NovelToon NovelToon

Jodoh Sang Dokter Duda

Selamat pagi duniaaaaaaa

"Selamat pagi kakak...." Sapanya sambil menyibak orden yang menutupi kegelapan kamar sang kakak.

Sifa menyibakkan selimut yang sejak tadi malam membungkus tubuh lemah sang kakak.

"Kakak, Sifa mandiin ya? biar kakak cantik" Ucapnya ceria, seceria bunga eforbia yang bermekaran di depan rumah yang luasnya sekebon kelinci

Sifa mulai mendudukkan kakaknya di kursi roda, lalu ia mendorongnya ke kamar mandi belakang dekat dapur untuk di mandikan.

Tidak lupa, Sifa membersihkan kamar tidur kakaknya yang berbau minyak kasturi anggap saja Sifa begitu. Padahal mau muntah jika orang lain atau tetangga yang masuk kamar ini.

Sifa sudah mengganti sprei yang bersih, dan sudah mengelap perlak yang bau harumnya kelewat ini.

Setelah rapih dan harum beneran, Sifa mengangkat kakaknya ke atas tempat tidur kembali. Tidak lupa, Sifa selalu mendandani kakaknya agar terlihat segar dan tidak mengenaskan lagi. Sekarang kakaknya yang tadinya bau pesing, kini sudah berubah wangi.

"Tuh, kakak sudah cantikkan? wangiii, kita sarapan ya?

Latifah hanya mengangguk

Sifa sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, karena Sifa biasa bangun sebelum subuh dan menyiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan mereka

🍬🍬🍬🍬🍬

Oiya perkenalkan, namaku Assifa Yasmin. Usiaku 22 tahun, lulusanku hanya SMA saja, Karena tidak ada biaya. Ibuku bernama Yasmina dan bapakku bernama Yusman.

Satu lagi, aku mempunyai saudara perempuan bernama Latifah Yasmin. Kakakku ini berusia 26 tahun tapi, dia belum sempat menikah karena gagal. Akupun tidak tau alasan gagal karena apa?

Akibat depresi hebat, kakakku mencoba bunuh diri dipohon jambu belakang rumah, namun aksinya gagal, keburu ketahuan tetangga. Akibat gagalnya bunuh diri, akhirnya syarafnya mungkin ada yang pedot (putus) mengakibatkan separuh lumpuh. Otaknyapun ikut lumpuh. Akhirnya kakak hanya bisa berbaring, dan bergantung pada kursi roda jika ingin berjalan.

Kami tinggal di rumah panggung, karena seringnya mengalami banjir. Rumah ini kami dapat dari bedah rumah karena kami tergolong warga yang tidak mampu. Terlebih kedua orang tua kami telah tiada belasan tahun lalu.

🍬🍬🍬🍬🍬

"Kakak, Sifa berangkat dulu ya, Kakak baik baik saja dirumah, nanti Sifa panggilin anak anak agar pada main kesini ya?"

Latifah hanya bisa mengangguk , karena tidak ada lagi yang bisa ia lakukan kecuali mengangguk dan menggeleng.

Sifa berangkat kerja menggunakan motor butut pemberian tetangga lewat kontengan ( iuran), harganya murah asal bisa jalan dan tidak mogok.

Sifa berlari menuju kantin rumah sakit, tiap hari ia menitipkan hasil karyanya yaitu pembuat aneka macam goreng gorengan.

Hari ini dia membuat samoza dan risol.

Tidak lupa, ia selalu menyisahkan beberapa gorengan untuk ia bagikan pada pasien yang akan melahirkan, yang masih berada di ruang observasi.

Dan tidak ketinggalan, Sifa selalu menyimpan jenis jajan tersebut, untuk teman minum sang dokter, di mana Sifa membersihkan ruangannya

Sifa sudah menaruh teh hangat dan jajan tersebut di atas meja kerja sang dokter.

Sifa sudah mulai menyapu seluruh ruangan observasi, di mana pertama kali pasien atau ibu hamil yang akan melahirkan masuk keruang pertama, sebelum ruang kedua, yaitu ruang khusus melahirkan normal

-

Masalah nyapu, ngepel, sudah semua, tinggal mengelap kaca.

Sambil bekerja, Sifa selalu menghitung pasien yang masih di dalam ruangan penanganan melahirkan.

Sifa mulai membawa jajan hasil tangan terampilnya, dan mulai membagikan pada para pasien. Pasien ya, bukan keluarga pasien. Kebanyakan

"Permisi ibu, silahkan cicipi buat ganjal perut" Ucap Sifa sambil tersenyum riang

"Terimakasih mbak, tapi istri saya sudah keganjel bayi, tu besarkan ganjelnya? " Goda suami pasien, Sifa hanya tersenyum sebagai jawaban

Sifa masuk kamar lainnya "Permisi ibu, silahkan buat isi perut biar tidak kosong"

"Yang kosong perut bapaknya mbak" Celetuk bapak bapak yang menjaga ibu hamil

Setelah seluruh pasien sudah mendapat jatah kue dari tangan Sifa, Sifapun mulai mengelap kaca jendela yang ada dikamar pasien ataupun dokter.

Dari jauh, langkah dokter Ilham seperti orang berlari menuju ruang operasi. Ia sibuk membenahi jas putihnya dan di ikuti oleh beberapa perawat yang membuntutinya

Sifa hanya bisa mengendikkan wajahnya, menyapa dokter Ilham yang lewat dengan buru-buru.

Ilham tersenyum secuil menyapa Sifa

Setelah saling sapa, iapun melanjutkan aksinya mengelap kaca kembali, hingga jatah kerjaannya kelar.

"Alhamdulillah" Ucap Sifa setelah pekerjaannya rampung semua.

Sifa menarik seluruh alat perangnya untuk ia letakkan pada tempatnya.

Sifa langsung menuju pantry rumah sakit khusus office boy dan office girl

Sifa menyeduh teh panas, dan beristirahat sejenak melepas penat

Srupuuuut

Sifa menyesap teh panas yang ia buat barusan

"Sudah selesai semuanya Fa?" Tanya Fitri teman seperjuangan Sifa disini

"Tinggal gosok kamar mandi" Jawabnya

"Sama"

Mereka sama sama makan ala kadarnya

"Sifa, kau bawa bekel apa? mau dong, coba" Ucap Fitri tak tau malu

Krusak krusuk krusak krusuk

Sifa membuka kresek yang berisi makanan, yang belum dibuka

"Ongseng jamur, sama perkedel kentang Fit, apa kau mau?"

"Boleh, aku coba sedikit sedikit ya?"

Fitri memang celamit ( suka minta ) orangnya, tapi dia tidak ganas atau serakah kalau minta. Dia tau etika dan adab.

Setelah mengambil beberapa lauk dari box makan milik Sifa, Akhirnya Fitri membuka bekel miliknya "Kau ambillah punyaku Sifa, ayo, ambil jangan malu" Paksanya

Sifa mulai bingung "Yang mau di ambil dari kotak makan Fitri apanya. Kotak Fitri saja hanya ada nasi dan telur dadar. Itupun putih semua tak ada daun bawang apalagi irisan cabe.

Sifa mendorong kotak nasi milik Fitri " perkedel ini juga mengandung telur Fit, makanlah punya kamu, dan ambil lagi punyaku kalau kamu mau" Sifa mendorong kotak nasinya kepada Fitri " Ini nggak papa, ambil lagi kalau kamu masih mau"

Tangan Fitri sudah menjulur dan mulai mengambil ongseng jamur yang menggoda perut Fitri

" Perkedelnya?" Tawar Sifa sambil terus menyodorkan pada Fitri " Ayo, perutku tidak muat kalau perkedal ini, aku habiskan sendiri"

"Kok perkedel buatanmu gede banget Fa"

"Iya dong, memang sengaja perkedelnya kubikin jumbo. Biar kenyang"

Akhirnya Fitri menyerah, dan mengambil apa yang perlu ia ambil.

-

Dr Ilham sudah selesai dengan tugasnya menyobek nyobek perut ibu hamil yang susah melahirkan normal. Ia duduk di meja kerjanya sambil istirahat sejenak.

Pandangannya tertuju pada samping gelas yang berisi teh manis nan hangat kesukaannya itu. Tangan dokter menjulur mengambil kue risol entah siapa yang menyuguhkan akhir akhir ini.

Ia menggigit kue tersebut "Enak, selalu enak" Di lihatnya bagian isinya "Emmmp kentangnya pas, tidak terlalu pedas. Eh, kenapa akhir akhir ini aku persis kaya chef Juna ya, menilai setiap makanan yang dimakan"

Dokter Ilham kembali mengambil kue persegi tiga "Apalagi ini " Ia mulai menggigit, lalu ia lihat apa yang ia makan "Ayam, isi ayam dan sayur? emmp enak. Wah, lama lama aku gemuk kebanyakan lemak ini" Ilham bermonolog sendiri dan cengar cengir akhir akhir ini

Tiba tiba lamunan Ilham di kagetkan dengan gedoran pintu dari luar

"Masuk "

Dua perawat masuk menghampiri dokter Ilham

"Sudah siap visit?" Tanya Ilham

"Sudah dok, kami sudah siap"

"Ayo"

Biasa, dokter Ilham selalu punya dayang dayang yang mengikuti langkahnya.

Dokter mulai masuk untuk berkunjung kepasien yang kemarin habis di sesar " Bagaimana dengan hari ini bu, sudah bisa bangun sendiri tanpa pertolongan suami?" Bertanya sambil sibuk memeriksa

"Sudah dok"

"Asinya sudah keluar bu?"

"Sudah dok tapi kuning "

"Oh, itu colustrum, tidak apa apa, itu bagus untuk sang bayi"

Haiii jumpa lagi dinovel Jodoh Sang Dokter Duda ini.... Happy reading semoga suka ceritanya.. Jangan lupa like vote

Kedatangan tamu tak diundang

Sore hari pukul 15:45

Sifa sudah sampai dirumah. Ia berengkut membawa aneka sayuran dan beberapa bahan pembuat kue lainnya untuk dijual nanti malam dan juga besok.

"Assalamualaikum kakak" Sifa langsung kedapur meletakkan belanjaannya tadi. Sifa selalu nyelonong masuk, meskipun salamnya belum dibalas, padahal didalam rumah ada penghuninya. Tapi tak apalah, sudah biasa.

Sifa masuk kekamarnya untuk meletakkan tas kerjanya, Edjiaan gaya pakai tas segala.

Meskipun isinya hanya hape jadul sih, tapi tak masalah kerja bawanya tas, biar ngikutin trendy gitu, walaupun hanya kelas teri. OB juga kan manusia, ingin ikut ikutan gaul hihi. Eh tempat duit juga kaliii, kan Sifa bayaran dari kantin tiap hari, kalau Sifa balik rumah.

Kemudian Sifa mulai masuk kamar tidur kakaknya dan dirinya. Sifa selalu tidur diranjang lipat didekat kakaknya tidur. Kamar ini biasa dikunjungi anak anak tetangga yang sengaja bermain disini. Latifah juga terhibur karena teman temannya banyak. Iya, Latifah sekarang wataknya seperti anak kecil usia TK.

Seperti sekarang

"Eh, kakak, mandi dulu ya?" Latifah mengangguk dengan wajah cemongnya karena makan sendiri "Oke, Sifa dorong..."

Sifa mulai mendorong kakaknya dan memandikannya.

Kembali seperti waktu pagi. Sifa membersihkan kamar tidur yang morak marik penuh dengan makanan. Ingin rasanya Sifa menjerit, tapi tidak ia lakukan karena saking sayangnya pada kakaknya.

Bau pesing tadi sudah menghilang, karena Sifa sudah membersihkan. Sebenarnya Sifa ingin kakaknya menggunakan diapers, tapi selalu disobek sobek tak mau memakainya.

Sifa mengganti baju kakaknya yang muda digunakan. Meskipun kakaknya tergolong masih muda dan perawan setahunya, Sifa tetap memakaikan kakaknya daster yang agak gombrong, dan yang awet tidak cepat pudar warnanya.

"Oke, kakak sudah cantik. Anteng ya, Sifa mau masak dan bersih bersih " Latifah sudah didudukkan lagi dikursi roda dan didekatkan pada meja makan, agar Latifah tidak takut.

Karena Sifa belum masak dan mengerjakan yang lain, akhirnya Sifa menyetel tivi untuk teman kakaknya

"Kakak mau nonton apa? Sinetron?"

Latifah geleng geleng

"Berita?"

Latifah geleng geleng lagi

"Beritakan penyiarnya cantik cantik dan guanteng guanteng?"

Latifah tersenyum kalau Sifa ngomong guanteng

"Mau berita?"

Latifah menggeleng

"Apa dong? Upin Ipin ya?"

Latifah langsung angguk angguk bahagia

"Baik, anteng ya? kalau ada iklan, kakak jangan nangis?"

Latifah langsung mengangguk patuh

Setelah bayi tuanya beres, Sifa langsung menyapu bekas anak anak bermain disini tadi siang. "Kamar kakak beres, tinggal kamar rahasia "

Sifa sudah pindah kekamar yang biasa ia kunci. Sifa sengaja kamar satu ini dikunci rapat rapat. karena disini banyak anak anak dan ibu ibu yang sengaja keluar masuk rumah ini. Dikamar ini, tidak banyak harta yang berharga. Hanya baju baju Sifa dan tabungan milik Sifa, serta foto foto jadul peninggalan sang orang tua.

Sementara,

Dokter Ilham duduk menyendiri diruang kerja, setelah tadi habis berkunjung ditoko apotik miliknya

Tiap malam, ia selalu menghabiskan waktu diruang kerja tanpa teman tanpa siapapun. Terkadang rasa rindu akan sosok Nancy sang istri, membuat ia tambah betah dan tertidur pula diruang kerjanya.

Dokter Ilham jarang tidur dikasur, entah mau sampai kapan. Mungkin jika kakak ataupun kakak iparnya tau, Ilham akan di omelin hingga tujuh malam tujuh hari sampai kuping Ilham pada copot.

Meskipun usia Ilham tergolong sudah tua, banyak para gadis yang ingin mengejar cinta Ilham, apalagi para janda, istri orang saja pada lirak lirik sama pesona Ilham. Entahlah?

Dimata kakaknya, Ilham tetaplah Ilham seorang adik yang tetap kecil, meskipun Ilham sudah tua sekalipun. Jika sang kakak tau, kalau Ilham banyak yang ngejar terutama kakak iparnya yang mengetahui, ia pasti sudah ditertawai oleh kakak iparnya hingga terpingkal pingkal.

Wahidah sang kakak ipar, dia tidak percaya kalau Ilham jadi primadona oleh para kaum Hawa. Karena yang ia tau, Ilham yang ia kenal pendiam dan kalem. Jika ada yang terpesona dengan adik iparnya, apa mungkin Ilham ganjen? itulah yang membuat Wahidah sang kakak ipar tertawa hingga giginya kering semua

Sejak masih muda, Ilham dan Anand kakaknya sangat kontras jika mengenai soal cewek mencewek

Ilham sejak kuliah saja sudah ngrentengin banyak cewek, itu cerita mama mertua Wahidah, ibu kandung Anand dan Ilham. Sedangkan Anand sang kakak, dia kalem tidak tau ceweknya siapa. Hingga jodoh untuk Anand sang kakak saja, kedua orang tuanya yang harus mencarikan. Entah Anand tidak laku, atau memang belum laku. Sampai sekarang menjadi teka teki. Dan, yang jelas, meskipun hasil perjodohan, Anand dan Wahidah langgeng sampai sekarang.

Tapi Ilham sekarang berbeda, mungkin karena sudah merasa tua, perbedaan masa muda dan sudah menikah sangat jauh. Setelah Ilham menikah, Ilham setia tidak lirak lirik sama cewek lain. Orang bilang rumput tetangga lebih hijau dibanding rumput milik sendiri. Tapi bagi Ilham tetap rindang punya sendiri meskipun gersang sekalipun.

Tok tok tok

"Masuk"

Seorang assisten membuka pintu ruang kerja milik Ilham " Tuan, tuan Anand beserta nyonya Wahidah datang "

"Ohh, suruh masuk pak Dar "

Pak Daryoto adalah sopir pribadi Ilham, tapi pak Dar seringnya merapihkan halaman dan merawat kebun kesayangan almarhumah Nancy. Selama bekerja disini, pak Dar jarang membawa mobil untuk mengantarkan sang majikan. Karena dokter Ilham selalu berangkat sendiri tanpa sopir

Ilham memperkerjakan cuma empat orang saja. Satpam dua orang, untuk menjaga keamanan 24 jam biar gantian, sopir satu orang rangkap tukang kebun, mbak siti urusan dapur dan dalam rumah itupun selalu dibantu tiga cowok yaitu dua satpam dan satu sopir.

"Assalamualaikum.. Apa kabarmu Il?" Anand

Ilham menyambut kakaknya berjabat tangan dan memeluknya "Waalaikumsalam.. Alhamdulillah kabarku begini yang kakak lihat" Keduanya sambil mengurai pelukan

"Il, kamu sudah makan belum?" Wahidah tiba tiba nongol

"Eh kak, kakak bawa makanan ya? sengaja untukku atau sisa dari rumah tidak habis lalu bawa kesini" Ledeknya

Wahidah menampol lengan kekar adik iparnya "Sembarangan"

Mereka berjalan bertiga beriringan, persis grup Trio Singa (Ada nggak grup musik namanya begitu wkwkwk) Tapi singa gingsul (Gigi tidak rapih ). Mereka bertiga, hanya Wahidah yang paling mini sendiri.

Mereka menuju meja makan

"Tadi kami pulang acara, lalu inget kamu. Ya sudah aku bawakan ini untuk kita. Kita ya Il, bukan kamu saja" -Wahidah

Wahidah membuka jenis jenis goreng gorengan

Ilham melongok dan mengambil satu jenis risol, ia mencicipi " Rasanya persis yang aku makan tadi pagi" Gumamnya masih didengar sekitar "Kakak beli dimana?"

"Kenapa? enak tidak? kataku sih enak"

Ilham tidak menjawab Wahidah "Yang jualan cowok apa cewek?"

"Cowok, kenapa? kamu naksir cowok?"

"Gila. Nggaklah kak, Ediyan "

Ahahaha

Bersambung....

Berjumpa tak disengaja

Sore harinya Sifa sudah membuat dua jenis gorengan, yaitu risol dan samoza sama seperti yang ia bawa kerumah sakit tadi pagi. Biasanya Sifa membuat aneka gorengan berbagai jenis. Tapi hanya dua jenis saja yang ia buat setiap setorannya.

Sifa biasa menitipkan jajan tersebut diwarung angkringan, yang biasa jualan es kuwud diperempatan jalan dekat tempat tinggalnya. Disini juga lumayan ramai, hasil untung dari jualannya bisa disimpan untuk tabungan, serta untuk berobat kakaknya.

Malampun tiba,

Sifa mulai menidurkan kakaknya " Mimpi indah kakak.. " Ucapnya sambil menyelimuti Latifah

Sifa beranjak mengambil tas. Ia membuka ranjang lipatnya disamping kakaknya tidur. Sifa mulai duduk diatas ranjang selebar satu meter kali dua meter itu. Ia mulai menghitung uang dari hasil bayaran gorengan dari kantin rumah sakit.

"Ah, ini dia duapuluhnya " Sifa biasa ,setiap ada uang berwarna hijau bertuliskan duapuluh ribu rupiah, ia masukkan kedalam galon bocor .

Sifa mengangkat galon tersebut dengan sumringahnya "Alhamdulillah, suburlah kau sihijau"

Setelah Sifa sudah menyingkirkan celengan jumbo itu dikamar sebelah, Sifa merebahkan badan lelahnya diranjang besi itu.

Pagipun tiba

Masih pukul 3 dini hari

Sifa sudah bergelut pada alat masaknya didapur, Hari ini sengaja menunya ia ganti, tidak seperti kemarin

Hari ini Sifa membuat lontong isi kentang, dan tahu isi bakso. Lontong sudah dibuat dari tadi malam, jadi Sifa bisa santai untuk hari ini.

Hari ini Sifa off dan akan mengajak kakaknya untuk kontrol kerumah sakit

-

Pagi ini dokter Ilham sudah siap siap menuju rumah sakit, karena hari ini ada jadwal penanganan caesar yang tidak bisa digeser lagi jadwalnya.

Acara caesar sudah selesai, ia berjalan masuk lagi keruang kontrol untuk para pasiennya pasca melahirkan

Dokter Ilham memeriksa beberapa pasien kontrol yang sudah pulang dari rumahsakit, dan sekarang jadwal untuk berkontrol.

Jika dokter tangannya menunjuk perut pasien yang sudah rebahan dibed pemeriksaan, perawat sudah paham. Ia langsung membuka perut siibu agar bekas sayatan kemarin terlihat jelas. Perawat sudah membuka perekat yang menempel diperut pasien tersebut, dan dokter mulai memeriksa. Ia mulai menekan disamping perut yang luka

"Santai jangan tegang ya ?" Saran dokter Ilham sebelum memencet samping luka sayatan tersebut

"Sakit?" Ucapnya lagi

Pasien geleng geleng lagi sebagai jawaban tidak.

Dokter Ilham memencet lagi bagian tengah atau luka diantara 5 centimeter bekas sayatan

"Sakit?"

"Tidak dok"

Setelah dokter memencat mencet bagian tersebut benar benar kering, dokter hanya memberi resep agar luka tersebut benar benar kering sempurna.

"Luka jangan sampai terkena air dulu, perut ibu sudah kering, bagus. Nanti setelah 40 hari setelah melahirkan, ibu datang lagi kontrol, untuk melepaskan perekat tersebut"

Dokter sudah menyodorkan resep

"Jangan lupa, habis mandi, ibu harus memoleskan salep diluka sesar tersebut, setelah itu ganti perban lagi dengan yang baru"

"Terimakasih dok, kami permisi"

"Silahkan"

Setelah selesai kontrol dengan beberapa pasien, dokter Ilham langsung melenggang keluar, tanpa meminum minuman yang sudah disediakan.

"Asyik, minuman pak dokter utuh. Buatku ya?" Ucap perawat yang biasa membantu diruang kontrol ini

"Ini hari apa Im?"

"Kamis mbak" Jawab Ima yang sudah meneguk setengah gelas teh hangat milik dokter Ilham

"Kamu nih, pinteran"

Ima hanya tersenyum riang, penuh kemenangan.

Para perawat atau assisten dokter Ilham yang berada disini, semuanya paham. Jika hari senin dan hari kamis, pasti minuman yang telah tersedia tidak bakalan diminum oleh dokter. Alhasil, minuman tersebut buat rayahan ( rebutan ) bagi para perawat tersebut.

"Haha.. Senin depan mbak Di jangan lupa, biar bisa minum jatah dokter haha"

Dokter Ilham sudah berjalan dipavilium menuju ruangannya sendiri untuk beristirahat.

Tiba tiba dokter Ilham berpapasan dengan seorang gadis yang mendorong seorang gadis yang terlihat sangat lemah

"Dokter" Sapa Sifa dengan lembut

Dengan sedikit bingung, dokter Ilhampun berhenti,

"Pasien saya?" Tanyanya bingung, Ilham pikir, Latifah atau kakaknya Sifa adalah pasiennya. Tapi setelah diperhatikan, sepertinya bukan, tapi ia ragu untuk mengatakannya. Jadi, pertanyaan itulah yang bisa keluar dari rongga mulutnya

Sifa geleng geleng "Bukan dok, kakak saya tidak sedang hamil atau melahirkan. Kakak saya pasien dokter Indra " Jawabnya mulai lesu

"Oh" Dokter Ilham baru paham "Terus sekarang mau pulang?"

"Iya dok, maaf mengganggu dokter" Ucapnya sambil menunduk

Ilham memegang pundak Sifa, bukan untuk modus atau yang lain

"Tidak apa apa, semoga kakaknya lekas sembuh ya? Ucapnya seperti nasehat ayah kepada anaknya. Yang mereka rasakan hanya itu, tidak lebih

"Kalau begitu, kami permisi dok"

"Iya ya, hati hati" Dokter Ilham sedikit memperhatikan kondisi kakaknya, hatinya sedikit tercubit .

Sifa berjalan sambil mendorong kakaknya semakin menjauh. Tangan dokter terulur ingin menyapa kembali, tapi mulutnya terkunci.

" Dok " Sapa dokter Indra

"Eh, dokter Indra"

Mereka bersalaman. Walaupun mereka bertugas disatu rumah sakit, terkadang belum tentu bertemu karena kesibukan masing masing dengan pekerjaannya

"Dokter menunggu siapa?"

"Oh tidak menunggu siapa siapa, tadi hanya bertemu seseorang yang mendorong kakaknya yang sedang sakit. kukira pasienku, ternyata bukan"

"Oh, itu pasien saya dok. Sudah mendingan dok, sudah bisa ngomong. untung tidak meninggal waktu kejadian, tapi yang kasihan adiknya. Hidup tidak, mati tidak"

"Maksudnya?"

Mereka berjalan menuju ruangannya masing masing karena arahnya sama

"Perempuan tadi gantung diri, tapi gagal. Akhirnya, 90 persen, pasien mengalami kerusakan pada syarafnya. Tapi setelah saya tangani terapys, pasien lumayan bisa bergerak meskipun agak lambat"

"Ohh.. Baik dok saya masuk keruangan saya. Mari" Pamit Ilham

Setelah berpisah dengan dokter Indra, dokter Ilham masuk dalam ruangannya.

Ilham mulai duduk dikursi kebesarannya "Gadis itu siapa ya, seperti pernah lihat?" Ilham bermonolog sendiri, sambil netranya berkeliaran menatap lontong yang menggiurkan.

Ilham mencium aroma lontong yang menggoda perutnya yang lapar, ia mulai membuka daunnya "Astagfirullah, aku lupa. Akukan puasa"

Lontong tadi ia letakkan kedalam mika tempat makanan tadi.

Setelah kematian Nancy istrinya, Ilham selalu berpuasa dihari senin dan kamis. Ia bernazar ingin melakukan tersebut dan menghibahkan hadiah pahala kepada almarhuma. Dan bukan itu saja, Ilham juga takut tergoda dengan wanita yang berusaha menggoda hatinya.

Ilham berusaha keras , iya sangat.

Jadi duda tak segampang mencari pendamping hidup. Kebanyakan, para wanita yang tadinya berkelakuan baik, mendadak brutal ingin memiliki hati Ilham. Dari yang gadis, baik muda ataupun prawan tua. Sampai janda bahkan masih sah istri orang, masih sempat sempatnya mengejar Cinta Ilham.

Bahkan sampai kesalnya, akun FB milik Ilham tidak ia urusin, karena banyaknya meminta pertemanan. Hingga ribuan permintaan, tidak ia gubris, dan tidak ia konfirm. Belum lagi akun IG , semuanya ramai meng follow. Dan semuanya, tidak ia hiraukan.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!