*Mencuri mangga*
***
Di sore hari ketika libur sekolah. Banyak anak-anak yang pergi bermain, salah satunya adalah Dino. Dino senang sekali dengan sepak bola. Dia tidak pernah absen bermain sepak bola di lapangan dekat kampungnya.
Setelah bermain sepak bola pada sore hari Dino dan kawan-kawannya pulang ke rumah. Di tenggah perjalanan dino melihat kebun mangga yang berbuah lebat, maklum karena sedang musim mangga. Dino memiliki ide jahil yaitu mencuri beberapa mangga bersama teman-temannya. Dino, Ujang dan Udin mereka mengambil buah tersebut secara sembunyi-sembunyi karena pemilik pohon tersebut sangat pelit dan garang. Pak Maman itulah nama pemilik kebun mangga tersebut. Karena pak Maman yang galak dan pelit itu mereka tidak berani memintanya secara langsung.
"wahh ada buah mangga?" seru Dino senang melihat buah mangga yang bergerombol dan enak dilihat itu.
"oh iya enak tu kalo dimakan rame-rame." Seru Ujang yang juga tergiur dengan aroma mangga yang enak.
"tapi itu punya pak Maman, gue enggak berani bilang." Tolak Udin yang takut mencuri.
"iya ya. Gimana No, kalau minta pasti enggak bakal di kasih. Kita curi aja yuk. Satu dua pasti enggak bakal ketahuan." Usul ide Ujang yang brilian.
"ide bagus Jang!" tanpa pikir panjang Dino langsung menyetujui ide Ujang.
"yakin nih mau nyuri mangga! duhh udah mau magrib nih. Nanti kalau ada hantu gimana, takut ah!" seru Udin yang takut melihat keadaan sekitar yang mulai gelap.
"gitu aja takut, dasar cemen lu din!" ejek Dino.
"kita bagi tugas saja! aku dan Dino yang manjat, udin elo aja yang jaga takut kalau pak Maman datang tiba-tiba." Kata Ujang menyusun rencana.
"terserah kalian aja deh, aku nurut!" seru Udin pasrah.
"oke, ayo kita ambil mangganya!" Dino sudah siap menncuri mangga bersama teman-temannya.
Mereka bertiga sedang asik mencuri mangga di kebun pak Maman, langit sudah mulai gelap adzan magrib sudah terdenga dari kejauhan. Dino, dia memanjat pohon mangga yang paling atas. Tanpa di duga dia mendengar suara aneh di atas pohon, srekkk.
" suara apan itu jang?" tanya Dino penasaran.
"Entah lah aku juga enggak tau. Bukanya suaranya dari atas? Eh din sorot di sini dong gue enggak kelihatan mangganya!" jawab Ujang lalu meminta Udin menyenter mangga yang ingin dia ambil.
"Iya!" jawab udin yang berjaga di bawah pohon mangga yang dinaiki Dino dan Ujang lalu menyorot senter hpnya ke mangga yang di tunjuk ujang.
"Wehh apaan itu item-item di atas Dino?" tanya Udin yang kaget ketika memyorot senter hpnya di tempat yang di tunjuk Ujang tadi, dia menemukan bayangan hitam.
"weh ada anak-anak! Gue kira pemilik kebun ini. Jantung gue hampir copot takut ketangkep. Kalian lagi nyuri mangga juga ya dek!" seru pak maling yang sedang mencuri mangga.
" Hehehe iya pak maling!" jawab Dino setuju karena posisi mereka sama sedang mencuri.
"Gue punya nama kenapa panggil pak maling!" seru pak maling yang tidak terima di panggil pak maling.
" Lalu nama bapak siapa?" tanya Dino dengan nada bego.
" Namaku bu... eh gue lagi nyuri kalau gue sebut nama gue maka gue buka kedok gue sendiri dong. Ogah ah. Kalau lagi sama-sama mencuri kita kerja sama saja dek. Jangan banyak suara! Yang penting jangan sampai ketangkep, sip!" jawab pak maling yang langsung menyadari kalau dia sedang mencuri maka tidak boleh mengungkap identitasnya kepada orang lain.
" Sip deh pak maling!" jawab Dino tidak perduli yang penting dia tidak tertangkap.
Anehnya mereka malah bekerja sama dengan maling. Maling kalau bertemu sesama maling, jiwa persahabatan atar maling langsung tumbuh dan bersemi. Mereka asik mengantongi mangga yang tidak sedikit. Mereka mulai tergiur dengan aroma mangga yang masak dan menggoda itu. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan seseorang yang menakutkan, siapakah dia.
"Hihihihihihi." Terdengar suara tawa wanita yang nyaring sekali si telinga mereka.
" No jangan ketawa nanti ketahuan!" seru Ujang menyuruh Dino jangan tertawa.
" Iya jangan ketawa. Ketawa kok kayak cewek dek." Timpal pak maling juga.
"Siapa yang ketawa. Udin itu pasti yang ketawa, kenapa nuduh gue!" marah Dino yang tidak terima di tuduh tertawa kayak cewek.
"Ada apa sih kenapa kalian ribut melulu. Cepetan udah malem nih. Gue udah merinding!" teriak Udin yang mendengar merek ribut diatas pohon.
" Jadi bukan elo din yang ketawa lalu siapa yang ketawa!" tanya Ujang yang sudah menyadari kejadian ganjil itu.
" Ngapain ketawa, emang mau ketangkep sama pak Maman, dasar bego!"
"Hihihihihihihihihihhi." Suara mbak Kunti yang semakin nyaring dan panjang.
"Hah!" seru mereka semua kaget sampai mlongo.
"Hihihihihi." Seru mbak kunti lagi.
"Heh!" seru mereka lagi dengan wajah bingung.
"hihihihihihihi." Tawa mbak kunti yang semakin jahil.
"Hih!" seru mereka yang mulai paham dengan situasi yang sedang mereka hadapi.
"Itu suara mbak kunti kan!" Tanya Ujang gemetaran.
"Iya. Dan suatanya dari sebelahmu jang!" Jawab Dino sambil menunjuk di sebelah Ujang.
"Hihihihihi." Tawa mbak kunti yang senang karena mereka melihatnya.
"Huwaaaaaaaaaa?" teriak mereka dengan nyaring karena sudah tersadar dan melihat mbak kunti yang duduk tertawa riang di samping Ujang. Mereka langsung cepat-cepat turun dari pohon mangga yang mereka curi lali lari terbirit-birit.
Pak Maman yang selalu rutin memantau pohon mangganya berkeliling mengecek apakah ada maling lagi karena sering sekali mangganya di curi orang. Itu membut kerugian yang sangat fatal bagi usaha pak Maman. Pak Maman yang mendengar suara teriakan yang sangat kencang itu, dia langsung berlari menuju sumber suara dan menemukan anak-anak dan pencuri itu yang turun secara tergesa-gesa kerana ketakutan. Anak-anak langsung lari dan diikiti oleh pak maling karena melihat pak Maman yang sudah datang.
"Kuntilanak! Ayo cepat turun ada kuntilanak!" Seru Udin ketakutan yang lari pertama kali.
"Hihihihihi." Seru mbak kunti yang semakin senang karena melihat mereka ketakutan.
"Woeeeee! Jangan kabur kalian!" panggil pak Maman dengan suara berat dan keras.
"Itu pak Maman, ayo lari!" Teriak Dino yang sudah turun dari pohon dan menyeret Ujang agar lari.
"Mau kemana kalian pencuri?" Tanya pak Maman yang sudah berhasil menangkap mereka semua.
Akhirnya mereka semua tertangkap oleh pak maman yang kuat seperti preman. Anak-anak meminta maaf berulang kali karena takut dan merasa bersalah.
"Mau kabur kemana kalian? Ternyata kalian ya yang sering mencuri mangga saya." Pak Maman memarahi mereka semua, sambil memegang pak maling karena dia dari tadi berusaha kabur terus-menerus. Sedangkan anak-anak hanya menunduk takut melihat pak Maman yang tinggi besar seperti preman.
"Tidak pak kita baru sekali ini." Sanggah Dino yang membela diri karena memang mereka baru pertama kali mencuri mangga pak Maman.
"Engggak mungkin, mangga saya sering sekali hilang setiap hari. Pasti kalian yang mencurinya, masih kecil suka sekali mencuri. Tidak dididik dengan baik ya oleh orang tua kalian!" Seru pak Maman yang tidak mau kalah karena sudah menangkap pencurinya.
"Maaf pak kami baru kali ini mencuri mangga bapak. Sumpah pak kami baru pertama kali mencuri mangga bapak. Kalau untuk pak maling itu mungkin dia yang sering mencuri pak." Seru Udin juga membela diri dan menunjuk pak maling karena mungkin mangga pak Maman hilang karena sering dicuri sama pak maling itu.
"Heh kalian tidak sekongkol toh!" Kaget pak Maman yang baru tahu kalau mereka tidak sekongkol mencuri mangganya.
"Tentu saja tidak pak." Jawab Ujang dengan lantang.
"Oh jadi kau yang sering mencuri mangga saya." Marah pak Maman pada pak maling. Untung pak Maman memegangnya dengan erat agar tidak kabur. Kalau kabur mangganya bakal dicuri lagi.
"Ampun pak, maaf!" Seru pak maling meminta maaf. Namun diabaikan oleh pak Maman. Bisa di artikan bahwa pak Maman tidak akan mengampuninya.
"Anak-anak kalau mau mangga bilang saja tidak usah mencuri. Minta berapapun akan bapak kasih kalau buat kalian." Seru pak Maman yang membuat Dino dan kawan-kawan kaget karena jawaban pak Maman tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Mereka berfikir kalau pak Maman tidak akan mengampuni mereka.
"Lho bukanya bapak terkenal pelit ya kalau di minta buah mangganya." Seru Dino binggung namun di jawab oleh pak Maman dengan ekspresi marah.
"Wahh kalian menganggap saja pelit, saya tidak terima! Huhh, anak-anak! Bapak pelit kalau yang minta orang dewasa, dia bisa beli kenapa masih minta. Lagian mangga itu cukup murah harganya. Kebun mangga ini adalah usaha saya, bisa rugi kalau diminta terus." Terus terang pak Maman sambil menghela nafas karena dia baru sadar kalau dari dulu dia ditakuti karena tampangnya yang garang dan dingin beda sekali dengan sifat aslinya.
"Jadi kita boleh minta mangga bapak kalau kita ijin ke bapak." Tanya Ujang memastikan.
"Tentu saja boleh kalau yang minta anak-anak, tapi untuk sekedarnya aja tidak terlalu banyak. Kalian pikir saya akan pelit kepada anak-anak. Bapak tidak sekejam itu. Kalian pasti takut dengan saya karena penampilan saya yang garang, hahahha sekarang tidak perlu takut saya bukan orang jahat. Mulai sekarang jangan mencuri lagi, minta ijin dulu dengan pemiliknya. Kalau tidak boleh ya jangan mencuri, beli saja dengan orang tua kalian. Jangan mencuri lagi ya. Itu semua buat kalian!" Jawab pak Maman yang membuat mereka senang.
"Wah terima kasih ya pak." Seru Dino berterima kasih kepada pak Mama.
"Maaf sudah salah menilai anda!" Tambah Ujang yang meminta maaf karena salah menilai orang.
"Maaf ya pak karena sudah mencuri mangga bapak." Udin juga meminta maaf karena telah mencuri mangga pak Maman.
"Iya! Sudah sana pulang sudah malam pasti orang tua kalian sudah khawatir anaknya belum pulang juga." Jawab pak Maman memaafkan mereka dan menyuruh mereka pulang karena hari sudah malam. Tidak baik anak-anak berkeliaran di malam hari Takut ada yang menculik mereka.
"Terimakasih mangganya pak. Pak Maman memang orang yang baik. kami pulang dulu. Kami janji tidak akan mencuri lagi di kebun bapak.
Kami pamit dulu ya pak. Selamat malam." Ucap mereka berterima kasih dan pamit untuk pulang ke rumah masing-masing.
"malam." Jawab pak Maman tersenyum melihat anak-anak pergi dengan senang.
Akhirnya mereka tahu kalau pak Maman bukan orang yang jahat bahkan pelit. Dino, Ujang dan Udin pulang dengan senang karena mereka membawa buah mangga yang di beri pak Maman. Mereka tidak akan mencuri lagi karena mendengar nasehat pak Maman. Sedangkan pak maling dia di bawa ke kantor polisi oleh pak Maman untuk di adili.
.
.
.
.
.
*Selesai*
***