“Apa?
Kakek mau menjodohkan Nia sama tua bangka.” ujar Dinia Sambil mengulum permen karet yang baru ia masukkan kemulutnya.
Kakek bernama Wijaya itu mengernyit.
“Tua Bangka bagaimana? dia seorang CEO. teman kakek.”
“Ya, CEO, teman Kakek, tentu saja dia tidak jauh seperti kakek.” tuding Dinia sambil membentuk Balon di mulutnya dari permen karet yang ia kunyah.
“Tidak, dia bukan tua bangka. dia seorang pria muda.”
“Alahhh, bilang saja dia sudah beristri, kekek mau mngelabuiku kan.
Aku tidak mau. aku bisa mendapatkan calon suami sendiri.” Dinia memakai rangselnya. lalu berjalan.
“Mana buktinya, kau sudah Dewasa Nia, Usiamu itu sudah pantas untuk menikah. Kalau kamu tidak memiliki calon sendiri. Kakek terpaksa menjodohkan kamu.”
Dinia berjalan dengan santainya menuju rak sepatu yang berjejer di ruang gantinya. sekian banyaknya sepatu bagus yang di belikan Wijaya untuknya, Dinia malah menggunakan Sepatu boot yang sudah usang itu untuk ia pakai ke pasar tradisional.
mengabaikan setiap ceramah pagi yang di bunyikan oleh keluarga satu-satunya yaitu kakeknya.
“Nia berangkat ya kek. jaga diri kakek ya! kalau mau pergi ke perusahaan Suruh paman Baim yang jemput. Nia gak mau kehilangan Kakek.” Dinia menyalami tangan Kakek Wijaya
lalu bergegas menuju Mobil Bututnya.
Kakek Wijaya hanya bisa membendung air mata, melihat perawakan cucu satu-satunya.
Di bilang macho tapi perempuan, dibilang Perempuan tapi tomboy.
Kadang Wijaya ikut kumat memikirkan masa depan cucu kesayangan yang tidak mau di atur itu.
Keran Wijaya, pemilik pertambangan batubara. dialah orangnya, harta melimpah, apa yang tidak ia punya. Dia bisa mewujudkan apa saja yang di inginkan Cucu-nya.
tapi Dinia seperti tidak tertarik dengan harta kakeknya.
Membuat Wijaya bingung harus ia kemanakan harta yang banyak itu.
Dinia Basori Wijaya.
Gadis tomboy berusia dua puluh lima tahun. Ayah ibunya telah tiada.
dia hanya memiliki seorang kakek.
Cucu tunggal dari pengusaha kaya raya.
tapi ia memilih bekerja sebagai pengantar barang di salah satu Pasar tradisional dekat rumahnya.
membuat Kakeknya pusing tujuh keliling karena memikirkan tabiat cucu kurang patuhnya yang satu ini.
Sean Arsaga Dinata, Pria dengan wajah dingin dan jutek itu adalah GM dari perusahaan terkenal di kotanya. katakanlah itu Swalla Group.
perusahaan besar yang bercabang-cabang. bahkan setengah dari Aset negara
adalah milik pria tersohor ini.
bukan hanya itu, pria dengan tahi lalat di bawah bibir itu adalah seorang Direktur Universitas Kesenian terkemuka di negaranya.
Sempurna, Wajah Tampan, mapan, Gagah dan rupawan.
kurang apa lagi pria itu, dia memiliki segalanya.
Semua berjalan sesuai keinginannya, Sean bagai poros yang mengendalikan sekitarnya.
hanya dengan jentikan jari pria itu bisa memiliki sesuatu yang diinginkannya.
Ilham Rajeksa.
Pria yang biasa di sebut-sebut sebagai titisan iblis ini adalah Sekertaris Sean.
Tatapannya yang mematikan membuat hati bergetar kala terpana tatapan elangnya.
pria ini hanya tahu masalah Tuannya. dia sangat Cuek dan acuh tak acuh.
selain Pria iblis. Dia di juluki Sebagai Pria bermuka batu. tanpa ekspresi dan kaku.
Pria yang hanya tahu bekerja itu sangat pobia dengan satu mahluk ciptaan yang maha esa. yaitu Wanita.
Ya,
Memang benar. pria yang biasa dipanggil sebagai Ham itu sangat Pobia dengan wanita.
Dia seperti jijik dan Alergi bila harus berdekatan dengan wanita.
Para wanita-wanita di sekitarnya mengerti dan menghindarinya.
jangankan menyentuhnya, Berdekatan saja mereka tidak berani karena tahu pria itu Anti sekali dengan wanita.
Tapp tapp tapp.
Suara sepatu beradu menuju Ruang rapat direksi.
Ruangan yang menjadi tempat rapat para petinggi perusahaan yang selalu di pimpin oleh sang GM yakni Sean.
Di depan Pintu Ruangan. Terlihat dua Pengawal yang sudah membungkuk hormat kepada Sean.
Pria itu memasuki Ruangan, diikuti Sekertaris Ham dari belakang.
Rapat direksi yang akan di lakukan kali ini adalah untuk merenovasi pasar tradisional menjadi wahana perbelanjaan yang nyaman, permainan, hiburan, dan lain-lain.
Pasar yang luasnya lima puluh hektar itu akan diubah menjadi Mall modern yang canggih.
Di dalam ruangan presdir itu. seorang wanita sudah siap dengan pakaian yang menggoda.
Begitu terbuka, jika saja pria yang ada di hadapannya adalah pria hidung belang, pasti sesuatu yang di inginkannya pasti akan terjadi.
“Sayang, Kapan kau menginap di rumahku.”
Menggosokkan pinggulnya ke lengan Sean.
“Menyingkirlah, aku sedang banyak kerjaan.” bentak Sean kepada wanita yang sudah di belinya itu.
“Sayang, aku merindukanmu.” wanita itu bertingkah manja. bukannya terlihat manja. Sekertaris Ham yang berdiri di Sisi Sean terasa ingin muntah.
Menatap wanita itu dengan perasaan jijik. memamdangi wajah yang tidak tahu malu itu.
“pergi dari hadapanku dan jangan pernah kembali lagi.”
Menyodorkan selembar cek.
Yang isinya tidak perlu di tanyakan lagi. membuat Wanita bernama Desi itu meraih Cek karena tergiur dengan isinya.
Desi menyerat langkah mundur. meninggalakan Prianya dengan berat, beginilah Wanita-wanita yang selalu berkeliaran di sisi Sang CEO itu.
Sibuk menadatangani Lembar-lembar di hadapannya. sampai suara gawai berderit pelan.
“Tuan.” Ujar Ham, menyerahkan Gawai itu kepada Tuan mudanya.
“Halo Bu.” ujarnya dengan lembut. “Baiklah.”
“Aishhh Ibu benar-benar menyuruhku segera menikahi Lea.”
“Apa tuan masih mencintai Nona Milea.”
“Tidak.
Cepat siap kan Mobil kita survei Pasar tradisional.”
“Baik Tuan.”
Keduanya pergi meninggalkan Perusahaan menuju lapangan.
Mengendarai beberapa menit akhirnya kedua pria tampan itu sampai juga di Tepi pasar tradisional yang becek dan tidak higienis.
pintu mobil terbuka, sepatu hitam berkilau itu mendarat di tanah.
ceplakk.
Iuhhhh, Tempat apaan ini
Umpat kedua pria itu di dalam hatinya masing-masing.
Bau amis yang menyengat, berbaur dengan aroma tubuh para pengunjung di sana.
Membuat Sean menutup hidungnya rapat-rapat, begitu juga dengan Ham.
Untuk sekejap keduanya saling berpandangan.
Aku mencium bau yang meresahkan di tempat ini.
Ucap Sean di dalam hatinya.
Sama tuan, saya juga tidak betah berlama-lama di sini.
Jawab Ham dalam hati juga.
Lantas keduanya saling menganggukkan kepala, dan sepakat ingin kabur dari tempat seperti ini.
“Ham idemu buruk sekali, kenapa kau mengajak ku kemari.” umpat Sean kesal.
“Maaf tuan, kenapa anda mau.” Ham tak mau kalah.
“Mana saya tahu, ternyata pasar tradisional seburuk ini. Kalau tahu saya juga tidak mau kesini.” sembur Sean.
Refleksi Ham mengambil dua saring tangan, menyerahkan satu kepada Sean.
“Maaf tuan, muncrat.” Kata sekertaris itu sambil mengusap wajahnya.
Sean yang masih kesal terus mengoceh sambil mengusap mulut yang berbusa itu..
“Inj semua gara-gara kamu, buang-buang waktu saja.”
“Kenapa tuan mau.”.
“Diam kau Ham.” bentak Sean.
Brukkkk.
Tiba-tiba mobil mereka bergoyang, betapa terkejutnya dua orang itu ketika mobil mewah mereka di kerumuni preman-preman pasar.
“Woii, buka. Bukak!!!” suara-suara yang terdengar mengintimidasi.
Kedua pria itu lantas keluar dari mobil. Ham
memandang kearah belakang mobilnya. dan mobil kesayangan pemberian tuan mudanya itu telah rusak parah.
“Hei, Apa yang anda lakukan Hah.” ujar Sekertaris Ham dengan wajah yang merah padam, kepada seorang wanita tombol yang telah menabrak mobilnya.
“Ye, Seharusnya saya yang nanya ke bapak. kenapa bapak parkir di jalanan. ini adalah pasar bukan parkiran.” Balas Dinia dari dalam mobilnya.
Hanya kepalanya yang keluar dari jendela mobil pickup bututnya.
phfffff.
Sean menahan tawa, melihat wajah kesal Ham ketika habis di panggil bapak-bapak oleh seorang gadis udik.
“Perempuan itu benar Ham, kamu terlihat seperti bapak-bapak.” ejek Sean menambah kesal Ham.
“Minggir,,, minggir,, Oi yang pake jas biru juga minggir dong dasar om-om Prik. orang mau lewat.”
Ujar Dinia dengan tangan yang mengibas-ngibas.
phfffff.
Ham menatap wajah Sean dengan puas,
Om-om prik.
gumamnya penuh kemenangan.
“Apa kata mu!” Sean tidak terima jika ia dikatakan om-om prik.
“Apa aku terlihat seperti om-om.” Sean menarik lengan Dinia keluar dari mobil.
“Yah,” jawab Dinia singkat.
“Dia memang om-om kan.” Dinia melempar pertanyaan kepada para preman pasar yang mengelilingi mereka. lantas di akui oleh semua orang. membuat Sean semakin kesal.
“Kita pulang saja Ham.” Sean masuk kedalam mobil, kekesalan tergambar nyata di wajah tampannya.
Pria yang melihat segala kesempurnaan di dirinya, tak ingin memberi cela keburukan sedikitpun melekat di dirinya, dan untuk pertama kali ia di kandang rendah oleh seorang wanita. memalukan.
“Berani sekali dia.” celoteh Sean masih berlanjut dalam perjalan pulang.
“Cari tahu semua tentang gadis jelek itu.”
“Baik.”
Setelah sampai di kantornya, Sean memasuki ruangan Presdir itu. duduk dengan santai. sambil mengingat kembali wajah jutek milik gadis yang ia temui di pasar tadi.
Gadis yang dandanannya seperti pria itu benar-benar menarik perhatiannya.
Jatuh cinta pandangan pertama?
sepertinya tidak.
pria itu tersenyum licik di balik Tangan yang menutupi Bibirnya.
Selang beberapa waktu, Sekertaris Ham datang, membawa beberapa dokumen.
“Tuan, saya sudah menemukan identitas gadis itu.”
“Bagus. katakan.”
“Dia bernama Dinia Basori Wijaya. Cucu dari Keran Wijaya.
CEO dari perusahaan Perta Jaya.
Beberapa waktu lalu, pria tua itu pernah mendatangi Anda tuan.”
“Oh ya. kapan?”
“Satu Minggu yang lalu, Kakek yang menawarkan Cucunya untuk anda nikahi tuan.”
Jawab Ham.
Sean menyeringai seram. jodoh memang tidak kemana, pikir pria itu.
“Atur pertemuan ku dengan gadis itu besok.
Jangan lupa menyiapkan dokumen yang ku suruh.”
“Baik tuan.”
.
.
.
“
Waktu pun sudah tiba.
“Saya bisa datang menemui anda sekertaris Ham, maaf sudah merepotkan anda.” Ujar Wijaya sambil mengulum senyum di bibirnya.
“Tidak perlu sungkan pak Wijaya. saya sudah mempersiapkan semuanya, mengenai perjodohan cucu anda dengan tuan saya, Presdir Arsanna group.
dengan senang hati kami menyetujui perjodohan ini.” lugas Sekertaris Ham.
“Syukurlah sekertaris Ham, saya tidak menyangka orang hebat seperti tuan Sean mau menerima cucu perempuan saya menjadi istri, saya sangat tersanjung dan banyak berterimakasih.” Teramat senang, Kakek Wijaya tidak memiliki firasat buruk sedikitpun, yang ia pikirkan hanyalah kehidupan cucunya, orang seperti presdir dari perusahaan nomor satu di negara itu adalah pria yang menurutnya cocok untuk cucunya.
“Baiklah pak Wijaya, silahkan tanda tangani dokumen di bawah ini. sebagai pengikat persetujuan perjodohan antar tuan Sean dengan cucu anda.”
“Baik.”
Tanda tangan pun terjadi, tanpa membaca itu terlebih dahulu. Wijaya teramat senang, akhirnya impiannya terkabulkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!