Aku membunyikan klakson motorku beberapa kali,seolah memanggil seorang cewek yang tidak muncul-muncul dari dalam rumahnya. Hendak ku bunyikan lagi klakson motorku saat seorang gadis dengan terburu-buru keluar dan memakai sepatunya dengan setangkup roti yang ia gigit tanpa ia makan di mulutnya. Setelah selesai dengan urusan sepatu ia segera menghampiriku yang berada di atas motor ninjaku.
"Satria! Pakein helmnya dong! Gw sarapan dulu nih!"pintanya dan dengan malas aku menuruti permintaan sang tuan putri.
"Makanya,jangan Drakoran mulu,telatkan jadinya??"aku memasangkan sambil memberi wejangan-wejangan ala bapak pada anak perempuanya. Namun tidak ada wajah penyesalan sama sekali di wajah Aulia justrunia malah nyengir tak berdosa sambil menguyah sisa rotinya.
"Udahlah,yuk cepetan! Sebelum kita kena omelanya pak Broto."ucapnya seolah akulah yang membuat kami hamoir terlambat sekolah. Dia naik kemotorku,dan aku menoleh ke belakang hanya sekedar memastikan Aulia aman di boncenganku sebelum menancapkan gas motorku menuju ke sekolah bersama Aulia.
***
Jika di ibaratkan benda langit,maka Aulia adalah mataharinang menyinari bumi. Dia adalah gadia ceria yang du sukai banyak orang terutama laki-laki,itu menjadi pr tersendiri bagiku untuk menjaganya. Aku mengenalnya sejak taman kanak-kanak. Dulu dia suka berdiam diri di depan rumahku untuk meminta mangga yang kebetulan memang sengaja di tanam ibuku di sana. Dan mungkin sejak itulah aku menyukainya.
"Itu salah semua Aul,kerjain ulang!"
"Susah Satria! Lu kan tahu fisika tuh udah jadi musuh bebuyutan gw dari kaoan tahun juga! Kerjain yang lain deh."
"Emang lu mau di marahin bu Sri lagi?? Gak mau kan?? Kerjain!"akhirnya denan cemberut Aulia meraih kembali bukuna dan mulai mengerjakan pr nya dari awal.
Ngomong-ngomong,sekarang kami berdua berada di kamar Auliabyang serba blackpink,maklum karena aulia adalah blink garis keras. Kami memang sering mengerjakan tugas bersama di kamarnya. Jadi aku sudah terbiasa dengan suasana kamarnya yang 'cewek' banget.
Aku sedang menjelaskan pelajaran sekolah saat kudapati gadis itu bukanya mendenarkanku malah terbang ke alam mimpinya. Aku menghela nafasku berusaha sabar,lalu aku melirik jam yang menempel di dinding. Pantas saja Aulia mudah sekali tertidur,sekarang sudah pukul sepuluh malam. Aku menatap gadia itu dalam tidurnya setelah aku memindahkanya ke kasurnya yang dipenuhi oleh boneka. Aku menyusuri wajah indahnya. Mata indahnya yang sayangnya sekarang sedang tertutup,hidungnya yang sering ku ejek sebagai perosotan anak tk,pipinya yang sedikit tembam dan berhenti ke bibir berwarna merah chery itu. Seketika aku menelan ludahku. Menggelengkan kepala berusaha mengenyahkan pikiran liar yang melintas di kepalaku. Tapi aku penasaran bagaimana rasa bibir itu. Hingga antara sadar dan tidak aku mendekatkan wajahku ke arah bibirnya. Semakin dekat dan dekat,aku bahkan bisa merasakan nafas teraturnya membuatku semakin gugup dengan detak jantung yang berdebar makin hebat. Sedikit lagi dan aku bisa mencicipi bibir manis itu.
PLAK!!
"Nyamuk!"
Sebuah tangan kecil berhasil mendarat di pipiku hingga bisa ku rasa panas dan sedikit perih di sana. Aulia melakukan mengunyah sebelum berbalik memunggungiku.
Aaaarrgghh!! Tadi itu nyaris!
Untuk beberapa detik aku masih terdiam di tempat sebelum terkekeh merutuki tingkah konyolku barusan. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh Aulia hingga ke leher dan mengecup kepalanya sebelum membereskan barang-barangku untuk pulang.
***
Drrrrttt.... Drrrrtttt....
Aku meraih hpku dari saku celana ketika merasakan jika benda pipih persegi itu bergetar. Disana tertulis nama 'Thalita'di layar ponselku. Aku hendak mengangkat panggilan itu saat Aulia datang dengan wajah sumbringahnya sambil menunjukan dua tiket bioskop yang berhasil ia dapatkan setelah lama mengantri.
"Taraaaaa!!! Gw udah dapet tiketnya!"
Aku mengankat telpon itu dan menempelkanya di telingaku. Thalita adalah teman sekelasku dan Aulia. Banyak gosip yang mengatakan jika gadis itu menyukaiku,namun aku hanya menganggap gadis pemalu itu sebagai temanku. Di telpon,Lita mengatakan jika ia berada di tempat les dan sendirian, keluarganya tidak ada yang bisa menjemput dan hanya aku yang ia tahu bisa ia hubungi. Aku menatap Aulia yang memandangku dengan penasaran sebelum aku menjawab.
"Oke."kemudian sambungan pun terputus.
"Siapa sat??"
"Thalita."jawabku singkat. Aku memasukan kembali hpku ke dalam saku celanaku.
"Katanya dia minta tolong jemput, keluarganya gk ada yang bisa ngejemout dia di tempet les."ucapku lagi menjelaskan. Aulia terdiam,terlihat kecewa.
"Jadi? Gk jadi nonton??"
"Sorry ya Aul,gw khawatir sama Lita,dia gk bisa pulang sendirian."
"Lo khawatir Thalita pulang sendirian tanpa mikirin gw sama siapa harus pulang."gumamnya lirih,bahkan aku tak bisa mendengarnya dengan jelas.
"Ya udah,lo mau jemput Thalita kan?? Entar gw nelpon Rangga deh!"ucapnya sedih membuatku tak enak untuk meninggalkanya. Namun aku lebih memilih pergi untuk menjemput Thalita.
***
Sepulang mengantar Thalita ke rumahnya aku langsung ke rumah. Menyimpan jaket dan kunci motorku sebelum melemparkan diri ke atas kasurku. Aku tidak mengkhawatirkan Aulia karena ia bilang akan menelphon Rangga.
Mungkin sekarang mereka tengah menonton film berdua,kemudian mungkin saja makan dan jalan bersama. Lalu,bagaimana jika mereka jadian??
Hanya memikirkan gadis itu bersama cowok lain entah mengapa membuatku merasa sesak. Sial! Aku tidak terima jika pemikiran selintasku itu menjadi nyata! Aku meraih jaket dan kunci motorku untuk menjemput Aulia. Tapi,saat aku melewati taman bermain di dekat komplekku aku melihatnya. Melihat Aulia sendirian duduk di ayunan sambil menata langit. Matanya terlihat kosong dan sedih,seolah ada beban berat yang ia pikirkan.
Sialan! Siapa yang membuat Auliaku bersedih??
Aku segera memberhentikan motorku dan menghampirinya. Aku berdiri di deoanya dan memakaikan jaketku yang sudah ku lepas padanya. Aulia nampak tertegun menatapku yang berdiri si depanya menghalangi bulan yang sebelumnya menjadi objek yang ia tatap. Angin berhembus menerbangkan beberapa helaian rambutnya,dan saat ituaku berani bersumpah jika Aulia terlihat sangat cantik malam itu. Lama kemudian ia mulai tersadar.
"Lo! Kok di sini??"
"'Lo! Kok di sini??' bukanya seharusnya itu kalimat gw?? Lo ngapain disini?? Sendirian,malem-malem,ngelamun pula,gw gk mau jadi dukun dadakan ya kalo semisal lo tiba-tiba kesurupan."Dia hanya mencebikan bibirnya cemberut yang membuatku harus mati-matian menahan diriku agar tak menyerang bibir manisnya itu. Aku segera mengenyahkan pikiran kotorku itu dan mengambil duduk di ayunan sebelah Aulia.
"Kemana tuh si Rangga?? Kok dia gk nganterin lo sampai rumah??"
"Ha-hah?? Rangga?? Siapa? Ngedadak amnesia nih gw."
"Iya,si serangga fans lo yang suka nguber-nguber lo tuh! Bukanya lo bilang mau nelpon dia??"
"Oh,itu.... Gw bohong."jawabnya menunduk.
"Lho? Kok?"
"Abis kalo gw bilang gw sendiri lo pasti khawatir."jawabnya "gw gak mau lu khawatir."lanjutnya membuatku yang awalnya marah menjadi menghangat.
Lihat! Dengan mudahnya dia mengendalikan perasaanku.
Setelah ia mengatakan itu kami saling diam. Menikmati heningnya malam dan cahaya bulan yang bersinar terang. Hingga suaranya kembali pecahkan sunyi.
"Hey! Kesatria kecil!"
"Lo tahu gw paling sebel di panggil begitu sama lo!"kesalku namun ia tak menanggapi kata-kataku.
"Lo sama Thalita.... beneran pacaran ya??"tanyanya. Matanya menatap mataku menuntut sebuah jawaban. Entah kenapa aku ingin mengerjainya sedikit,aku ingin tahu sedikit perasaanya terhadapku.
"Kalo iya...." aku menelan ludahku gugup. "Gimana??"aku menatapnya dengan serius mencoba membaca perasaanya lewat sorot mata dan reaksinya. Dia menunduk,menghindari tatapanku.
"Oh,beneran ya??"
"Enggak,tentu aja nggak!"aku langsung membantah. Aku tidak mau ia salah paham. Dia tiba- tiba mendongak kembali menatap mataku. Lama terdiam dia akhirnya tersenyum dan perlahan menjadi tawa bahagia.
"Heh?! Lo kenapa sih?? Beneran kesurupan ya??"
"Hahahah.... Gw tenang nih!" ucapnya di sela tawanya. Dia menyeka air matanya akibat terlalu banyak tertawa kemusian bangkit berdiri dari duduknya.
"Ayo pulang!"ajaknya ceria menjadi Aulia sebelumnya. Aku masih terdiam dengan otakku yang seolah menjadi benang kusut dan kemudian menuju satu pemahaman.
Jika benar! Aku ingin bertaruh!
Dengan langkah terburu aku menyusul Aulia yang berjalan menuju motorku. Menariknya dan membalikan tubuhnya menghadapku dan....
Cup💕
Aku merasakanya. Binir merah chery yang manis yang selalu menggodaku untuk mencicipinya. Rasanya manis dan lembut. Ini lebih menyenangkan dari bayanganku. Tidak! Cukup hentikan! Aku takut menginginkan yang lain. Aku menjauhkan bibirku dari bibirnya. Aulia terlihat diam dengan kaget bercampur malu,aku bisa melihat pipinya yang merona terlihat manis di bawah sinar bulan. Aku mengulurkan tanganku mengelus pipinya dan menatapnya lekat. Berusaha menggenggam tekadku yang selama bertahun-tahun ini aku abaikan. Aku akan menerima apapun resikonya.
"Satria...."
"Gw sayang sama lo Aul,nggak! Gw cinta sama lo,perasaan yang harusnya gak ada di antara persahabatan kita."
Arrrgh! Sial! Jangan menangis! Kau tahu aku paling benci melihatmu bersedih!
"Aul.... Gw,sorry.... Gw harusnya.... Argh! Sial! jangan nangis Aul...." maafkan aku,tolong jangan menangis.
"Hiks.... Satria jahat! Aku kira.... Aku kira satria gak akan pernah bilang itu ke aul,hiks.... Hiks.... Aku udah nungguin lama...."
Aku tidak membiarkanya berbicara lebih banyak. Aku langsung menariknya ke dalam pelukanku yang membuat Aulia terdiam. Entah apa yang aku rasakan ini,mungkin ini yang di namakan bahagia yang meluap-luap. Senang rasanya seseorang yang kau cintai juga mencintaimu.
"Maaf tuan putri,kesatria membuat kamu menunggu lama."gumamku di telinganya. Tiba-tiba saja ingat dengan peemainan putri-kesatria yang sering kami mainkan waktu kecil. Dia balas memelukku dengan sisa air matanya yang mulai membasahi kausku. Aku tersenyum bahagia sambil mengelus rambutnya.
"Kesatria kecil ini membuat tuan putri menunggu lama,jadi?? Bagaimana tuan putri akan menghukum kesatria??" aku bisa mendengar tawa kecil Aulia di pelukanku. Dia melonggarkan pelukanya,menatapku dengan senyum manisnya.
"Baik,hukumanmu adalah.... Jangan pernah membuat tuan putri ini menunggu lagi,kesatria dilarang meninggalkan tuan putri selama mungkin."aku tersenyum mendengarkan hukumanya itu."keberatan dengan itu??"
"Aku tidak keberatan." Aku dengan senang hati akan selalu bersamanya. Tak lama kemudian kami tertawa bersama atas tingkah laku konyol kami. Aku kembali menatap Aulia. Aulia yang kini berstatus sebagai pacarku,bukan sahabatku. Aku kembali mendekatkan wajahku padanya sedang ia menutup matanya tersenyum. Sekali lagi memoertemukan bibirku dan bibirnya.
Tamat....
Ps;maaf kepanjangan dan kalo feelnya kurang.
Terimakasih sudah membaca💕