaca surat itu aku sangat senang!! Akhirnya yang aku harapkan benar-benar akan terjadi!!
"Aku harus beri tahu Nino esok!" Ucap ku yang kemudian menyimpan balik kertas didalam surat itu.
Keesokan hari nya, aku pun memberikan kabar baik ini pada Nino, berharap ia juga ikut senang.
"Nino!" Panggil ku saat melihatnya.
"Eh, Sun? Kenapa?" Tanya nya.
"Aku mendapat surat dari 'mereka'," kata ku.
"Siapa?" Nino sepertinya belum paham dengan 'mereka' yang ku maksud.
"Itu... 'Mereka'," aku memberikan kode pada Nino.
"Oh, 'mereka'!! Apa isi surat mu, Sun?" Tanya Nino, akhirnya ia paham juga dengan apa yang ku maksud.
"Tiga hari lagi, aku akan dipindahkan ke tempat indah." Jawab ku.
Nino tersenyum dan berkata, "Selamat, Sun! Akhirnya kau mendapatkan apa yang kau mau!! Jangan lupakan aku ketika kau sudah berada di tempat itu, Sun."
"Tentu saja, Nino! Kau 'kan sahabat sejati ku sejak kita duduk di bangku SMP." Aku membalas senyuman Nino.
"Oh ya, kau belum mendapatkan surat dari 'mereka'??" Kini aku yang bertanya pada Nino.
"Sayang nya belum," Nino menjadi lesu.
"Yah, sayang sekali... Semoga kau cepat menyusul, ya!" Aku mencoba memberikan semangat pada Nino.
"Ya, terimakasih, Sun." Jawab Nino.
"Oh ya, bagaimana kalau esok kita rayakan perpisahan mu?" Tanya Nino pada ku yang membuat ku sedih.
"Mengapa esok? Aku pergi tiga hari lagi, Nino..."
"Em-yah... Karena dua hari lagi aku ada tugas kelompok..."
"Begitu ya... Baiklah, esok hari kita akan menghabiskan waktu kita berdua!" Aku mengedipkan sebelah mata ku dan Nino hanya tersenyum.
Entah ini hanya perasaan ku saja atau tidak tetapi sepertinya Nino tidak bersemangat seperti semalam...
"Mungkin perasaan ku saja," pikir ku.
Keesokan hari nya, seperti yang sudah dikatakan oleh Nino, kami menghabiskan waktu kami untuk perpisahan kita.
"Sun, sejujurnya aku ingin mengungkapkan sesuatu," Nino tiba-tiba menjadi serius ketika kami baru saja selesai makan.
"Mengungkapkan apa, No?" Tanya ku yang bingung.
"Sebenarnya... Aku suka pada mu, aku tahu aku tak sempurna, tetapi maukah kau menjadi kekasih ku?"
Aku terpaku mendengar pengakuan Nino.
Yang benar saja?! Dia menyukai ku??
"K-kau benar-benar menyukai ku??" Tanya ku memastikan.
Nino mengangguk.
"Sejak kapan kau menyukai ku?" Aku bertanya lagi.
"Sejak aku masih berumur 15 tahun, dan pada saat itu kau melindungi ku dari tendangan sepak bola, sejak saat itu aku selalu ingin bersama mu, aku mengikuti mu masuk ke SMA yang kau inginkan dan aku mengikuti mu sampai ke sini." Ucap Nino panjang lebar.
"K-kau rela mengorbankan nyawa mu de-demi mengikuti ku ke sini??" Tanya ku secara gugup.
Nino mengangguk dan berkata, "Benar. Aku tak sanggup melihat mu mati mengenaskan akibat didorong oleh seseorang, sehingga aku memutuskan untuk mengakhiri hidup ku juga."
Ya, disinilah mereka, Dunia suci.
Dunia suci adalah dunia perbatasan antara bumi dengan alam lain yang biasa mereka sebut tempat hidup kembali dan tempat penyiksaan terakhir.
Benar, saat di dunia suci, mereka bebas berkeliaran di bumi asal tidak mengganggu manusia-manusia yang sedang beraktivitas.
Saat di dunia suci pula, mereka akan menunggu selama kurang lebih 100 hari untuk mendapat surat dari 'mereka', hakim-hakim yang bertugas di dunia suci.
Surat yang menentukan apakah seorang manusia itu layak untuk hidup kembali atau pergi menuju tempat penyiksaan terakhir akibat kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat.
"Kenapa kamu tega mengakhiri hidup mu sendiri, Nino!!" Tanya Sun sembari menangis.
"Karena aku cinta, aku sayang sama kamu, Sun!!" Jawab Nino yang ikut menangis.
"Hiks, hiks..." Sun terisak-isak.
"Jadi... Bagaimana jawaban mu, Sun?" Tanya Nino yang mencari kepastian.
Sun mengangguk, "Iya!! Aku mau!" Katanya.
Nino dengan cepat memeluk Sun, "Terima kasih, Sun." Katanya.
Mereka pun saling memeluk satu dan yang lainnya.
"Ah, dua hari lagi kita akan berpisah, aku tak ingin berpisah dengan mu secepat ini..." Lirih Sun.
"Kau bersedia menunggu ku, Sun?" Tanya Nino.
Sun mendongakkan kepala nya, "Apa pun itu aku akan melakukan nya untuk mu," jawab Sun dengan senyum terpaksa.
Nino memeluk Sun dan berkata, "Tunggu aku, sayang."
"Akan ku tunggu kau, Nino." Jawab Sun.
Hari ini, tibalah hari dimana Sun akan lahir kembali dalam wujud bayi, tetapi sebelum itu ia pergi sebentar menuju apartemen Nino.
"Nino!" Panggil Sun dari luar.
"Nino!" Sun memanggil lagi.
Tidak ada jawaban, apartemen nya terasa sepi dan kosong.
"Nino, aku masuk ya ini," Sun pun membuka pintu apartemen Nino dengan sandi yang sudah diberitahu oleh Nino.
Ia tidak melihat siapa-siapa saat masuk ke dalam apartemen itu.
"Nino? Sayang?" Panggil Sun.
Tidak ada yang menjawab, apartemen itu benar-benar kosong.
Ia pun berjalan sedikit menuju dapur, tetapi sesampainya di dapur, ia melihat sepucuk surat yang menurut nya familiar.
"Surat ini bukannya surat yang dikirimkan oleh hakim?" Tanya Sun pada dirinya sendiri.
Karena penasaran, Sun pun membuka surat itu.
Seketika ia menjadi shock dengan apa yang dibaca nya.
'Saudara Nino ditempat,
Setelah 100 hari menyelidiki kasus-kasus saudara/i atas nama NINO ARDIANSYAH, saudara Nino diputuskan telah melakukan kesalahan-kesalahan berikut:
-Kesalahan membunuh diri sendiri dengan sengaja pada 18 September 20xx
-Kesalahan pembunuhan berencana atas Saudari yang bernama NINDY AYU SUN pada 18 September 20xx.
-Kesalahan menuduh saudara DERICKO FEDERIC sebagai pembunuh Saudari NINDY AYU SUN.
-Kesalahan pembunuhan hewan peliharaan pada 6 Agustus 20××.
-Kesalahan menuduh saudara GEORGE BENEDIC sebagai pemakai obat-obatan terlarang sampai memasukkan saudara GEORGE BENEDIC ke dalam penjara pada 19 Agustus 20××
Oleh sebab itu, telah diputuskan bahwa saudara NINO ARDIANSYAH akan masuk menuju tempat penyiksaan terakhir pada tanggal 30 Desember 20××.
Sekian surat ini saya sampaikan,
Hakim Jhon.'
"T-ternyata, Nino..." Sun menjadi gemetar setelah membaca surat itu.
"Hiks, ternyata kamu yang membunuh aku Nino!!! Ternyata kamu!!!" Dia berteriak.
"Dasar kamu biadab!!!" Teriak nya.
"Tapi aku lebih bodoh dari mu!! Aku sangat mencintai mu!! Huuuu, dasar aku bodoh!!!" Lirih nya.
TOK TOK TOK
"Saudari Sun, anda dipanggil oleh hakim." Ucap seorang malaikat dari luar pintu.
Sun yang mendengar itu langsung mendongakkan kepala nya. Ia kemudian membuka pintu apartemen itu dan melihat menghadap malaikat penjemputnya.
"Saya sudah siap," katanya sembari menghapus air mata nya.
"Silakan ikut saya." Kata malaikat itu.
Sun mengikuti malaikat itu menuju tempat sebelum ia dilahirkan kembali.
"Saudari NINDY AYU SUN, apakah Saudari siap untuk hidup kembali di dunia modern?" Tanya salah satu hakim.
Sun menghela napas nya dan berkata, "Saya siap." Katanya.
"Hakim, saya ingin meminta suatu permintaan." Sun memberanikan diri nya untuk meminta suatu permintaan.
"Sebutkan."
"Saya ingin hidup kembali tanpa mengingat apapun yang telah saya jalani di dunia ini, singkat kata tolong hapus semua ingatan saya di dunia ini." Pinta Sun.
"Permintaan diterima."
"Selamat tinggal, Nino. Semoga kau bisa menebus segala kesalahan-kesalahan mu disini." Ucap Sun dalam hati nya.
Ya, akhirnya Sun memilih untuk melupakan Nino, kekasihnya. Ini memang bukan cerita yang romantis seperti novel romansa, tetapi ini adalah cerita si gadis malang, Sun.
-TAMAT-