Aku adalah seorang putri bungsu dari 4 bersaudara di dalam keluarga sederhana, atau bisa di katakan keluarga menengah ke bawah. Saat ini umur ku 23 tahun dan aku bekerja di sebuah perusahaan ternama dan tersukses. Sebuah perusahaan teknologi, di sini kami menciptakan teknologi-teknologi baru atau pemrograman baru. Perusahaan yang sangat menjamin untuk para pegawainya. Aku sangat beruntung bisa bekerja di perusahaan seperti ini. Semua kakak-kakak ku sudah menikah, hanya aku seorang yang belum menikah. Aku tidak tinggal bersama orang tua melainkan aku tinggal di sebuah apartemen yang dekat dengan perusahaan tempat ku bekerja. Aku adalah gadis manis dengan kulit sawo matang yang selalu pendiam dan pemalu. Nama ku Aurora Borealis.
|=•=|
Di perusahaan aku bekerja pada bagian tim desain, posisi ku sebagai ketua tim. Bos besar jarang sekali mendatangi perusahaan, entahlah.. mungkin karena beliau sangat sibuk. Tapi, asalkan kalian tahu ternyata bos besar perusahaan yang sangat sukses ini, usianya terbilang sangat muda dan pastinya sangat tampan. Kenapa aku mengatakan demikian? Karena aku pernah bertemu langsung dengan bos besar saat rapat perusahaan 2 minggu lalu. Dalam rapat itu melibatkan ketua tim desain, yang tak lain adalah diri ku sendiri.
|=•=|
"Aurora kamu dipanggil ke ruangan bos besar" ucap Sarah, teman ku yang merupakan kepala departemen desain.
"Aku?? Kenapa aku?" jawab ku.
"Iya kamu, karena kamu ketua tim. Mungkin membahas kinerja baru kita. Cepatlah ke sana!" ucap Sarah.
"Iya, apa ada berkas yang perlu ku bawa?" tanya ku.
"Tidak ada, tadi bos hanya menyuruh mu ke ruangannya" jawab Sarah.
Aku meninggalkan meja kerja ku dan pergi ke ruangan bos besar yang berbeda lantai dengan departemen ku. Ruangan bos besar berada dilantai 20 sedangkan departemen ku berada dilantai 12. Aku memasuki lift dan lift itu berjalan perlahan menaiki setiap lantai menuju lantai 20.
Beberapa menit kemudian.. Ting!
Aku keluar dari lift dan memasuki ruangan bos besar dengan di arahkan oleh asisten pribadinya.
|=•=|
Di dalam ruangan aku berdiri tepat di hadapan bos besar yang terduduk di kursi kebesarannya. Jarak di antara kami hanya terhalang oleh meja kerja bos. Bos besar menatap ku dengan datar tanpa ekspresi apapun, dan itu membuat ku risih sekaligus takut karena aku tidak bisa menebak apa yang dipikirkannya melalu ekspresi. Aku hanya bisa menundukkan pandangan ku mengurangi rasa takut, telapak tangan ku mulai terasa dingin. Rasanya benar-benar gugup di tatap langsung oleh bos besar, menatap ku tanpa ekspresi dengan wajah tampannya. Sebenarnya aku terpesona olehnya, siapa coba wanita yang tidak akan terpesona oleh pengusaha muda tersukses dan sangat tampan. Ah, lupakan itu... aku berusaha mengucapkan sepatah kata dari mulut ku.
"Ada perlu apa pak bos memanggil saya?" tanya ku dengan lirih dan tetap pada pandangan yang tertunduk.
"Kamu tahu kesalahan apa yang kamu perbuat untuk rencana baru kita dalam meluncurkan program??!" ucapnya dengan nada rendah tetapi terdengar sangat tegas.
Aku berusaha mengangkat pandangan mata ku untuk menatapnya.
"Saya, saya tidak tahu pak. Kesalahan seperti apa yang bapak maksud?" jawab ku dan memberanikan untuk bertanya.
"Ck! Menyebalkan" gerutunya.
Aku mengerutkan kening menangkap kekesalan yang amat sangat dari wajah pak bos.
"Jika bapak tidak memberitahu saya, maka saya tidak akan tahu dimana letak kesalahannya" ucap ku sedikit lebih keras.
"Bodoh! Desain yang kamu buat sangatlah norak dan jadul. Saya tidak suka, dan waktu peluncurannya besok pagi" ucapnya dengan nada kesal.
"Saya akan memperbaikinya sekarang juga" ucapnya tak kalah kesal tetapi aku menahannya.
"Kamu kira cukup dengan waktu yang tersisa? Hah!!?? Pikirkan dengan otak mu dan jangan hanya berucap saja!!" ucapnya dengan nada tinggi.
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaikinya hari ini" ucap ku.
"Apa jaminan yang bisa kamu berikan?" tanya bos pada ku. Aku sudah cukup kesal dengan sikapnya.
"Saya akan mengundurkan diri dari perusahaan bapak jika saya tidak berhasil memperbaikinya hari ini" ucapku dengan tegas.
"Oke, kamu boleh pergi sekarang" ucapnya.
|=•=|
Aku meninggalkan ruangan bos besar dengan perasaan kesal bercampur amarah. Kalimat ku yang terpesona olehnya, ku tarik kembali. Bagaimana bisa dia sangat menyebalkan dan bersikap seperti itu?!
Aku kembali ke ruangan dan mulai sibuk dengan komputer, memperbaiki desain-desain yang ku buat. Bahkan saat jam istirahat makan siang aku tetap berkutik dengan komputer dan aku mengarahkan anggota tim untuk mempercepat proses perbaikan. Sangat melelahkan, namun seperti inilah bekerja. Tak ada pekerjaan yang tidak melelahkan, semua orang yang bekerja pasti merasa lelah dan terkadang berada di titik jenuh ingin berhenti, tetapi keadaan selalu memaksa mereka untuk tetap maju dan berjuang di tengah kerasnya kehidupan. Waktu berjalan begitu cepat, hingga sekarang jarum jam menunjukkan saatnya para pegawai untuk pulang. Sedangkan pekerjaan ku dan para anggota tim belum juga terselesaikan, tidak mungkin untuk menyuruh mereka lembur. Tetapi mereka sangat pengertian, mereka lembur satu jam namun tak juga menyelesaikan pekerjaan kami. Akhirnya aku menyuruh mereka segera pulang, sedangkan aku terus berusaha memperbaikinya karena tinggal sedikit lagi ini semua akan terselesaikan. Satu jam kemudian..
"Aahh.. akhirnya selesai juga" ucapku seraya meregangkan tubuh ku. Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan ku.
"Huhh.. ini sudah malam, aku harus menyerahkan ini sekarang"
Aku merapikan meja kerja, memasukkan ponsel dan lain sebagainya ke dalam tas yang pastinya aku tak lupa memindahkan hasil perbaikan itu ke flashdisk. Setelahnya aku berjalan ke luar ruangan, memasuki lift menuju lantai dasar.
|=•=|
Aku menaiki taksi, tidak menuju apartemen melainkan aku akan pergi ke kediaman pak bos. Aku mengetahui alamatnya setelah bertanya kepada asisten pribadinya. Sekitar 30 menit akhirnya taksi berhenti di depan sebuah gerbang menjulang tinggi, gerbang itu sangat besar dan megah. Aku turun dari taksi dan berdiri dihadapan gerbang itu, hingga seorang satpam mendekati ku. Satpam itu bertanya keperluan ku, lalu beberapa saat kemudian aku di perbolehkan masuk. Aku memasuki gerbang itu dan di antara orang satpam sampai ke dalam rumah.
Begitu memasuki rumah, aku melihat sekeliling dan kagum karena desain rumah itu sangat modern tetapi bernuansa lampau. Terlihat jelas pak bos duduk di sofa ruang utama dengan menikmati minuman dan camilannya. Aku berdiri mematung sebelum diperintahkan untuk duduk.
"Duduklah" ucapnya datar. Aku terduduk berhadapan dengannya. Aku mengeluarkan flashdisk dari dalam tas dan menyerahkan itu kepadanya.
"Ini hasil perbaikannya, bapak bisa memeriksanya sekarang. Jika masih kurang memuaskan, akan saya perbaiki sekarang juga" jelasku.
"Aku tidak ingin membahas ini sekarang" ucapnya yang membuat ku mengerutkan kening bingung.
"Jika bukan ini, lalu apa maunya?!" batin ku. Aku menatap pak bos.
"Jadi itu kamu.." ucapnya lalu menatap ku dengan dalam.
"Apa maksud bapak?" tanya ku yang tidak memahami situasi apa ini.
"Kamu wanita yang selama ini ku cari" jawabnya. Dan aku semakin bingung.
"Kamu wanita yang ku cari sejak 4 tahun lalu. Kejadian 4 tahun lalu yang mempertemukan kita pertama kali, di kapal pesiar" jelasnya.
*Degh!
"Jangan katakan...." batin ku seakan tidak percaya dengan semua ini.
|°=•=°|
_FLASHBACK ON_
Empat tahun lalu di sebuah kapal pesiar mewah milik pribadi, kapal itu milik keluarga kaya raya. Aku hanya bekerja sampingan di kapal itu sebagai pelayan untuk para tamu karena pesta yang mereka lakukan. Saat itu aku tak sengaja menolong seorang pemuda tampan saat beberapa orang ingin melemparnya ke lautan dengan keadaan terikat dan pada kakinya terdapat pemberat. Aku menghentikan aksi mereka, lalu menyelamatkan pemuda itu. Tetapi bos memanggil ku untuk melayani para tamu, sehingga setelah melepaskan seluruh ikatan di tubuh pemuda itu aku langsung meninggalkannya. Aku tak mengenalnya dan tak menyangka dia mencari ku sampai detik ini dan yang lebih membuat ku kaget, pemuda itu adalah bos besar di perusahaan tempat ku bekerja.
_FLASHBACK OFF_
"Aku senang kamu selamat dan hidup sampai detik ini. Eeh, maksud saya pak bos" ucap ku.
"Panggil namaku Aurora, panggil aku Steven" pintanya.
"Tapi.."
"Tak ada tapi-tapi. Panggil nama ku!"
"Iya, Steven" ucap ku malu-malu.
"Kita akan menikah besok" ucapnya santai. Sedangkan aku membelalakkan mata tak percaya dan terkejut karena ucapannya.
"Me-menikah?!! Kamu gila!!" ucap ku spontan.
"Aku tidak gila. Saat kejadian itu, aku mengucapkan janji jika seseorang menolong ku, maka akan membalas budinya. Jika dia wanita lajang aku akan menikahinya, jika wanita berkeluarga akan ku berikan uang jumlah besar, jika laki-laki lajang kan ku berikan pekerjaan dengan posisi terbaik, dan jika laki-laki menikah akan ku berikan rumah megah" jelasnya.
"Tapi ini terlalu berlebihan, aku tidak perlu balas budi seperti itu" ucap ku dengan senyuman.
"Tidak ada penolakkan, aku tidak pernah mengingkari setiap janji yang telah ku ucapkan"
Aku hanya bisa menerimanya dengan pasrah tetapi jauh di lubuk hati ku sangat senang. Bukan karena kekayaannya namun karena aku sebenarnya mulai menyukai dia sejak awal pertemuan kita dulu. Tak ku sangka, jika kita akan menikah. Takdir yang tak bisa di tebak. Malam ini aku menginap di rumah Steven.
Keesokan harinya adalah pesta pernikahan yang tak pernah terpikirkan sedikit pun oleh ku. Pesta itu sangat megah, aku tak habis pikir bagaimana dia bisa menyiapkan pesta pernikahan begitu cepat dan para tamu undangan sangat banyak. Tentu saja banyak karena dia bos besar dari sebuah perusahaan yang sangat sukses. Orang tuanya dan orang tua ku tentu saja berada dalam pesta itu. Semua persiapan ini sangat-sangat.. woww.. aku seperti kehabisan kata untuk mengutarakannya.
"Honey.." ucap Steven lembut. Panggil itu terdengar sangat asing di telinga ku
"I-iyaa" jawab ku dengan gugup.
"I love you"
"I love you too"
Steven mencium bibirku lembut dan aku membalasnya dengan hangat.
#TheEnd°