Namaku Zhavia putri, aku adalah seorang penulis naskah film tapi bukan film romantis atau fiksi remaja melainkan seorang penulis naskah film horor.
Produser sering menyarankan aku untuk menulis sebuah cerita romantis, sudah beberapa kali aku mencobanya namun selalu saja gagal, mungkin karena aku belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta.
Hari ini adalah penayangan pertama untuk ceritaku yang kesekian kalinya, semua kru film dan para aktor serta artis juga datang untuk menontonnya penayangan perdana bersama-sama.
" Acara dimulai pukul 7, sekarang kamu ada dimana?"
Suara Melinda yang membentak dari telepon membuatku tambah gugup.
Nafasku ngos-ngosan sambil terus berlari menuju ruangan yang sudah disiapkan.
Bruuuuk...
" Aduh.." aku terjatuh dan semua naskah yang aku bawa berserakan dilantai
Aku berfikir dalam hati siapa yang menabrakku kenapa tidak punya hati untuk membantuku sama sekali.
Dalam hati aku sangat marah, hingga akhirnya aku melihat keatas, aku terdiam tidak berkata apa pun ketika melihat orang yang ada dihadapanku adalah Zayn permana.
Aku terdiam, rasa tidak percaya pria yang ada didepanku adalah Zayn permana aktor ternama yang sedang naik daun.
" Zhavia...ayo kita harus cepat-cepat."
kata-kata Melinda menyadarkanku, aku segera memberekan kertas-kertas naskah yang berserakan dilantai dan pergi meninggalkan pria itu.
" Mel...kamu tahu siapa yang ada didepanku tadi?"
" Memangnya siapa?"
Melinda terdengar acuh padahal kalau dia tahu siapa yang ada didepanku dia pasti tidak akan mau beranjak dari sana.
" Zayn permana."
Perlahan aku membisikan nama aktor yang sangat disukainya ditelinga Melinda
"Apa...kamu tidak salah mengenali orang kan.Kamu bilang Zayn mana mungkin dia datang kegedung ini tanpa pengawalan."
" Entah apa yang dia lakukan disini, tapi aku yakin tadi itu memang Zayn kok."
Aku mengingat-ingat kembali wajah pria yang menabrakku.
Melinda tetap tidak percaya, yang dia tahu Zayn sangat sulit ditemui selain jadwalnya yang padat, selalu ada pengawal yang ada didekatnya.
Setelah acara selesai aku kembali pulang kerumah, ada sosok pria tinggi yang memakai topi dan masker sedang dikejar dua orang pria dibelakangnya.Pria itu memegang satu tangannya yang terlihat terluka.
Aku berlari masuk kedalam gedung, dan masuk kedalam lif.Tiba-tiba pintu lif tertahan, aku kaget dan mundur menabrak dinding lif.jantungku berdetak kencang aku menutup wajahku karena takut.
" Tolong aku."
pria itu mendekat tangan kanannya berlumuran darah tiba-tiba saja jatuh pingsan didepanku.
Aku mendekat melihat siapa yang ada didepanku ini.Tanganku bergetar ketika aku hendak membuka topi dan maskernya.
" Zayn.....Zayn apa ini benar-benar kamu apa yang terjadi."
aku sangat gugup melihat Zayn tidak sadarkan diri, aku hendak mencari bantuan tapi kepada siapa.Kalau aku berteriak ini akan menjadi berita utama besok.
Setelah lif terbuka, aku mencoba membawa Zayn masuk kedalam rumahku yang kecil.Dengan susah payah akhirnya aku membawa tubuh Zayn masuk dan meletakkannya disofa.
" hahhah...berat sekali."
Aku segera pergi membuka kulkas dan meneguk air, aku teringat tangan Zayn terluka ku buka lemari dan mengambil kotak P3K yang ada disana.
Perlahan aku membuka lengan Zayn, melihat seberapa dalam lukanya.
Sepertinya tangannya terluka karena sebuah pisau terlihat dari luka dan goresan pada jaket yang dipakai.
Lukanya memang tidak dalam tapi cukup panjang.
" Bagaimana dia begitu ceroba sebagai seorang aktor bisa mendapatkan luka seperti ini." sambil terus mengumam perlahan aku pembalut luka Zayn.
" Akhirnya selesai."
Aku mengambil sebuah selimut dan menutupi tubuhnya agar tidak sakit, tapi apa yang terjafi kepadanya kenapa dua orang tadi mencoba melukai Zayn.
Aku pergi kekamar mandi, didalam aku terus saja berfikir bagaimana Zayn, Zayn, Zayn dan Zayn.
Ketika aku keluar Zayn sudah tidak ada diatas sofa.Hanya ada sejumlah uang yang ditinggalkannya diatas meja.
" Uang...memangnya aku mata duitan."
Aku membanting uang itu diatas meja.Aku tidak habis fikir kenapa aktor yang dikenal sangat ramah dan baik, ternyata sangat sombong sampai-sampai bilang terima kasih saja tidak mau.
Pagi-pagi ketika aku pergi kekantor, seisi kantor terlihat sangat ramai banyak kariyawan yang berbisik disudut-sudut ruangan
"Ada apa sih?" aku mendekati Melinda yang senyum-senyum sendiri.
" Ada Zayn disini, dan aku dengar dia akan berpartisipasi dalam sebuah film disini."
Aku tidak begitu terkejut, aku sedikit kecewa dengan perilaku Zayn kemarin.Pertama karena menabrak dan tidak membantuku.Kedua setelah aku berjuang mengobati dia tadi malam tidak ada kata apa pun yang terucap dari mulutnya bahkan dia hilang begitu saja.
Semua orang teriak dan bersorak ketika Zayn berjalan disamping mereka.Aku sempat melihat tanganya terlihat baik-baik saja.
"Syukurlah..."
kataku sambil menghela nafas panjang.
Aku membuka tasku, kulihat uang yang ditinggalkan Zayn kemarin malam ada ditasku.Aku keluar mencari keberadaan Zayn dan melihat sekeliling.
"Hey Zayn permana..."
Tanganku penepuk pundaknya perlahan
"Apa kamu mengenalku?"
"Kamu tidak mengenalku?"
Siapa yang mengobati luka kamu semalam?" aku menarik tangan Zayn dan memperlihatkan tangan yang masih diperban
"Aiisss...sakit."
"Jadi itu kamu, aku sudah meninggalkan uang diatas meja cukup untuk menganti obat kamu dan menutup mulutmu."
Aku tidak percaya kata-kata itu muncul dari mulut Zayn permana yang terkenal ramah dan baik kepada semua orang.
Karena sangat kesal, aku menarik tangan Zayn dan memberikan uang yang ditinggalkannya dirumahku.
"Ini uang kamu, simpan untuk membeli obat untuk lukamu, sepertinya bukan hanya tanganmu tapi juga mulutmu yang harus kamu obati."
Dengan perasaan marah aku pergi kembali keruanganku.
Sampai jam pulang kantor pun perasaanku masih saja menganjal.Aku masih tidak percaya sikap Zayn yang seperti itu.
" Kenapa kamu marah-marah terus dari tadi apa kamu sedang datang bulan."
Aku menatap Melinda yang ada disampingku.
" Maafkan aku." kata Melinda mengangkat tangannya dan tersenyum seolah dia tidak mau mengangguku dengan ucapannya.
" Aku ingin pulang dan cepat tidur, seharian ini aku tidak bisa konsentrasi.Bahkan satu kata pun yang terlintas dikepalaku yang bisa aku jadikan sebuah cerita."
Sampai dirumah aku mandi dan langsung berbaring, rasanya aku sangat lelah mataku sudah tidak tertahan lagi.
Ketika aku membuka mata sudah pukul 8 pagi, aku dengar begitu ramai diluar, aku membuka jendela dan melihat apa yang sedang terjadi.
" Kenapa banyak sekali wartawan dibawah, dan lagi ada kelompak pengemar juga, sebenarnya apa yang terjadi siapa yang mereka cari?"
Aku segera mandi dan bersiap keluar, tidak lupa aku mengambil ponselku dan menyalakannya.
" Sebenarnya apa sih yang sudah aku lewatkan."
aku mengecek ponselku, ingin mencari berita apa yang terjadi sebenarnya.Tiba-tiba Melinda menelepon.
" Kamu dimana, jangan keluar rumah tetap didalam."
Aku masih binggung dengan apa yang dikatakan Melinda.Pintu lif terbuka banyak orang yang sudah berkumpul dibawah, orang-orang itu berteriak memanggil namaku.Karena terkejut dan takut aku menutup kembali pintu lif tomat dan telur mentah mendarat ditubuhku.
Aku terdiam tidak dapat berfikir dengan jernih, Melinda masih berbicara dibalik telepon tapi tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulutku.Aku masih terkejut dan masih belum mengerti apa yang terjadi sebenarnya.Aku menutup panggilan Melinda dan mencari berita diinternet.
Banyak rumor yang ada diinternet kabar kalau aku simpanan Zayn mengandung anak Zayn dan wanita pengoda dan sebangainya tertulis di beberapa kaber diinternet terselip juga fotoku yang memberikan uang kepada Zayn dan meninggalkan Zayn.
Aku mengurung diri didalam rumah, menunggu semua wartawan dan pengemar pergi meninggalkan tempat ini.Hari semakin malam tapi kerumunan itu tidak berkurang malah semakin banyak yang datang.
"Bagaimana ini aku bisa gila seperti ini terus."
Tok...tok...tok
Suara orang mengetuk pintu, aku mendekat dan melihat dari balik pintu siapa yang datang,tanganku masih bergetar sosok pria yang mengunakan jaket dan topi berada didepan pintuku.
"Siapa..." suaraku bergetar
"Aku mendapat perintah untuk mengamankan nona."
Aku masih binggung dengan apa yang dikatakannya.
Priiieeenggggg....
Suara jendela yang pecah karena batu.
"Aaaaaaahhhhh." Aku duduk jongkok dan menutup kedua telingaku.
"Nona cepat keluar, tempat ini sudah tidak aman."
Aku membuka pintu, pria itu memberikan sebuah jaket dan topi untuk aku pakai.Dia menuntunku keluar dari gedung tanpa diketahui oleh orang lain.
Pria itu mengajakku naik mobil, kita berjalan cukup jauh aku sempat melihat keluar jendela dan sepertinya kita berada dipingiran kota.
"Kita sampai, silahkan nona turun tuan sudah menunggu didalam"
"Tuan, sebenarnya siapa yang menolongku." Aku terus saja berfikir dalam hati.
Perlahan aku memasuki rumah yang cukup besar intetior modern yang tertata dengan rapi dan elegan.
"Kamu tidak apa-apa?"
"Suara ini, sepertinya aku mengenalnya."kataku dalam hati sambil mengingat-ingat suara siapa ini.
"Zayn....Ini semua salahmu, bagaimana semua itu terjadi.Lihatlah aku tidak punya apa pun dan aku tidak berani untuk pulang kerumah."
Tiba-tiba air mataku menetes.
"Untuk sementara tinggalah disini."
Aku terdiam, kata-kata Zayn terdengan lembut dan nyaman untuk didengar.Tidak ada tempat yang aman diluar sana.
"Sebaiknya kamu mandi.Naiklah kelantai atas dan kamar nomer 2 dari kiri itu kamarmu."
Tanpa berfikir panjang aku naik, penampilanku sekarang terlihat seperti kucing yang terjatuh diatas got.
Aku melihat kamar yang begitu luas dan ada sebuah baju diatas tempat tidur.
"Apa dia menyiapkan semua ini untukku." aku mencoba menempelkan baju itu ditubuhku.
"Pas...bagaimana dia tahu ukuranku?"
aku tidak ingin berfikir yang tidak-tidak dan langsung mandi agar aku bisa segera mengenakannya.
"Baju ini begitu cantik dan pas ditubuhku." Aku terus saja tersenyum memandang diriku dicermin
tok...tok...tok
Aku berjalan membuka pintu dan melihat Zayn dibalik pintu.
"Apa kamu suka bajunya, turunlah kita makan dulu."
"Tapi aku tidak lapar."
Krrrruuuuuk....krruuuuk
"Mulutmu memang tidak lapar, tapi sepertinya perutmu berkata lain.
Setelah makan Zayn menjelaskanku tempat ini, tidak ada satu orang pun yang tinggal disini.Bahkan dia juga jarang kesini hanya sesekali katika dia lelah dan penat.Aku boleh tinggal ditempat ini.karena letaknya yang ada dipingiran kota akan aman untuk ku dari wartawan dan para penggemar.
Setelah memikirkanya memang ini tempat yang aman untukku.
"Dan satu lagi orang yang tadi mengantarmu akan memberimu semua yang kamu butuhkan, jadi tetaplah tinggal disini sampai keadaan aman."
Aku mengangguk mendengarkan kata-kata Zayn.
Setelah hari itu, orang yang disuruh Zayn kemarin selalu datang membawakan semua kebutuhanku.Sudah hampit satu minggu lebih aku mulai terbiasa dengan rumah ini.Tapi aku merasa bosan disini sendirian, aku meminta Zayn memberiku sebuah leptop untuku bekerja membuat naskah untuk mengisi waktu.
Sebenarnya Zayn sudah memberitahu kalau berita sudah berlalu, tapi aku ingin tinggal lebih lama disini karena ingin menyelesaikan naskahku.Disino sangat nyaman untuk membuat cerita film menjadi menarik.
Kadang Zayn juga datang kami ngobrol dan bercerita dari situ kita saling mengenal dan menjadi teman baik.
Hari ini tiba-tiba turun hujan begitu lebat listrik padam, seisi rumah menjadi sangat gelap aku langsung masuk kedalam kamar dan menguncinya.Semakin lama aku semakin takut aku seakan masuk kedalam cerita yang aku buat sendiri, pikiranku melayang kemana-mana terbayang sosok yang sangat mengerikan diluar sana.
Tok...Tok...Tok...
" Zhavia....kamu tidak apa-apa."
Apa mungkin aku berhayal kalau Zayn datang kesini, mungkin karena rasa takutku yang begitu dalam membuatku membayangkan dirinya.
" Zhavia...buka pintunya...ini aku Zayn."
Aku masih tidak percaya dan menurup kedua telinggaku.Tiba-tiba aku merindukan sosok pria itu.
Brrruuuuukkk
Suara pintu didobrak
" Apa kamu tuli, aku menyuruhmu membuka pintu kenapa kamu diam saja disini, apa kamu tidak apa-apa?"
Aku tidak mendengar apa pun yang Zayn katakan aku langsung memeluknya tiba-tiba air mataku mengalir dan aku pun menangis sejadi-jadinya.
"Kenapa kamu menangis?"
Zayn mengusap air mata yang menetes dipipiku.Suaraku tidak bisa keluar hanya isakan yang keluar.
"Aku disini, sekarang sudah tidak apa-apa."
Aku kembali memeluk Zayn, dia pun juga menepuk-nepuk pundakku.
" Aku pikir kamu tidak akan datang."
" kenapa kamu berfikir seperti itu?"
" Mana mungkin bintang top seperti kamu datang mencari orang tidak penting seperti aku."
"Kata siapa kamu tidak penting untuk diriku, kamu adalah salah satu orang terpenting dalam hidupku."
Aku tidak percaya Zayn mengatakan itu kepadaku, aku hanya bisa diam menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
" Zahvia dengarkan aku baik-baik, sudah sejak lama aku menyukaimu hanya saja aku tidak bisa bilang padamu karena mungkin itu akan membuatmu dalam kesulitan.Tapi setelah bersamamu aku semakin menyukaimu dan aku tidak bisa menahanya lagi, apa kamu mau menjadi wanita dalam hidupku."
Aku tidak tahu harus menjawab apa aku hanya diam dan perlahan mengangguk karena aku perlahan juga mulai menyukai Zayn yang bersamaku saat ini.
Zayn mendekat dan mencium lembut bibirku.Mataku terus terbuka karena masih tidak percaya kalau Zayn menyukaiku.
" Tutup matamu."
Zayn kembali menciumku, kali aku menutup mata dan merasakan cinta yang mengalir dari dalam hati Zayn yang begitu hangat.
TAMAT