Hawa sejuk pagi menyapaku dalam melangkah, di bawah derasnya hujan.
Entahlah, aku bingung akan ke mana. Yang pasti aku membutuhkan waktu untuk sendiri.
Tak ada orang yang berlalu lalang di sini, aku benar-benar sendiri.
Tempat yang sangat sepi dan jarang dilalui orang.
Tetap ku telusuri jalan yang berliku, seperti ujian berat yang menimpaku saat ini dan harus ku lalui segera.
Tentang ikhlas dan merelakan, begitu sulit aku lakukan.
Tak pernah terbayangkan sedikit pun untuk merelakan seseorang yang aku cintai pergi jauh dari diriku. Semua orang pun pasti begitu. Tak ada yang ingin merasakan hal yang sama seperti yang terjadi padaku saat ini.
Seminggu yang lalu, aku masih bisa merasakan bahagia dan tersenyum, sebelum kejadian yang tak pernah ku harapkan terjadi.
"Hahahaha ayo kejar aku kalo bisa, wlee." Tawa seorang gadis yang tengah berlarian di bawah rintikan hujan.
"Berhenti sayang, sudah cukup jangan lari lagi, sebaiknya kita meneduh nanti kamu bisa sakit jika kelamaan terkena air hujan." Ucapku sambil mengejar gadis itu.
"Jika aku sakit akan ada kekasihku yang selalu setia menemani dan merawatku, bukan begitu?" Ujar gadis itu kemudian membalikkan tubuhnya seraya tersenyum manis padaku lalu melanjutkan langkahnya Kembali.
Bibir ini pun ikut tersenyum, sungguh bahagia rasanya bisa bercanda bersama orang terkasih. Ya, dialah kekasihku, gadis sederhana dan berhati lembut serta penuh dengan ketulusan, yang telah mengisi hari-hariku dengan kebahagiaan selama setahun ini.
/Brak/
Kejadian di depan mata yang tak pernah ku harapkan inilah secara tiba-tiba membuatku begitu syok dan terpukul, sungguh aku tak percaya bahwa ini adalah nyata.
Dia.. gadisku.. yang telah bersimbah darah di pangkuanku, aku tak mampu apa-apa selain hanya bisa menangis.
Tak menyangka jika waktu sesingkat ini. Dan kini, tinggallah aku seorang diri tanpamu, gadisku...
Hatiku meronta seakan ingin ikut denganmu ke mana pun kau pergi. Tapi kau telah meninggalkanku sendiri di sini.
Di bawah air hujan adalah kenangan kita berdua. Di mana saat itu kita tengah tersenyum dan tertawa bersama, lalu setelahnya kau membuat luka.
Sesingkat itukah kebahagiaan yang kurasa?
Dan kau telah membuatku sangat membenci hujan. Karena itu akan kembali mengingatkanku pada dirimu, gadisku..
Aku bahkan sudah berniat akan memilikimu seutuhnya. Menjadikanmu wanita satu-satunya yang kumiliki hingga akhir hayatku.
Aku memimpikan berada di atas pelaminan berdua bersamamu. Dan seketika mimpi itu lenyap. Kau sendirilah yang telah membangunkanku dari mimpi tersebut.
Nyatanya Tuhan merindukanmu. Ia ingin engkau kembali pada-Nya.
Aku ikhlas jika memang kau telah bahagia di sana.
Aku akan belajar melepaskan semua sakit yang kurasakan,
Tapi rasa pedih di relung hati ini sangatlah menyiksaku.
Hanya kata rela yang mampu menyembuhkan luka ini.
Aku mencoba merelakanmu kembali ke sisi-Nya.
Tapi ternyata...
Rela adalah kata yang sangat mudah diucapkan tetapi sungguh sulit dilakukan.
Aku mengetahui jika pertemuan diiringi dengan perpisahan.
Tapi mengapa secepat ini kita berpisah?
Takdir tidak bisa menyatukan cinta kita berdua.
Hanya Tuhanlah yang mengetahui segalanya.
Semua orang yang mengenalku mencoba membantuku bangkit dari keterpurukan. Tiap hari kalimat yang kudengar dari mereka ialah;
"Relakanlah, dia sudah tenang di sisi-Nya."
Relakan, relakan, dan relakanlah!
Semudah itukah mereka berucap?
Sungguh aku sangat ingin untuk bisa merelakannya..
Tetapi terlalu banyak kenangan yang kami miliki dan masih melekat dalam memori ingatanku, tak mampu untuk ku lupakan!
Jika waktu bisa kembali ke masa itu, takkan kubiarkan gadisku berlari hingga diterjang maut.
Tapi Tuhanlah yang berkehendak. Dia tahu yang terbaik untuk kami berdua..
Lihatlah diriku sekarang,,
Betapa sangat menyedihkan, seperti tak memiliki semangat hidup.
Ya, memang penyemangat hidupku telah hilang dari sisiku.
Tapi takkan pernah pergi dari hatiku.
Dahulu disaat kami sedang bersama, banyak hal positif yang ia ajarkan padaku.
Dia pernah berkata, "Tetaplah tersenyum walau di balik senyuman itu mengandung luka, setidaknya kita masih bisa tersenyum untuk mengurangi kesedihan dalam diri. Jika senyuman itu hilang, kau akan merasa lebih terpuruk dan sungguh itu akan menyakiti dirimu sendiri."
Kalimat itu memutar kembali memori masa lalu.
Betapa tegarnya dia...
Memang saat kami bersama, aku tak pernah melihatnya bersedih yang terlalu dalam hingga meratapinya. Ia sangat pandai menyembunyikannya di balik senyuman, karena tak ingin membuat orang lain merasa cemas dan khawatir.
Dan sekali lagi dia telah mengajarkanku untuk menjadi manusia yang tegar dan tidak lemah.
Merasa beruntung aku bisa mengenalmu walau sesaat.
Terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang kau berikan untukku selama ini.
Terima kasih kau telah mengajarkanku untuk selalu tersenyum pada keadaan apapun dan tetap berusaha tegar dalam cobaan yang diberikan-Nya.
Cinta kita telah usai, tapi namamu tetap tersimpan di hati ini.
Kuharap Tuhan memberikan kebahagiaan untukmu di sana.
Di hari ini dan saat ini, aku mencoba untuk merelakanmu.
selesai...
•
[TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA, DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA UNTUKKU]
JIKA SUKA SILAHKAN LIKE DAN COMMENT UNTUK SUPPORT AKU SUPAYA LEBIH SEMANGAT MEMBUAT KARYA SELANJUTNYA.
💙 THANK YOU FOR READING 💙