Cerpen
Prince of Wolf
Oleh Sept
Mendung gelap menyelimuti kastil tua di tengah hutan terlarang. Hembusan angin yang kencang membuat gorden besar berwarna emas itu tersibak.
DORRR!
Terdengar suara tembakan cukup kencang, sepertinya ada pemburu yang menerobos hutan yang mengelilingi kastil tua tersebut. Seperti yang sudah-sudah, para pemburu pasti mengejar srigala yang terkenal sebagai penghuni hutan terlarang.
Tidak lama berselang setelah bunyi tembakan, seekor srigala berlari cukup kencang melompat gerbang belakang castil. Srigala itu terus berlari tanpa menoleh ke belakang.
"Astaga! Tuan Edward!" pekik tuan Smit. Pria berwajah tegas itu seketika berjalan cepat menghampiri Edward.
Tuan Smit adalah kepala pelayan di kastil tua itu. Tuan Smit merupakan generasi ke 8 yang mengurus kastil tua ini. Orang yang paling setia pada Edward sampai sekarang.
"Apa yang terjadi? Penjaga!" teriak tuan Smit. Ia menoleh ke belakang memanggil semua penjaga.
"Tutup semua gerbang yang terhubung dengan luar. Segel hutan terlarang, sekarang!" titah tuan Smit marah.
"Baik, Tuan!"
Seketika pria-pria berbadan tegap dan atletis berlarian menyerbu keluar kastil.
Sementara itu, tuan Smit langsung menggendong tubuh tuan mudanya yang masih berwujud srigala tersebut. Bulu-bulunya lebat keabu-abuan dipenuhi darah segar.
"Tuan, harusnya tuan mendengar! Jangan pernah keluar kastil!" gerutu kepala pelayan tersebut.
Meski jauh lebih tua dari pada Edward, ternyata kepala pelayan cukup kuat. Memang, tuan Smit juga bukan manusia biasa. Ada darah campuran yang mengalir dalam tubuhnya.
Dengan khawatir, ia bawa tubuh Edward dan membaringkan di atas ranjang emas yang megah.
"Ambilkan aku kotak hitam!" titahnya pada pelayan yang lain.
Dengan penuh perhatian, tuan Smit si kepala pelayan itu mengobati luka Edward. Darah Edward sangat berharga, tuan Smit menyesal karena Edward bisa terluka seperti sekarang. Ia merasa telah lalai karena membiarkan sang pangeran keluar tanpa penjagaan.
***
Satu bulan kemudian
Edward sedang berdiri di balkon seorang diri, dari atas sana ia bisa melihat hutan terlarang. Nampak mendung gelap menyelimuti hutan tersebut. Bibirnya tersenyum kecut. Pikiran Edward langsung terkenang kejadian sebulan lalu.
Edward masih teringat sosok wanita yang sudah berhasil menembak tepat mengenai jantungnya. Untung tuan Smit dengan cepat mengobati. Jika tidak, mungkin kastil tempatnya berdiri sekarang akan kehilangan pemiliknya.
Ya, Edward adalah satu-satunya yang tersisa dari klannya. Semua sudah terbunuh, lebih tepatnya diburu dan dibakar hidup-hidup di dalam hutan terlarang yang tidak boleh ia injak sampai sekarang.
Bagi manusia di luar kastil, Edward adalah ancaman. Mereka semua memburunya, untuk meminum darah Edward dan menjadi manusia abadi yang tidak akan pernah mati.
***
"Tuan," panggil kepala pelayan.
Edward lalu menoleh, pria itu menatap tuan Smit. Dan mengambil mantel yang diberikan padanya. Edward hanya diam, tidak mengucap apapun, kemudian memakai mantel itu.
"Nanti malam ada perayaan peringatan di batas hutan terlarang. Saya harap, Tuan tetap berada di kastil!" pinta tuan Smit sambil menundukkan kepala.
Edward hanya melirik lewat ekor matanya, bibirnya menggembang mengulas senyum. Sepertinya ia memang dilahirkan tidak pernah patuh.
***
Malam harinya, dengan gesit Edward yang sudah berubah menjadi srigala menyelinap dalam kegelapan. Sudah menjadi hal biasa bagi Edward untuk lolos dari penjagaan.
Ia memiliki pintu khusus yang tidak pernah diketahui siapapun. Baik tuan Smit sekalipun.
Setelah berhasil keluar dari kastil tanpa sepengetahuan siapapun, Edward berlari kencang menuju perbatasan hutan terlarang. Sekencang angin ia berlari, meninggalkan kastil yang terlihat gelap dari kejauhan.
Perbatasan hutan terlarang, Edward berhenti. Ia mengamati dari balik pohon. Pangeran srigala itu menyeringai ketika melihat mangsanya.
Matanya menatap tajam pada gadis paling cantik di antara para kerumunan manusia itu. Dia adalah Amora, putri ketua suku yang sebulan lalu sudah berhasil menembak jantungnya.
Dengan gerakan sangat cepat, Edward berlari. Seolah menantang bahaya, ia menerabas semak dan sekawanan manusia. Sekali gerakan, ia langsung meraih tubuh Amora.
Kaget, semua orang langsung mengarahkan tombak ke arah Edward.
"Hentikan!" teriak kepala suku. Takut itu akan melukai putrinya.
"Jika tidak ingin tulang-tulangmu patah, pegang yang kuat!" ucap srigala itu. Membuat semua orang waspada.
Seperti tersihir, Amora gadis bermata biru itu langsung berpegang erat.
SETTT ....
WUSHHHH ...
Srigala itu berlari kencang membawa Amora, meninggalkan hutan terlarang. Dan saat semua manusia mengejar, ribuan penjaga kastil keluar dari persembunyian, mereka semua memasang badan. Menjadi perisai untuk pengeran mereka.
Rupanya tuan Smit sudah mengawasi Edward diam-diam. Ia yakin, Edward akan melakukan hal ini. Ini adalah musim kawin, menurut kalender bintang orizon. Sirgala yang tersisa, akan melakukan hal ini sesuai ramalan bintang yang sudah mereka percayai.
Semesta seolah sudah menentukan, siapa pengantin untuk pangeran Edward. Dari bangsa manusia yang sudah ditentukan oleh bintang.
***
Kastil Tua.
"Lepaskan aku!" sentak Amora marah. Dalam sorot matanya tidak ada rasa takut sedikitpun.
Edward yang masih dalam rupa srigala, hanya menatap sambil mengitari Amora yang sudah diikat di atas kursi emas.
"Jika kau tidak mau dimusnahkan, lepaskan aku!" teriak Amora lagi.
Edward menyeringai.
'Dia tidak memiliki rasa takut sedikitpun!' batin Edward.
Beberapa saat kemudian, bulan purnama mulai menampakkan wujudnya, terlihat jelas di jendela kamar. Awan yang semula menutupi, sudah hilang tersapu angin.
Srigala itu pun kemudian menarik gorden kamarnya yang besar itu.
SETTT ...
Terdengar cukup kencang saat Edward menarik dengan giginya.
Spontan Amora menoleh. Gadis itu bergidik ketika gorden mulai mengempes dan perlahan sosok pria rupawan muncul dengan wajah yang seolah membuatnya terhipnotis.
Dengan balutan gorden warna marron, pria rupawan dengan tubuh dipenuhi otot halus itu mendekati kursi tempat Amora diikat.
"You are my mine!" bisik Edward yang sudah berubah menjadi sosok manusia.
Amora terbelalak, melihat srigala itu kini berubah jadi pria dewasa yang membuatnya diam tidak berkutik.
Gadis itu pun menelan ludah, tak kalah menyaksikan Edward berjongkok di depannya. Dengan balutan gorden, Edward melepaskan semua ikatan.
Wajah keduanya pun semakin dekat saat Edward akan melepaskan ikatan terakhir. Amora bisa merasakan hangatnya napas srigala tampan tersebut.
Setelah semua ikatan sudah terlepas, dengan sekali tepuk, semua lampu di sekitar sana langsung padam.
Amora panik, ia menoleh ke sembarang arah. Tapi tubuhnya langsung meremanng, tak kala sebuah lengan merengkuh pinggangnya lembut.
Di dalam ruangan besar yang gelap gulita, Amora merasakan kehangatan. Sebuah sentuhan pertama dari manusia srigala. Yang malam ini akan menjadi pasangan abadinya.
selanjutnya, klik profile Sept. Ada part berikutnya.
langsung klik profile Sept. sudah ada versi novel.
Ig Sept_september2020