Aku tak pernah mengira jika sahabat yang selama ini aku anggap saudara adalah maduku. Ia yang telah merebut kebahagiaan ku bersama suami.
Namaku Melati, aku lahir dafi keluarga yang kurang mampu. Aku memiliki seorang sahabat, Ani namanya. Ia berasal dari keluarga yang cukup berada. Aku anak yatim sehingga untuk biaya sekolah saja ibuku susah payah mencarinya. Ayah Ani lah yang sering membantu biaya sekolahku. Sampai akhirnya kami berpisah karena Ani harus kuliah di luar kota mengikuti ayahnya yang pindah ke kota itu.
Setelah tamat SMU aku bekerja disalah satu mall sebagai SPG, aku tak melanjutkan kuliah karena tak ada biaya. Disinilah aku berkenalan dengan suamiku.
Kami berpacaran tidak lama, hanya tiga bulan, setelah itu Willy nama pacarku mengajak menikah. Aku pun menyetujuinya. Ternyata ibunya Willy kurang merestui hubungan kami, hanya karena Willy mencintaiku,ibunya terpaksa merestui. Dibulan ketiga pernikahanku,, ibuku meninggal dunia untung ada Willy yang selalu menghiburku.
Satu tahun pertama pernikahanku, hidupku penuh kebahagiaan... dan aku dikarunia seorang anak laki laki yang sekarang berusia satu bulan.
Ani yang libur kuliah, mendatangiku dan menginap dirumahku. Disinilah ternyata awal kehancuran rumah tanggaku. Tanpa curiga aku membiarkan Willy dan Ani keluar berdua. Dengan alasan membeli keperluan bayi dan terkadang Ani lah membantu ku memasak buat suamiku.
"Kamu selain cantik, pandai memasak juga. Jarang wanita cantik,dan kaya seperti mu pandai masak"puji suami ku didepan ku.
"Ani memang wanita yang sempurna, cantik baik,cerdas dan tak sombong walau dari keluarga berada"ucapku.
Setelah itu... aku melihat Ani dan Willy makin akrab. Mereka sering tertawa bersama, entah apa yang mereka bicarakan. Satu bulan lamanya Ani menginap dirumahku, selama liburan kuliahnya.
Ketika akan pamit kembali ke kota Ani memelukku erat aambil berkata
"Maafkan aku Melati... aku tak pernah bemaksud merebut kebahagiaan mu"
"Maksudmu apa Ani"tanyaku dengan perasaan yang mulai tak enak
"Karena aku harus pindah ke luar kota jadi aku tak bisa bersamamu lagi, jika aku masih disini, pasti ayahku juga akan mengkuliahkanmu juga.. "
"Nggak apa apa... aku juga sudah bahagia dengan keluargaku saat ini... "
"Aku pamit... jaga dirimu baik baik"
"Kamu juga... hati hati.. "
Dua bulan sudah berlalu sejak Ani kembali ke kota nya. Ibu mertua ku datang kerumah..
"Melati... ibu harus mengatakan ini, karena Willy tidak berani.. "
"Ibu mau mengatakan apa"tanyaku mulai kuatir
"Willy telah menikahi sahabatmu Ani sebulan yang lalu... karena Ani lagi mengandung anaknya"
"Maksud ibu apaa... "ucapku dengan menangis
"Sewaktu Ani disini, dia menjalin hubungan dengan Willy.. sehingga ia hamil. Willy harus bertanggung jawab. Ibu juga telah menikahkan mereka. Ibu minta kamu jangan pernah mengatakan pada orang tua Ani jika Willy suamimu... karena orang tuanya tahu Willy belum berkeluarga"
"Bu... mengapa kalian tega melakukan ini padaku... apa salahku... "
"Salahmu... kau bukan berasal dari keluarga seperti Ani, aku lebih senang punya menantu Ani. Aku harap kamu mengerti. Willy tak mau menceraikanmu, padahal ibu sudah memintanya. Atau kamu saja yang mengajukan cerai pada Willy... ibu akan senang jika kmu melakukan itu, ibu akan memberi biaya hidup buat anakmu sampai ia dewasa "ucap ibu mertuaku
"Aku tak mungkin pisah dengan Willy bu...."
"Kalau begitu kamu harus mau di madu dan ingat pesan ibu... jangan sampai orang tua Ani tahu status Willy"ancam ibu sebelum meninggalkan rumahku.
Aku akhirnya menerima semua penderitaan dalam hidupku. Perhatian Willy tetap sama. Tapi hatiku tak bisa dibohongi, jika aku kecewa dengan nya.
Willy sering meminta maaf dan berlutut di kaki ku, ia mengakui kekhilafan nya.. tapi aku tak bisa sepenuhnya memaafkan.
Mungkin bagi orang yang mengetahui kisahku, mengatakan aku bodoh karena mau bertahan, tapi aku tak bisa berbuat apa apa, aku hanyalah sebatang kara didunia ini.
Ani pernah mencoba menghubungiku, tapi tak pernah aku tanggapi. Aku mencoba menjalani hidup ini dengan ikhlas. Mungkin takdirku memang begini.
Willy memenuhi segala kebutuhan ku bahkan ia memberiku banyak kemewahan.. berbeda dengan Ani, walau Willy tetap memenuhi kewajibannya tapi ia hanya sesekali pulang ke tempat Ani.
Sampai saat ini anakku telah dua orang dengan Willy, aku tak pernah menganggap ada Ani,walau terkadang terpikirkan juga disaat Willy mengatakan ia akan keluar kota. Aku tahu itu pastilah ia mengunjungi Ani dan anaknya...