Sakit itu bukan hanya tentang cinta yang ditolak karena fisik. Tapi sakit itu, tentang bagaimana cara orang menghakimi perubahan fisikmu dalam konteks negatif.
Dulu, Anne adalah gadis paling populer di sekolahnya. Selain cantik, gadis itu juga sangat pintar. Tapi sayangnya itu 'dulu'. Dimana saat itu kehidupan Anne masih berjalan dengan damai.
Dan semuanya mulai berubah ketika gadis itu menginjak masa SMA dan masuk dalam lingkar pertemanan yang toxic. Banyak orang mengatakan Anne terlalu kurus untuk ukuran seorang gadis, teman-temannya juga mengatakan jika kulit Anne mulai bermasalah. Padahal sebelumnya Anne tak pernah menggunakan produk yang asal. Berasal dari keluarga terpandang tentu membuat Anne harus berhati-hati untuk menjaga penampilan. Dan Anne meminta beberapa saran dari teman-temannya, karena ia tidak pernah berfikir seberapa jauh orang yang iri padanya akan bertindak.
Dan benar, kepercayaan Anne pada teman-temannya justru membuat Anne terjerumus. Salah satu temannya menjebak Anne dengan memberikan beberapa cream yang palsu. Untuk kulit Anne yang sensitif tentu dampaknya luar biasa.
Butuh waktu hampir 1 bulan untuk Anne mengembalikan kulitnya seperti semula, tentunya dengan biaya yang tak sedikit. Tapi itu tidak masalah untuk keluarga Anne, karena gadis itu merupakan anak kesayangan seorang pemilik showroom mobil terbesar.
Satu bulan tidak menginjakkan kaki disekolah, orang-orang mulai berfikir yang tidak-tidak tentang Anne. Tapi Anne menghiraukannya, gadis itu ingin bertemu dengan teman baiknya yang telah berbuat seperti itu. Anne hanya ingin tau alasannya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Anne tidak mendapat kejelasan sama sekali, dan ia justru menyaksikan bagaimana teman-temannya sendiri seolah lupa dengan keberadaan Anne dan berteman dengan banyak orang yang dulunya membenci Anne.
Disekolah gadis itu mulai dibully, dia sama sekali tak memiliki teman. Beberapa orang bahkan terang-terangan mencoba melecehkan gadis itu. Anne tau seberapa besar kekuasaan Ayahnya, karena itu dia tidak mau mengadu. Dan itu membuatnya semakin tertekan. Gadis itu dipaksa melakukan apa yang tidak mau dia lakukan. Salah satunya menyuruh Anne untuk selalu menghabiskan makanan yang mereka pesan. Oleh Anne yang orangnya sangat baik dan penurut, dia tidak pernah, tepatnya tidak bisa menolak.
Awal menginjak bangku kuliah, rasanya Anne tidak mau sekolah lagi. Tapi dia tidak mau mengecewakan orangtuanya. Ana juga tidak pernah bercerita apapun lagi. Keluarga besarnya pun tidak ada yang keberatan dengan postur tubuh Anne, mereka hanya heran dengan perubahan fisik gadis itu. Dan Anne hanya mengatakan jika dia ingin sesuatu yang berbeda, keluarganya pun hanya percaya karena mereka menyayangi Anne.
Perubahan fisik yang cukup drastis membuat Anne yang dulunya merupakan seorang gadis cantik dan populer, sekarang justru dianggap seperti sampah. Tubuhnya yang gendut dianggap seperti badut berjalan oleh orang-orang. Karena itu Anne selalu menyendiri setelah kelas berakhir. Gadis itu semakin sering diejek, dan membuat kepercayaan dirinya semakin lama semakin pudar.
Disaat keterpurukan melanda, muncul seorang laki-laki yang tidak asing di mata Anne. Namanya Gerald. Anne mengenalnya sejak kecil. Laki-laki itu adalah teman pertama Anne sewaktu kecil. Dia laki-laki yang dulunya selalu membantu Anne. Tapi karena beberapa perkataan temannya, Anne jadi menjauhi laki-laki itu. Tidak sebetulnya menjauh, sebab ketika Anne ingin menghampiri Gerald ada saja yang menggagalkan. Dan sekarang melihat sosok tampan Gerald dihadapannya, Anne merasa malu.
"Tha,"
Anne ingat panggilan itu. Hanya Gerald saja yang selalu menggunakannya. Diambil dari nama belakang Anne. Zeanne Brigitha. Mata Anne berkaca-kaca melihat Gerald. Laki-laki itu masih sama seperti dulu, suaranya lembut, tatapan nya pun masih sama, lembut.
Melihat Anne yang diam, Gerald menghela nafas. Laki-laki itu duduk di samping Anne. "Gak kangen? Aku selalu nungguin kamu Tha," pandangan Gerald lurus kedepan.
Membuat air mata Anne seketika meluncur. "Kata mereka aku jelek, gak pantes buat siapapun." Anne menunduk. Berbicara dengan Gerald yang sekarang membuatnya merasa kecil. Omongan orang-orang tentangnya selalu berputar dikepala Anne. Membuat gadis itu tidak tau harus melakukan apa selain meratapi kehidupannya yang sekarang.
Gerald memegang kedua bahu Anne agar menghadap kearahnya. Dia tersenyum lembut, mengusap pipi Anne yang basah. "Kata siapa? Aku selalu mau kok sama kamu."
"Aku jelek Ge, kamu gak cocok berada disini. Nanti kamu ikut dijauhin." Anne hendak memalingkan wajahnya, tapi Gerald menahannya.
"Apa yang kamu maksud sama cocok atau gak?" Gerald bertanya, membuat Anne menatap lurus pada iris mata berwarna hitam pekat itu. "Kamu ganteng, sedangkan aku ...," Anne tak bisa melanjutkan kata-katanya, gadis itu terus menangis ketika Gerald menariknya ke dalam dekapan hangat laki-laki itu.
"Maafin aku Tha, selama ini aku selalu diam ketika kamu di bully." Gerald berucap tangannya mengelus rambut Anne yang terasa lembut.
Anne mendongak menatap Gerald, matanya kembali berkaca-kaca. "Jangan bohong Ge, aku tau kamu selalu bantuin aku selama ini. Tapi karena aku yang terlalu pengecut, aku malu ketemu sama kamu. Maafin aku, Ge." Anne menangis
Gerald tersenyum menatap Anne. "Shtt, udah. Kalo mau dimaafin, gimana kalo kamu janji sama aku, gak akan jauhin aku lagi?" Tanya Gerald
"Tapi ..."
Seolah tau apa yang akan dikatakan Anne, Gerald segera meletakkan jari telunjuknya tepat dibibir Anne. Menghentikan ucapan gadis itu. "Gak ada tapi-tapian Tha, kamu gak perlu dengerin orang lain. Masih banyak yang sayang sama kamu, khususnya aku dan orang tua kamu. Mereka gak pernah maksa kamu buat ini dan itu kan? Lalu sekarang, apa kamu mau mengecewakan mereka dengan terus seperti ini?"
Anne menggeleng, "Aku sayang sama mereka, Ge. Tapi aku takut Mama sama Papa malu kalo ketemu sama rekan bisnisnya." Anne menjelaskan alasan kenapa dia jarang berkomunikasi dengan keluarganya lagi.
"Gak ada yang mikir kayak gitu, Tha. Selagi kamu bahagia, kita semua bakalan bahagia. Aku akan selalu dukung keputusan kamu, jadi gak usah dengerin omongan orang tentang kamu." Gerald sedih karena sewaktu SMA tidak bisa membantu banyak untuk Thata, kesayangannya. Gadis itu jadi sering bersedih.
Anne menatap Gerald lama. "Aku mau berubah Ge, untuk kamu dan keluarga ku. Aku gak mau kayak gini terus, kamu mau bantu aku kan Ge?",
Gerald senang kalau sudah seperti ini. Anne nya kembali. Gadis cantik yang terlihat lembut, namun memiliki pendirian kuat. Sayang, kekurangan Anne hanyalah ketika dia mulai percaya dengan seseorang, Anne seperti memberikan akses bebas kepada orang itu untuk melakukan apapun pada hidupnya. Seperti yang Anne lakukan pada teman-temannya dulu.
"Aku selalu dukung kamu. Aku yang bakal bantu kamu Tha, inget jangan pernah merasa sendiri." Kata Gerald
Anne tersenyum. "Aku sayang kamu Ge, makasih selalu ada buat aku."
"Aku juga sayang kamu, Tha."
Akhir yang Anne kira, ternyata adalah awal dari semuanya. Gadis itu akan mengambil hikmah dari semua yang terjadi sebelumnya.
Kita yang menentukan bagaimana hidup kita berlanjut, bukan mereka. Dan perkataan orang bukanlah suatu hal yang wajib dilakukan, cukup dengarkan dan biarkan dirimu yang mengambil keputusan.