Di malam pernikahan mantan pacar, aku hamil anaknya.
Entah Tuhan memiliki rencana apa untukku dengannya, hingga aku harus hamil anaknya. Pria yang kini telah menjadi suami wanita lain.
Sakit... sungguh sakit rasanya, saat aku mengetahui kehamilanku di malam pernikahannya.
Aku terduduk lemas tak berdaya, rasanya aku tak sanggup memijakkan kakiku. Tapi aku bisa apa? Nasi sudah menjadi bubur dan aku harus menerima kenyataan aku hamil anak mantan pacarku.
Rasa hati tak bisa menerima kenyataan ini, hingga aku berniat melenyapkan makhluk mungil di rahimku, namun bayangan sosok mahluk mungil tak berdosa menari di pikiranku hingga akhirnya aku mengurungkan niatku.
Aku tak boleh egois, dia pun perlu hidup! Dia tak bersalah dalam hal ini! Ini kesalahan aku dengan mantan pacarku. Lantas mengapa dia yang harus aku lenyapkan?
Aku memutuskan untuk menghampirinya, aku tak peduli kehadiran aku akan mengganggu malam pernikahannya, rasanya aku tak ikhlas jika dirinya melakukan hal yang sama dengan wanita itu. Bercinta seperti yang dia lakukan padaku.
Kini aku telah sampai di depan rumah orang tua wanita itu, dengan kekuatan yang masih aku miliki, aku menemuinya. Nando berjalan menghampiri aku bersama sang istri, wanita yang telah resmi menikah dengannya. Tapi aku berusaha untuk tegar, aku ingin Nando mengetahui jika aku sedang mengandung anaknya. Aku tak peduli kelak dirinya akan bertanggung jawab atau tidak, tapi yang pasti dia telah mengetahui hal ini.
"Dina? Ada apa kamu ke sini malam-malam? Apa ada hal yang penting yang ingin kamu katakan kepadaku?" tanya Nando, seolah dirinya lupa akan apa yang dia perbuat 1 bulan lalu menjelang pernikahannya.
Aku mau melakukan hal ini, karna dia memberi janji akan menikahi aku meskipun kedua orang tuanya tak merestui hubungan kami. Tapi nyatanya apa? Dia berbohong, dia tetap menikahi Mira. Wanita pilihan sang ibu.
Menyesal? Sungguh tak ada arti lagi. Aku sudah terlanjur menyerahkan keperawanan aku kepadanya. Dan bahkan kini aku telah mengandung anaknya.
Aku langsung menunjukkan tespack yang menunjukkan dua garis merah yang aku bawa, aku ingin ini menjadi bukti bahwa aku kini tengah hamil.
"Tidak, aku tak pernah melakukan itu padamu! Mengapa kamu melakukan fitnah padaku? Pasti anak itu bukan anak ku, tapi anak dari pria lain! Kau tau kan kalau aku akan menikahi wanita yang aku cinta, mana mungkin aku melakukan hal itu padamu! Sebaiknya kamu pergi dari sini, jangan ganggu malam pertama aku dengan wanita pilihan aku!" ucap Nando sombong.
Air mata yang sejak tadi aku tahan, akhirnya lolos juga dari pelupuk mataku. Di malam pengantin mantan pacarku, aku hamil anaknya dan dia tak mau mengakui anak ini.
Sakit, itulah yang aku rasakan saat ini. Aku tak menyangka, pria yang pernah mencintai aku dan berjanji akan menikahi aku saat ini mengusirku.
Ku hapus air mata yang menetes dan bahkan sudah membasahi wajahku. Tekad aku sudah bulat, aku akan mempertahankan anak ini apapun yang terjadi. Aku siap menerimanya. Meskipun aku akan terhina karna harus mengandung anak tanpa suami.
Aku yakin suatu saat nanti, mantan pacarku akan menyesali perbuatannya. Tapi sayang semua terlambat, aku memutuskan untuk menghapus namanya di hati aku. Dan kini hanya rasa benci dan dendam yang aku rasakan karna penolakan anak ini, bahkan dia menuduh aku melakukannya dengan pria lain.