Banyak yang bilang bahwa rasa sakit bisa di ungkapkan dengan ekspresi, namun tidak bagi Kirana, dia adalah seorang gadis berusia 16 tahun, dan dia sangat mengutamakan perasaan orang lain, namun dia selalu mengabaikan perasaan nya sendiri. Kirana, gadis itu kini tengah berjalan di lorong dengan senyum lebar dan indahnya. Dia menyapa orang-orang dengan senyumnya, walaupun matanya terlihat sembap.
Tak jarang teman-teman nya bertanya, namun yang ia katakan pasti selalu "aku baik-baik saja", Gadis cantik itu, memiliki seorang kekasih, yang selalu ringan tangan dalam artian suka memukul, dia terlalu mencintai sang kekasih yang hanya cinta monyet nya itu hingga dia buta dan selalu menerima semua perlakuan kekasih nya itu.
Kirana tengah memperhatikan guru di depan, jika ada yang mengajaknya bicara ia akan menanggapi dengan lemah lembut walaupun orang yang bicaranya kasar namun ia akan tetap bertutur kata lembut. Sungguh Malaikat kecil, si penyuka warna ungu bayi.
tak banyak yang Kirana lakukan di sekolah, ia hanya melakukan tugasnya, tugas dari sang bunda. Dia mengingat ucapan sang bunda
"Belajarlah dengan baik maka orang akan menghargaimu"
ya Kirana sangat menyayangi ibunya, sangat menyayangi kekasihnya, dan dia juga menyayangi ayahnya. setelah sekolah selesai Kirana hanya melirik sekitar, mencari celah untuk menyebrangi jalanan yang macet. Sampai kemudian seekor kupu-kupu mengusik perhatiannya, kupu-kupu itu seolah menghipnotis Kirana agar mengikutinya, sampai kemudian
JGERR
Ya kupu-kupu itu menuntun Kirana menuju kematian, kupu-kupu itu berubah menjadi sesuatu yang cantik, kakaknya, dia yang telah pergi, kakak nya mengajak adiknya yang tak lain adalah Kirana untuk mengikutinya.
Berita kematian Kirana begitu cepat menyebar, membuat sang ayah yang gila kerja menyesal karena tak pernah meluangkan waktu bersama sang putri, dan juga kekasihnya yang menyesal telah menyia-nyiakan gadis cantik itu.
"Terima kasih atas senyummu itu Malaikat kecil kami"