Cassandra Jovanka Lesmana ia adalah perempuan yang bekerja menjadi sekertaris di salah satu perusahaan yang cukup besar di Jogjakarta. Ia berusia 25 tahun dengan badan proporsional dengan tinggi 165 cm. Ia memiliki orang tua yang masih lengkap bernama Aditya Lesmana dan Sarah. Ia juga memiliki seorang adik perempuan bernama Myta Lesmana yang hanya berbeda 3 tahun darinya. Ia dan Adiknya sama sama memiliki wajah yang cantik. Tubuh Myta tak kalah seksi dari tubuh Cassandra. Ia juga akan menikah dengan bosnya di kantor tempat ia bekerja. Bernama Samuel.
Hari ini adalah hari yang sangat sibuk di kediaman Cassandra. Karena esok adalah hari pernikahan Cassandra dan Samuel. Tiba tiba Cassandra mendengar adiknya sedang memuntahkan isi perutnya di dalam kamar mandi yang terletak di dekat dapur. Sebagai kakak yang sangat menyayangi adiknya, ia menghampiri dan memijit tengkuk Myta.
"Kamu kenapa dek? Kok udah beberapa hari belakangan kamu muntah muntah terus tiap pagi kayak gini?" Tanya Cassandra dengan daut muka khawatir.
"Ga apa apa kok Mbak mungkin cuma masuk angin aja." Jawab Myta
"Masa iya masuk angin sampe berhari hari. Muka kamu juga pucet banget. kita ke dokter aja yah. Mumpung acara pengajian Mbak masih lama." Buju Cassandra.
"Ga usah Mbak. Nanti Mbak kecapen lagi. Aku tidur aja di kamar mungkin nanti mendingan." Tolak Myta secara halus.
"Ga usah ngeyel. Pengajian Mbak juga baru di gelar nanti sore. Masa iya Mbak besok menikah kamu malah sakit. Pokoknya kita ke dokter. Tunggu disini Mbak ambil kunci mobil dulu di atas."
Cassandra lalu menuju kamarnya di lantai atas. Ia mengambil kunci mobil dan dompet di kamarnya. Lalu masuk ke kamar adiknya berniat untuk mengambil dompet adiknya. Ia berjalan menuju meja nakas tempat dompet adiknya berada. Ia terkejut saat membuka meja nakas tersebut. Ia melihat alat tes kehamilan dengan hasil 2 garis yang menandakan bahwa si pemilik alat tersebut positif hamil. Cassandra membawa alat tersebut kepada adiknya.
"Apa ini de?"
"Itu... itu..."
"Kenapa kamu gugup de?" Myta hanya menundukkan kepalanya. "Ini punya kamu de? Kamu hamil?"
"Maafin aku Mbak."
"Bilang sama Mbak siapa yang menghamili kamu?"
"Maafin aku Mbak."
"Bilang siapa ayah dari anak kamu?"
Cassandra yang awalnya berbicara secara lembut lama kelamaan menjadi sebuah bentakan karena Myta yang tidak mau jujur kepadanya. Mendengar ada keributan dari arah ruang tv, orang tua Cassandra menghampiri mereka.
"Ada apa Mbak? Ibu dengar ada ribut ribut disini. Kenapa Mbak marah sama Adek?" Tanya Ibu Sarah
"Liat ini Bu, Yah. Ini Mbak temuin di kamar Adek."
Melihat alat yang di berikan oleh Cassandra, Ayah Adit marah sedangkan Ibu Sarah hanya bisa menangis.
"Apa ini dek? Apa ini?" Bentak Ayah Adit
"Maafin Myta Ayah." Ujar Myta sambil terisak
"Siapa lelaki itu? jawab Myta." Suara Ayah Adit semakin meninggi.
"Ayah.. ingat kesehatan Ayah." Ujar Cassandra menenangkan Ayahnya.
"Ayo dek, jawab pertanyaan Ayah mu Nak." Ujar Ibu Sarah.
"Maafin Myta. Myta gak bisa memberitahu kalian." Ucap Myta sambil sesegukan.
Myta tak mampu menjawab ia hanya bisa menangis dan menyesali perbuatannya. Tak berselang lama Samuel datang dan menghampiri Cassandra di dalam. Samuel datang untuk memberikan pakaian yang akan dipakai Cassandra esok hari.
"Assalamualaikum." Ujar Samuel sambil mencium tangan dari Ayah dan Ibu Cassandra.
"Wa'alaikum salam." Ucap Ibu dan Cassandra secara bersamaan. Ayah Adit hanya menganggukkan kepalanya karena ia sedang merasa sangat emosi.
"Nih baju buat akad besok." Ucap Samuel sambil memberikan baju untuk Cassandra besok.
"Makasih Mas.Maaf sudah merepotkan. Harusnya aku yang ambil." Balas Cassandra sambil mengambil baju itu dari tangan Samuel.
"Ga apa apa. Jangan sungkan gitu dong. Sama calon suami sendiri kok sungkan sih." Ujar Samuel.
"Jawab Nak, siapa ayah dari anak ini?" Tanya Ibu dengan lembut.
Mendengar pertanyaan dari calon ibu mertuanya membuat tubuh Samuel menegang. Tapi Samuel bisa menutupi semua di hadapan calon keluarganya itu. Ia tak menyangkal pernah melakukan kesalahan besar. Namun ia tak menyangka akan menjadi seperti ini.
"Jawab dek, jangan diem aja. Diam kamu tak akan menyelesaikan masalah. Perut kamu juga semakin lama semakin membesar. Anak dalam perut kamu butuh Ayahnya. Apa dia tau kamu sedang hamil anaknya?" Myta menggelengkan kepalanya. "Kasih tau Mbak. Siapa ayah dari anak kamu ini?"
"Orang itu.. itu.." ujar Myta gugup.
"Jawab cepat Myta." Bentak Ayah lagi.
"Kamu tetep gak mau ngasih tau kita siapa orang itu dek?"
"Maafin Myta Mbak."
Cassandra berfikir bagaimana caranya ia bisa mengetahui siapa ayah dari anak yang Myta kandung.
"Sekarang gini aja. Mbak minta ponsel kamu."
"Bu.. buat apa Mbak?"
"Mbak mau telfon pacar kamu. Biar dia tau kalau kamu sedang mengandung anaknya."
"Ga usah Mbak. Aku gak mau ngerusak hari bahagia Mbak."
"Mbak hanya ingin keponakan Mbak tau siapa Ayahnya. Mbak juga ingin dia bertanggung jawab atas apa yang telah dia perbuat. Dia yang berbuat maka dia juga yang harus bertanggung jawab."
Myta hanya terdiam di tempat. Ia bingung. Jika pacarnya di telfon pasti semua akan terbongkar dan anak dalam kandungannya pun pasti akan memiliki keluarga yang utuh. Tapi di satu sisi ia juga tidak mau merusak hari bahagia Cassandra.
Tanpa pikir panjang Cassandra langsung merebut ponsel yang sedang Myta pegang. Ia membuka kontak di ponsel adiknya.
"Mbak kembalikan ponsel Myta." Ucap Myta.
"Diam Myta." Bentak Ayah Adit.
Ia mencari nama apa kira kira adiknya menyimpan nama pacarnya di ponselnya. saat ia menggeser layar ponsel Myta ia menemukan nama 'PACAR'. Cassandra berfikir mungkin itu kekasih dari adiknya. Ia langsung menghubungi nama 'PACAR' di ponsel Myta. terdengar nada sambung namun orang di sebrang sana tak mengangkat telfonnya. Di saat yang bersamaan ponsel Samuel ikut berdering. Cassandra mematikan sambungan telfon tersebut. telfon Samuel ikut berhenti berdering. Cassandra menelfon kembali. Telfon Samuel berdering. Myta langsung mengambil ponselnya di tangan Cassandra saat Cassandra sedang lengah.
"Mas kok ponsel kamu berdering dari tadi gak kamu angkat?"
"Gak usah itu gak penting."
"Mana sini biar aku aja yang angkat. Siapa tau itu penting. Di liat aja belom udah bilang itu gak penting."
"Gak usah lah. Paling orang yang iseng."
"Ya mana sini ponsel kamu mas. Biar aku yang jawab. Siapa tau dia gak iseng lagi setelah di jawab telfonnya."
"Gak usah Sandra. Nanti juga dianya capek sendiri."
Terus terjadi perdebatan antara Cassandra dan Samuel.
"Cepat berikan padaku" Ujar Cassandra kepada Samuel.
Namun Samuel tetap tidak memberikan handphone nya kepada Cassandra.
"Mana handphone kamu dek? Kok Mbak rasa kalian mencurigakan."
Dengan tangan gemetar Myta memberikan handphonenya. Lalu Sandra menelfon inisial 'pacar' di handphone adiknya. Lalu yang berbunyi handphone Samuel.
"Angkat telfon kamu mas."
"Ga usah Sandra. gak penting."
Tak habis akal Cassandra langsung mencocokan no telfon inisial 'pacar' di handphone adiknya dengan menggunakan ponsel nya sendiri. Mata ia terbelalak saat menemukan inisial 'pacar' di ponsel adiknya ternyata no yang sama dengan inisial 'mas Samuel' di ponselnya. Tanpa di perintahkan air mata Sandra menetes melewati pipinya. Ia merasa sesak. Ia merasa hatinya sudah hancur sehancur hancurnya.
"Tolong jelaskan pada saya. Apa yang terjadi sebenarnya? Tolong jangan buat saya sebagai orang bodoh yang tidak tahu apa apa" Ujar Cassandra.
"Kenapa kamu menangis sayang?" tanya Ibu Sarah melihat Cassandra menangis.
"Tolong.. katakan pada saya. Sejak kapan kalian berhubungan? Sejak kapan kalian ada main di belakang saya" Tanya Sandra dengan sedikit membentak.
"Maafin Myta mbak.. maafin Myta."
"Sayang. aku bisa jelasin semua. ini gak seperti yang kamu kira sayang."
"Gak seperti yang aku kira kamu bilang? Lalu aku harus mengira seperti apa. Apa yang harus aku bayangkan dengan kalian berdua sampai kalian memiliki keturunan." Bentak Cassandra
"Ayah gak nyangka dek. kamu setega itu dengan kakakmu sendiri. Ayah kecewa sama kamu dek." Ujar Ayah Aditya sambil berlalu meninggalkan ruang tv dan berlalu masuk ke dalam kamar.
"Sayang. kamu boleh pukul aku. Kamu boleh hukum aku dengan apa pun. tapi aku mohon jangan tinggalkan aku." Ucap Samuel.
"Ga usah manggil aku seperti itu. Aku jijik mendengarnya."
"Myta mohon Mbak.. maafin Myta." Ucap Myta sambil memegang tangan Cassandra.
"Ga usah pegang pegang dek." Ujarnya sambil melepaskan genggaman tangan Myta.
"Mas mohon maafkan mas."
"Ga mungkin aku bisa maafin kamu. Setelah penghianatan yang aku terima. Mulai detik ini kita gak ada hubungan apa pun."
"Ga sayang. aku gak mau."
"Aku lebih gak mau bersama kamu. ga usah pegang pegang aku bilang. aku jijik sama kalian berdua."
"Mbak jangan ngomong gitu Mbak. aku mohon maafin aku."
"Maafin Ibu Sandra. Ibu telah gagal mendidik adikmu."
"Ini bukan salah ibu. Ini jelas salah mereka berdua yang gak punya hati nurani."
Ibu Sarah memeluk Sandra dengan erat dengan tujuan menguatkan Sandra. Mereka menangis bersama sambil berpelukan.
"Bu aku minta pernikahan besok tetap di langsungkan."
Mendengar perkataan itu Samuel langsung mendekati Sandra dengan senyum di bibirnya.
"Makasih sayang kamu tidak membatalkan pernikahan kita."
"Aku belum selesai berbicara. Ga usah pegang pegang aku. Pernikahan besok tetap harus di selenggarakan. dengan pengantin wanita Myta bukan aku."
"Mbak aku mohon maafin aku mbak."
Cassandra pergi meninggalkan Ibu, Myta dan Samuel. Ia beranjak ke kamarnya. Ia memasukkan hampir semua pakaian nya ke dalam 2 buah koper besar. Ia berencana meninggalkan kota ini. Ia ingin menghapus semua kenangan bersama Samuel.
"Ibu sangat kecewa dengan kalian berdua. Besok kalian harus menikah. Setelah itu tolong pergi dari rumah ini. Ibu gak tega melihat Cassandra seperti itu. Kamu tau Sam, Sandra sangat mencintai kamu. dia sangat menyayangi kamu. Dia selalu bercerita banyak hal tentang kamu. Dia selalu menolak jika ada yang melamar dia itu karena kamu. Tapi ibu gak nyangka kamu malah tega berbuat seperti ini." Ujarnya sambil berlalu.
"Ibu mengusir Myta? Ibu tega ngusir aku dari sini?"
"Kamu pernah membayangkan jika berada di posisi kakak kamu? Ibu yakin. Dia pasti sangat berubah setelah ini. Itu karena rasa sakit yang kalian berikan padanya. Ibu mohon beri dia sedikit waktu. Mungkin setelah beberapa saat ia bisa memaafkan kalian." Ucap Ibu Sarah sambil berlalu meninggalkan mereka berdua ia masuk ke dalam kamar menyusul Ayah yang juga sedang menenangkan diri.
Myta dan Samuel berniat menghampiri Sandra di kamarnya. namun mereka mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar Sandra. Karena mereka mendengar tangisan pilu sesekali di selingi teriakan dari Sandra. Sandra melakukan hal itu untuk mengurangi rasa sakit yang menderanya.
Sore pun tiba. Sekarang waktunya untuk melaksanakan pengajian. Sandra keluar dengan membawa 2 koper besar di tangannya. beserta tas punggung dan sling bag yang berisi dompet, ponsel dan kebutuhan lainnya yang mungkin di butuhkan saat di perjalanan. Myta dan Samuel terkejut melihat penampilan Sandra yang sudah rapi dan membawa banyak barang.
"Kamu mau kemana?" tanya Samuel.
"Mbak mau pergi kemana? Jangan pergi dari sini. Biar aku yang pergi." Kini Myta yang berucap.
Sandra pergi ke lantai bawah. Meskipun ia kesusahan ia tak mau di bantu oleh Myta maupun Samuel. Sandra langsung mengetuk pintu kamar orang tuanya.
"Ibu.. Ayah.. Bisa Sandra bicara?"
Tak lama orang tua Sandra keluar dari kamarnya. Mereka sama terkejutnya dengan Myta dan Samuel yang mengikuti langkah Sandra saat ini.
"Kamu mau kemana sayang? Ibu mohon jangan tinggalkan ibu nak." Ujar Ibu Sarah.
"Ibu.. Ayah.. Aku gak bisa tinggal disini lagi. Bahkan aku gak bisa tinggal di kota ini lagi. Aku mohon Ayah dan Ibu mengerti dengan keputusan aku."
"Ayah sama Ibu gak akan bisa jauh dari kamu nak. kamu sedang dalam keadaan kacau saat ini. Lebih baik kamu tinggal disini dulu nak. Ayah gak mau terjadi apa apa sama kamu."
"Aku gak bisa yah. rasanya dadaku sesak seperti di hantam batu yang sangat besar. hatiku sakit sangat sakit Ayah." Ucapnya sambil kembali meneteskan air mata. "Aku gak sanggup jika harus berada di rumah bahkan di kota ini. Terlalu banyak hal yang datang menghampiriku. Yang awalnya kenangan indah. menjadi kenangan yang sangat pahit. Aku mohon Ayah sama Ibu mengerti dengan keputusan aku. Aku janji aku bakal sering mengunjungi Ayah dan Ibu." Lanjutnya
"Baiklah nak. Jika itu sudah menjadi keputusanmu. Ayah hanya berharap kamu bisa sukses di luar sana. Ayah harap kamu juga bisa menata kembali hati kamu. Agar kamu bisa mendapatkan suami yang sangat baik." Ujar Ayah.
"Hatiku udah mati Ayah. Aku gak memikirkan perihal pendamping hidup. Doakan aku kuat Ayah. Agar aku bisa melanjutkan hidup." Ucap Sandra
"Ibu tau kamu kuat nak. Maafin ibu yang sudah gagal mendidik adikmu nak. Kamu harus sering berkunjung kesini ya nak. Kamu harus kuat di luar sana. Tolong kabari Ibu selalu nak. Biar Ibu tau kondisi dan keadaan mu." Jelas Ibu Sarah.
Mereka berpelukan. Sandra kembali menangis di dalam pelukan Ibu nya.
"Jangan menangis lagi sayang. Jangan kau sia sia kan air mata mu hanya karena mereka berdua." Ujar Ayah Aditya. "Mari nak ayah antar sampai depan" Lanjutnya.
Sandra, Ayah dan Ibu beriringan menuju mobil Sandra. Sampai ada ibu ibu yang akan mengikuti pengajian merasa heran karena Sandra selaku pengantin wanita malah pergi dengan mobilnya. Entah apa yang di jelaskan oleh Ibu Sarah. Namun banyak yang merasa iba terhadap keadaan Sandra saat ini dan banyak pula yang mencibir Myta dan Samuel.
Cassandra masih bingung untuk pergi kemana. Ia hanya berkeliling Kota Yogyakarta. Hingga akhirnya ia memikirkan sahabatnya Nindi yang sekarang tinggal di Bandung bersama keluarga kecilnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menyusul sahabatnya ke Bandung. Ia menelfon Nindi yang merupakan sahabatnya sejak mereka SMA.
"Halo Assalamualaikum. Sandra kemana aja lo. baru nelfon udah lama."
"Wa'alaikum salam. Nin lo masih di Bandung?"
"Iya San gue masih di Bandung. Sorry gue besok gak bisa dateng ke acara nikahan lo."Sesal Nindi.
"Ga apa apa Nin. Biar gue yang nyusulin lo ke Bandung."
"Mau ngapain lo ke sini? Bukannya besok lo nikah sama Samuel?"
"Batal Nin. Gue pengen pergi jauh dari kota ini. Dada gue serasa di hantam batu besar Nin. Nyesek banget. Hiks... Hiks.." Ucap Sandra sambil menangis.
"Lo jangan nangis dong. cerita sama gue. Kenapa?"
"Nanti aja ya gue cerita pas kita ketemu. Gue baru sampe bandara ini. gue mau nyusulin lo. Boleh ya?"
"Ya boleh lah. malah enak kalo lo ke sini. Bisa ada yang bantu jagain Salsa. Kalo mas Riki lagi ke restoran."
"Ngomong ngomong ponakan gue udah segede gimana sekarang?"
"Udah 4 bulan aunty." Jawab Nindi dengan suara menirukan suara anak kecil.
"Ga usah gitu Nin. geli gue dengernya. Ya udah gue mau nyari tiket dulu. tunggu gue ya."
Cassandra langsung menutup telfonnya. ia pun memesan ojek online untuk mengantarkan kunci mobilnya ke ayahnya. Setelah supir ojek online pergi untuk mengantarkan kunci mobilnya ke rumahnya. Ia pun mengirim chat ke Ayahnya.
Cassandra :
Ayah. Cassandra pamit mau nyusul Nindi ke Bandung. Nanti ada ojek online yang bakal nganterin kunci mobil Sandra ke rumah. Mobil Sandra buat ayah aja. Mobil Sandra parkir di parkiran bandara . Sandra selalu sayang ayah sama Ibu. Jangan sedih karena kepergian Sandra Ayah. Sandra minta ayah jaga kesehatan. Sandra butuh waktu untuk menenangkan diri. Sandra juga minta restu dari Ayah sama Ibu agar Sandra bisa memulai kehidupan baru Sandra di Bandung. Sandra sayang Ayah sama Ibu.
Ayah :
Terima kasih Nak. Jaga diri baik baik. Jangan lupa selalu memberi kabar sama Ayah dan Ibu disini. Restu Ayah selalu menyertaimu Nak. Doa Ayah akan selalu bersama denganmu. Semoga kamu bisa menjadi mandiri yang lebih baik lagi Nak. Maafkan Ayah dan Ibu mu ini yang telah gagal mendidik adikmu Myta. Ayah dan Ibu juga selalu sayang kamu Nak.
Sandra langsung membeli tiket dengan tujuan ke Bandung. Ia sudah bertekad akan menetap di Bandung dan membuka usaha toko kue.Karena ia sangat menyukai membuat cake maupun roti. Tak lama Sandra masuk ke dalam pesawatnya. Selang beberapa lama Sandra sampai ke Bandung. Ia memesan ojek online dan berlalu ke kediaman sahabatnya itu.
Tiba tiba ada seorang lelaki yang tidak sengaja menabrak Sandra sampai Sandra terjungkal dengan pantat yang mencium tanah.
"Sorry.. Gue gak sengaja." Ujar lelaki itu sambil menjulurkan tangannya ke arah Sandra sedangkan Sandra berdiri tanpa bantuan dari lelaki itu.
"Lo gak punya mata. Gue segede ini aja lo gak bisa liat. Main tabrak aja." Umpat Sandra.
"Sorry gue gak sengaja. Gue lagi buru buru soalnya. Ini kartu nama gue. kalo lo kenapa kenapa lo bisa hubungi gue. Sorry gue duluan Nyokap gue masuk rumah sakit soalnya. Sekali lagi gue minta maaf." Ujar lelaki itu berlalu meninggalkan Sandra.
Setelah Sandra sampai ke rumah Nindi. Ia langsung mengetuk pintu rumah sahabatnya itu.
"Assalamualaikum." Tok.. Tok.. Tok..
Tak lama pintu terbuka menampakan sosok wanita yang sangat ia kenal. Sandra langsung memeluk sahabatnya itu. Ia pun menangis di dalam pelukan Nindi.
"Lo kenapa San? Masuk dulu yuk."
Mereka masuk ke dalam rumah. Saat ini hari sudah mulai malam. menunjukkan pukul 8 malam.
"Maaf gue ganggu lo. Gue janji besok gue bakal nyari tempat buat gue tinggal."
"Loh emangnya lo bakal netep di Bandung?"
"Iya Nin. Kalo bisa gue gak mau balik ke Yogya."
"Loh kok gitu? Cerita sama gue. siapa tau gue bisa bantu."
Tak lama suami Nindi datang dengan si ke
cil di dalam dekapannya.
"Si kecil kebangun mas. Sini biar aku gendong." Ujar Nindi kepada suaminya.
"Malam kak. Maaf kak aku ganggu kalian." Ujar Sandra kepada Riki.
"Ga apa apa kok. Malah aku seneng. Jadi Nindi ada temennya kalo aku lagi ngurus restoran." Ujar Riki ia pun ikut mendudukan dirinya di samping istrinya.
"Cerita San sama gue. Biar hati lo bisa sedikit plong. Biar dada lo gak terlalu nyesek."
"Samuel selingkuh Nin. Malah ia bakal jadi seorang ayah."
"Serius lo. Kalau gue deket pasti gue abisin dia sama selingkuhannya karena udah berani mengusik kebahagiaan sahabat gue."
"Lo kok ga nanya dia selingkuh sama siapa?"
"Emang gue kenal sama selingkuhan dia?"
"Adik gue selingkuhan dia. Sekarang adik gue udah hamil 2 bulan. Sumpah Nin hati gue rasanya hancur sehancur hancurnya. Hiks... hikss..."
"Sabar San. Gue ngerti gimana perasaan lo." Ujar Nindi sambil mengusap ngusap punggung Sandra.
Jika saja ia sedang tidak memangku si kecil sudah di pastikan mereka akan menangis bersama sambil berpelukan. Nindi selalu ikut merasakan sakit jika sahabatnya ini tersakiti. Begitupun sebaliknya.
"Sini Sayang Salsa nya biar aku tidurin dia lagi di kamar. Kamu mending temenin Sandra dulu di kamar tamu. Kasian dia. Dia pasti butuh penyemangat untuk melanjutkan hidupnya." Ujar Riki sambil menggendong si kecil dan berlalu ke dalam kamar mereka.
"Iya mas." Jawab Nindi."Ayo kita ke kamar San." Ajak Nindi.
Sesampainya di kamar. "Sorry Nin gue jadi ngerepotin lo sama Kak Riki gara gara masalah gue."
" Ga usah sungkan gitu dong. Gue seneng kok gue masih bisa jadi tempat buat lo nenangin diri."
"Makasih ya Nin."
"Sekarang rencana lo apa San?"
"Gue rencana pengen buka toko roti sama kue Nin. Gue sih rencana besok mau nyari ruko yang bisa sekalian buat tempat hunian. Ga mungkin dong gue ngerepotin lo terus."
" Gue seneng malah lo ada disini. Gue jadi ada temen. Tinggal di sini aja ya."
"Makasih Nin. Tapi gue pengen mencoba mandiri Nin. Kalo gue disini pasti gue selalu mengandalkan lo dan Kak Riki."
"Ya udah terserah lo aja San. Tapi yang pasti kita tinggal satu kota sekarang. Jadi gampang buat ketemu. Ya udah sekarang lo istirahat ya. Tidur.. jangan mikirin masalah lo mulu. Gue yakin Allah punya rencana yang lebih indah buat lo."
"Makasih Nin. Lo emang penyemangat gue. Ya udah gue istirahat dulu kalo gitu."
"Ya udah gue balik ke kamar dulu ya San. Kalo lo butuh apa apa lo bisa hubungi gue."
Sandra hanya menganggukkan kepalanya. Ia pun mulai merebahkan dirinya. Sedangkan Nindi keluar dari kamar Sandra dan menuju kamarnya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!