NovelToon NovelToon

Menjelajah Dimensi Setelah Reinkarnasi

Ch.1 Reinkarnasi

...Reinkarnasi...

Di suatu tempat yang tidak diketahui lokasinya. Ditempat itu terlihat pemandangan berbagai benda langit, seperti bintang, planet, dan galaksi. Pemandangan di sana tampak sangat jernih sehingga bintang-bintang memancarkan cahaya yang tampak sangat jelas.

Terdapat dua buah sosok yang saling berdiri berhadapan. Keduanya saling menatap seperti akan melakukan percakapan yang sangat serius.

Salah satunya adalah seorang pria yang terlihat berumur 22 tahun dengan rambut pendek yang berwarna hitam dan pupil mata yang berwarna hitam. Pria itu juga memakai sebuah mahkota yang berwarna emas.

(gambar hanya ilustrasi semata dan tidak 100% mirip, gambar juga bukan asli milik saya.)

Terdapat sebuah kubus yang melayang-layang diatas tangan kanan pria itu. Kubus itu memancarkan kabut yang berwarna hijau.

Disisi lain, sosok yang satunya terlihat seorang gadis yang berusia 16 tahun. Gadis itu memakai seragam sekolah SMA lengkap dengan atributnya. Dia tampak kebingungan pada awalnya. Tapi, saat melihat pria didepannya membuatnya menatap pria itu dengan serius hingga ia tampak tegang.

"Tidak perlu tegang, gadis kecil. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang jahat kepadamu."

Melihat gadis di depannya tampak tegang, pria itu berusaha menenangkannya. Hanya saja, ia malah menggunakan suara yang tampak mengintimidasi.

"Si-Siapa juga yang tegang!" Gadis itu menjawab dengan lantang.

Namun, terlihat keringat dingin menetes dari pelipis di kepala gadis itu. Ucapan yang terdengar mengintimidasi membuatnya ketakutan. Tapi, dia memberanikan diri.

"Terserah kamu saja, gadis kecil. Tapi, aku memang tidak berniat menyakitimu." Pria itu mengubah nada bicaranya dari mengintimidasi menjadi datar. Dia tidak memperdulikan gadis yang sebenarnya ketakutan di depannya.

"Benarkah?" Gadis itu memelototi pria di depannya. Dia merasa waspada dan masih belum mempercayainya karena di bawa ke tempat yang tidak ia kenal.

"Hah… terserah kau saja. Aku tidak terlalu peduli tentang apa yang akan kamu lakukan." Pria itu hanya menghela nafasnya melihat dia tetap diwaspadai oleh gadis di depannya.

*Tic!*

Pria tersebut menjentikkan jarinya dan sebuah kursi muncul di belakang gadis tadi. Kursi itu terbuat dari kayu dan memiliki bentuk yang sangat sederhana.

"Silahkan duduk, kau ini berdiri terus pasti membuatmu lelah?" Pria itu menawarkan kepada gadis untuk duduk. Nada datar yang ia keluarkan, membuatnya seakan-akan tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan gadis di depannya.

"Terima kasih, sebenarnya aku tidak merasa lelah. Tetapi tetap saja, terima kasih untuk tempat duduknya." Gadis itu menduduki kursi yang muncul di belakangnya. Tatapan waspada yang ia keluarkan sebelumnya telah menghilang.

"Apakah memang semudah itu untuk membuatmu menjadi percaya jika aku orang yang tidak berbahaya?" Pria itu bertanya-tanya saat melihat gadis tersebut dengan santainya duduk yang ia keluarkan.

"Ya begitulah, aku rasa jika kamu menawarkan sesuatu yang tidak mencurigakan kepadaku. Aku akan menjadi percaya padaku," ucap gadis itu.

"Lalu kenapa kamu tidak percaya saat aku tadi bilang, aku bukan orang yang berbahaya?" Pria itu menatap tajam kearah gadis yang duduk di kursi dengan santai.

"Mana ada ditengah malam ada maling teriak, aku maling! Agar dikejar para warga yang marah. Mungkin ada, tapi tetap saja cukup unik," Gadis itu memberikan contoh pengandaian terhadap pria di depannya.

"Hmm… ada benarnya juga. Tidak mungkin aku bilang, aku orang yang berbahaya. Jadi karena itu kamu waspada. Baiklah aku paham." Pria itu mengusap dagunya menggunakan tangan kiri karena tangan kanannya terdapat kubus yang melayang-layang.

"Jadi, apa yang terjadi padaku? Apakah aku diculik alien terus dijadikan subjek percobaan lalu kamu muncul sebagai kepribadianku yang lain karena aku menjalani eksperimen?" tebakan asal dari Gadis itu.

"Tidak, sebenarnya kamu mati dan aku mengambil jiwa atau kesadaran mu ke dimensi ku untuk aku jadikan subjek eksperimen,"jelasnya menimpali.

"Jadi benar aku diculik alien dan dijadikan subjek percobaan. Apakah setelah ini aku mendapatkan kekuatan super?"pertanyaan yang terdengar optimis.

"Aku bukan alien." pria itu menyangkal disebut alien. Dia sendiri tidak terlalu peduli karena menggunakan nada datar untuk mengatakan sangkalannya.

"Buktinya aku masih memakai pakaianku. Bukankah baju ini tidak termasuk anggota tubuhku yang berarti tidak termasuk jiwaku. Berarti aku bukan dalam wujud jiwa karena pakaianku masih ada." Gadis itu mengarahkan tangannya pada pakian yang masih ada di tubuhnya.

"Aku ini bukan orang mesum! Tentu saja aku memberikan pakaian pada tubuhmu!" Pria tadi berteriak kepada gadis itu. Kali ini dia benar-benar merespon dengan tegas terhadap ucapan gadis kecil di depannya.

"Tadi, kamu bilang dimensiku Itu berarti kamu tidak berasal dari planet yang sama denganku. Yang artinya, kamu adalah alien bagi makhluk di planet asalku," Gadis itu tetap menganggap pria di depannya adalah alien walau dia telah diberitahu tentang kebenarannya. Sepertinya, dia sangat menyukai alien untuk beberapa alasan.

"Terserah kamu saja, Gadis Kecil. Akan aku jelaskan eksperimen apa yang aku lakukan padamu."

"Mohon bantuannya," Gadis itu menyamankan posisi duduknya dan memperhatikan dengan mata yang berbinar-binar.

"Kamu tidak merasa khawatir?" Tingkah laku gadis itu membuat pria tadi bertanya-tanya.

Seseorang yang normal pasti akan sangat ketakutan jika ada yang mengatakan dia akan dijadikan subjek eksperimen yang masih belum diketahui.

"Tidak, jika eksperimen berbahaya dan mengancam nyawa, kamu pasti sudah melakukannya sejak tadi tanpa persetujuanku. Karena itulah, aku menyimpulkan eksperimennya tidak berbahaya." Mata berbinar-binar gadis itu menandakan tidak ada keraguan pada hatinya.

"Terserah kamu saja, Gadis Kecil. Sekarang penjelasannya, aku adalah seorang spirit bukan alien."

"Tapi, spirit juga tidak berasal dari duniaku. Jadi, kamu alien."

"Hah… sepertinya percuma berdebat denganmu."

"Aku membawamu ke duniaku untuk eksperimen pemindahan jiwa antar dunia menggunakan alat ini yang kudapatkan dari sebuah dimensi lain. Alat ini mampu menyerap dan menyimpan jiwa yang ada di sekitarnya." Pria itu menunjukkan kubus yang ada di tangan kanannya.

"Berarti aku benar-benar diculik dan dijadikan bahan eksperimen." Gadis itu mengabaikan kubus yang ditunjukkan pria tadi dan membenarkan tebakannya tadi.

"Jadi, aku akan melakukan reinkarnasi kepadamu dan membawamu ke dunia asalku." Pria itu mengabaikan perkataan gadis tersebut yang menganggap tebakannya benar.

"Apakah aku akan mendapatkan kekuatan super yang tidak ada didunia asal ku?" Gadis itu mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi sebagai tanda ingin bertanya.

Apa yang dilakukan gadis itu, mirip seperti seorang siswa yang ingin menanyakan sesuatu pada gurunya ketika ada pelajaran.

"Tentu saja. Tapi, lebih tepatnya adalah sihir, bukan kekuatan super."

"Baiklah, aku setuju menjadi subjek eksperimen mu. Sihir itu juga sama dengan kekuatan super, kan?"

"Terserah kamu saja, gadis kecil. Aku tidak peduli kamu menganggapnya sebagai apa."

"Baiklah, jadi bagaimana aku akan bereinkarnasi?"

"...."

Pria itu hanya diam saja. Tak lama kemudian, pandangan gadis itu mulai memudar hingga hanya terlihat kegelapan di depannya. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi setelah pandangannya memudar.

'Apa yang terjadi? Dia hanya diam saja jika aku bertanya bagaimana caranya. Dan sekarang aku hanya melihat kegelapan saat ini. Apakah teknologi dunia ini tidak lebih canggih daripada bumi? Kupikir teknologi alien akan lebih bagus,' pikir gadis itu.

'Sudahlah, sebaiknya aku mulai bergerak walaupun tidak mengetahui apa yang terjadi.'

Gadis tadi mencoba untuk menggerakkan badannya.

'Sulit, apakah aku berada di dalam tabung yang berisikan cairan yang tidak diketahui saat aku sedang di eksperimenkan?'

'Sudah aku bilang, aku bukan alien. Melainkan, aku adalah spirit. Dan ini bukan dunia tentang teknologi yang canggih. Ini adalah dunia pedang dan sihir,' suara pria tadi terdengar di dalam pikirannya.

'Berarti aku tidak sedang di eksperimenkan. Tunggu, bagaimana suara milikmu bisa terdengar dalam pikiranku?'

'Itu sebabnya jika ada orang menjelaskan jangan banyak komentar, Gadis Kecil. Aku belum selesai menjelaskan semuanya!'

'Kalau begitu tolong jelaskan. Aku sungguh minta maaf atas tindakanku tadi.'

'Baiklah, gadis kecil. Pertama adalah tentang spirit, itu adalah sebuah kesadaran yang tercipta dari pengumpulan energi alam. Ketika energi alam berkumpul pada satu titik dan terdapat suatu kesadaran, maka suatu spirit akan tercipta.'

'Intinya, spirit terbentuk karena energi alam dan kesadaran. Aku ingin tahu apa bisa membuat spirit buatan yang berbentuk robot raksasa.'

'....'

'Maaf, tolong lanjutkan. Selanjutnya aku akan diam.'

'Spirit pada umumnya berbentuk hewan. Namun ada yang berbentuk menyerupai manusia yang artinya itu adalah spirit tingkat tinggi. Sampai disini paham? '

'Paham.'

'Menggunakan energi alam, spirit mampu menciptakan berbagai fenomena magis. karena mampu menggunakan energi dari alam, maka energi spirit hampir tidak terbatas. Yang membatasi spirit adalah input energi dan output energi.'

'Apakah manusia bisa menggunakan energi alam? Ups, aku bicara lagi.'

'Tidak apa, jika ada hubungannya dengan penjelasan ku, aku tidak keberatan. Untuk pertanyaan mu, manusia bisa menggunakannya. Namun, input energi manusia sangat kecil. Biasanya manusia membuat kontrak dengan spirit untuk meningkatkan input energi alam.'

'Apakah aku perlu mencari spirit untuk dikontrak?'

'Untuk sekarang tidak perlu. Aku sudah membuat kontrak denganmu sebagai ganti persetujuan mu untuk menjadi subjek eksperimenku. Aku adalah spirit tingkat raja, aku sendiri saja cukup kuat untuk menghancurkan sebuah kota jika tidak ada spirit tingkat tinggi atau diatasnya yang menggangguku.'

'Berarti untuk sekarang, bisa dikatakan aku memiliki rekan yang kuat. Sepertinya tingkat raja bisa dikatakan sangat kuat. Bukan kompensasi yang buruk untuk menjadi subjek eksperimenmu....'

'Benar sekali, Gadis Kecil. Asalkan kamu tidak bersikap atau melakukan sesuatu yang keterlaluan, aku akan membantumu. Sekarang, tolong berikan aku nama!'

'Apakah perlu?'

'Biasanya manusia yang membuat kontrak dengan suatu spirit akan menamai spirit mereka.'

'Baiklah, aku akan memberimu memanggilmu Noctis mulai dari sekarang.'

'Aku terima nama pemberianmu. Aku ingatkan, jangan melakukan hal-hal yang keterlaluan.'

'Cukup adil. Kalau begitu, mohon bantuannya mulai dari sekarang.'

'Aku juga, mohon kerjasamanya. Oh… aku menyarankan kamu segera melihat dunia ini. Dan satu lagi, aku sudah memasukkan ingatanku tentang bahasa dunia ini kepadamu. Sekarang kamu bisa mengetahui semua bahasa dunia yang telah aku ketahui.'

'Benar-benar sangat membantu, aku sempat kebingungan jika tidak bisa berkomunikasi di dunia ini. Belajar bahasa baru sangat menyusahkan.'

Suara Noctis dari pikiran gadis itu menghilang. Mengikuti saran Noctis, gadis itu mencoba membuka matanya untuk melihat dunia baru.

Catatan Penulis

Season 2 telah rilis dengan judul "Menjelajah Dimensi Setelah Reinkarnasi: Akademik". Peningkatana dalam penggunaan tata bahasa lebih bagus dari pada season ini. Juga, tidak masalah untuk melewatkan season awal dan langsung melompat ke season 2.

Akhir Catatan Penulis

Ch.2 Dunia Baru

...Dunia Baru...

Secara perlahan, gadis itu membuka matanya. Langit-langit kayu adalah pemandangan yang dilihatnya. Itu hanyalah langit-langit kayu biasa yang berwarna coklat, tidak ada yang spesial darinya.

Gadis itu mencoba menggerakkan tubuhnya. Namun, ia sangat kesulitan melakukannya.

'Fumu, seperti itu, ya. Sekarang, aku telah menjadi bayi. Setidaknya aku ingin tubuh anak berusia satu tahun. Menggunakan tubuh seperti ini sangat tidak menyenangkan.'

Gadis itu mengangguk-angguk dalam pikirannya. Seandainya dia bisa menggerakkan badannya, maka anggukan itu tidak hanya terjadi dalam pikirannya saja. Dia akan benar-benar akan mengangguk-anggukkan kepalanya jika dia bisa menggerakkan tubuhnya dengan mudah.

Siluet bayangan yang muncul membentuk wajah seorang perempuan menutupi sebagian langit-langit dalam penglihatannya. Perempuan itu menatap ke arah gadis yang baru saja direinkarnasikan menjadi bayi.

Perempuan yang menatapnya memiliki rambut panjang berwarna hijau seperti giok dan warna mata abu-abu. Dia mulai mengulurkan tangannya dan mengangkat bayi yang berada di dalam ranjang bayi.

'Siapa dia? Apakah dia ibuku? Seharusnya aku bertanya di mana aku direinkarnasikan dan bagaimana status sosial di dunia baru ini. Lain kali aku akan menanyakan hal itu kepada Noctis.'

Perempuan itu menimang-nimang bayi itu dengan perasaan senang serta penuh kasih sayang. Tentu saja, itu karena yang ia timang adalah anaknya sendiri.

"Kamu sudah bangun, Elenaku sayang~," Perempuan itu mengeluarkan suara yang lembut dan penuh kasih sayang.

'Benar-benar bahasa yang tidak aku ketahui, tapi aku bisa memahaminya. Terima kasih banyak, Noctis. Kemampuan berbahasa milikmu sangat berguna,' Dia merasa bersyukur atas pemberian Noctis.

Tak lama kemudian, dia memikirkan hal lain, 'Hmm… Elena? Itukah namaku sekarang? Akhirnya aku mengetahui namaku. Selanjutnya aku akan meminta Noctis untuk mencari tahu kondisi keluargaku.'

"Ada apa? Apakah kamu takut kepada orang-orang? Tenang saja, ibu akan selalu menjagamu. Walaupun, banyak yang akan membencimu," Perempuan itu menghibur Elena. Dia tidak mengetahui apa yang dipikirkan Elena yang masih bayi, jadi wajar jika terjadi miss komunikasi.

'Dibenci orang-orang kah? Apakah ada sesuatu yang salah denganku? Apakah aku memiliki tentakel seperti makhluk luar angkasa?'

'Harus aku bilang berapa kali agar kamu mengerti jika ini dunia pedang dan sihir, bukan dunia tentang alien atau robot dan teknologi yang maju.'

'Noctis! Kamu berada disini?'

'Pikiran kita saling terhubung setelah membuat kontrak. Aku mengetahui apa yang kamu pikirkan.'

'Kenapa kamu tidak menjawab ketika aku berpikir mencari tahu kondisi keluarga ini atau sekitar?'

'Bukankah kamu bilang "lain kali"? Tentu saja aku akan mencarikan informasi tentang sekitar sini jika kamu minta "sekarang".'

'Benar juga. Kalau begitu, Carikan informasi sekitar tempat ini "sekarang"!'

'Baiklah, Gadis Kecil. Ini akan menjadi tugas pertamaku sejak menjadi spirit kontrak milikmu. Tidak buruk untuk memiliki pekerjaan yang tidak merepotkan. Oh, aku juga akan sedikit merengganggkan punggunggku setelah sekian lama melakukan penelitian.'

---

'Noctis, kamu masih disini?'

'Aku sudah pergi mencarikan informasi.'

'Eh, tapi, suaramu masih terdengar.'

'Walaupun kita terpisahkan jarak, pikiran kita masih bisa saling terhubung.'

'Begitu ya, apakah kamu bisa membagikan penglihatanmu? Apa yang kamu lihat otomatis akan masuk ke pikiranmu, 'kan?'

'Bisa saja, tapi kamu akan sedikit merasa aneh karena melihat beberapa pemandangan berbeda.'

Apa yang dimaksud Noctis adalah ketika Elena melihat melalui pandangannya, maka pemandangan yang dilihat Elena melalui matanya sendiri juga akan bertumpuk dengan itu. Ini tentu saja akan menjadi aneh kalau melakukannya. Pada dasarnya, otak manusia tidak dirancang untuk melakukan sesuatu yang berada di luar kesanggupannya.

Ini akan menjadi seperti memiliki tambahan lengan atau anggota tubuh lainnya. Manusia awan akan kesulitan melakukannya dan malah akan membuat gerakan aneh. Yang dilakukan Elena memang jauh lebih sederhana hanya dengan menampilkan gambar lainnya dalam penglihatannya, tetapi ini tetap akan memberikan pengaruh padanya.

'Tenang saja, aku akan menutup mataku. Dengan begitu, apa yang aku lihat adalah apa yang kamu lihat,' saran Elena.

'Cukup masuk akal. Aku akan segera membagikan penglihatanku.'

'Oke!'

Elena kembali menutup matanya. Ibunya yang melihat hal itu menaruh kembali Elena ke ranjang bayi.

"Kamu ingin tidur lagi, ya, Sayang. Tidak apa-apa, bermimpi lah dengan indah."

*Cup!*

Ibu Elena mencium dahi Elena dan pergi meninggalkan ruangan Elena.

Sementara itu, Elena melihat apa yang Noctis lihat. Karena Noctis adalah sebuah/secangkir/seorang/seekor atau seapalah tingkat tinggi, dia tidak terpengaruh oleh gravitasi. Noctis mampu melayang-layang di udara memperlihatkan berbagai pemandangan, ia juga mampu membuat dirinya tidak dapat dilihat oleh manusia.

Disebut sebuah, bukan buah. Disebut secangkir, bukan cairan. Disebut seekor, tidak punya ekor. Saya sendiri juga bingung mau disebut seapa?

'Jadi inikah pemandangan dunia ini? Cukup asri dengan berbagai pepohonan yang lebat. Sayang sekali tidak ada sebuah robot raksasa.'

Elena melihat pemandangan dari langit yang mana merupakan apa yang dilihat Noctis saat ini. Noctis pergi ke langit untuk meningkatkan jangkauan penglihatannya.

Di bawah sana, terdapat berbagai bangunan kuno yang sama sekali tidak mengejar perkembangan zaman modern. Jika kalian bertanya pada cara kasarnya, itu akan terlihat seperti abad pertengahan Eropa. Kenapa memilih latar ini yang merupakan latar fantasi? Karena Penulis sendiri terlalu malas melakukan riset sehingga pada akhirnya memilih latar fantasi.

Keunggulan latar fantasi dari latar realita adalah latar fantasi itu dibuat berdasarkan terserah pengarang. Dengan kata lain, mau pengarang membuat sebuah dunia hancur lah, kekuatan tidak masuk akal lah, hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan dunia nyata lah, itu semua akan tetap dapat dianggap masuk akal, tergantung cara bagaimana Penulis memasukakalkan sesuati yang tidak masuk akal.

'Mau sampai kapan kamu menganggap kita berada didunia yang dipenuhi teknologi?'

'Terserah aku, 'kan!' kalimat ini menjadi penegasan pada Noctis.

Melalui penglihatan Noctis, Elena melihat berbagai pemandangan, seperti hutan, gunung, desa, sungai, dan kota yang berada cukup jauh dari tempat mansion Elena berada saat ini.

'Hmm… tempat ini cukup jauh dari kota.'

'Ada apa gadis kecil? Apa kamu tidak menyukainya?'

'Tidak juga, aku menyukai tempat yang tidak terlalu ramai. Aku bahkan selalu menjadi solo player saat bermain sebuah game.'

'Sepertinya kita sepemikiran. Aku juga lebih suka meneliti item di dalam ruangan daripada harus melakukan sesuatu bersama orang lain.'

Elena mengamati pemandangan yang diperlihatkan penglihatan Noctis bagaikan melihat sesuatu melalui drone. Elena melihat sekelompok orang yang membawa senjata, seperti pedang, panah, tombak, dll. Namun, mereka tidak mengenakan pakaian seragam, hal ini membuat Elena menganggap mereka bukanlah kelompok prajurit.

'Noctis, bolehkah aku tahu, apa yang dilakukan orang-orang itu?'

'Sekelompok orang itu, ya,' Noctis mengetahui maksud Elena.

'Manusia biasanya menyebut mereka sebagai "Petualang". Mereka adalah sekelompok orang yang bekerja memburu monster dan mengerjakan permintaan lainnya.'

'Monster? Apakah itu hewan liar?'

'Hampir benar, lebih tepatnya suatu hewan yang menjadi sangat buas karena pengaruh dari energi alam yang berlebihan.'

'Seperti terkena rabies.'

'Kamu bisa menganggapnya seperti itu. Namun, monster jauh lebih kuat dari pada itu karena energi alam yang mereka dapatkan memperkuat fisik mereka.'

Noctis lanjut berkeliling di atas udara. Dia memperlihatkan berbagai pemandangan di sekeliling tempat tinggal Elena.

Elena mengetahui jika dia saat ini berada dalam sebuah Mansion yang terlihat mewah. Mansion itu terbuat dari kayu dan batu, sangat wajar untuk sebuah dunia dimana teknologi masih rendah.

Mengelilingi mansion tersebut, Noctis melihat berbagai orang yang melakukan pekerjaan yang berbeda-beda, mulai dari berkebun, memasak, bersih-bersih, dan lain lain. Elena yang melihat apa yang dilihat Noctis cukup penasaran dengan dunia yang memiliki teknologi yang rendah.

Perhatian Elena teralihkan oleh ibunya. Melalui penglihatan Noctis, dia melihat ibunya sedang berjalan melalui lorong-lorong mansion.

'Noctis, ikuti dia. Aku cukup penasaran dengan pekerjaannya.'

'Baiklah.'

Mengikuti perintah Elena, Noctis mengikuti perempuan itu. Perempuan itu memasuki sebuah ruangan yang didalam terdapat meja dan kursi serta berbagai lembaran-lembaran kertas yang terlihat menumpuk.

'Noctis, coba kamu lihat apa yang tertulis di kertas itu.'

Noctis melihat-lihat lembaran-lembaran kertas yang ada di ruangan itu. Dia hanya melihat tanpa menyentuhnya. Jika dia menyentuh kertas itu, maka Ibu Elena akan menyadari adanya keanehan.

'Sebuah dokumen? Sepertinya aku lahir kembali ke sebuah keluarga yang merepotkan.'

Elena memperhatikan lembaran kertas itu yang berisikan berbagai perihal penting, mulai dari perdagangan, hingga berbagai persetujuan pembangunan. Dari ini, Elena menyadari jika keluarga barunya adalah sebuah bangsawan.

"Permisi nyonya, aku membawakan teh dan camilan untuk anda." Terdengar sebuah suara dari balik pintu.

'Jadi bukan hanya penglihatan, aku juga bisa mengetahui pendengaran.'

'Sebenarnya, jika kamu mau, aku bisa saja menyampaikan perasaan kelima indra milikku padamu. Namun, saat ini sebaiknya tidak karena akan terlalu membingungkan bagimu untuk merasakan berbagai hal sekaligus.'

'Aku merasa jika kamu adalah peralatan mata-mata yang sangat hebat.'

'Aku ini bukan alat, Aku adalah makhluk hidup.'

'Maaf karena memanggilmu alat. Tapi jujur, kamu memang sangat mirip denan itu.'

"Silahkan masuk!" Ibu Elena yang sedang mengisi dokumen mempersilahkannya masuk.

Pintu pun terbuka, terlihat sebuah seseorang yang cukup tua dengan rambut dan janggut berwarna putih karena beruban. Tetapi, tubuhnya masih sangat gagah dan tegap. Dia membawa nampan yang diatasnya terdapat teh dan cemilan berupa kue.

"Nyonya Yovanca, saya akan menaruh camilan ini disini." Orang itu menaruh nampan tersebut ke atas meja.

'Jadi nama ibuku adalah Yovanca. Informasi yang lumayan berguna.'

"Nyonya, apakah anda masih mengkhawatirkan putri anda?" Pelayan itu memperhatikan lembaran dokumen yang menumpuk.

Mendengar ucapan pelayan itu, tangan Yovanca yang sibuk mengisi dokumen berhenti. Lalu, Yovanca menatap kearah pelayan yang baru masuk tersebut.

"Tidak apa, aku akan mengurus putriku sendiri, Sebas," Yovanca hanya mengatakan itu sebagai penegasan. Dia tidak merasa ragu-ragu akan perkataannya.

'Sebas. Nama yang pasaran.'

'Gadis kecil, sebaiknya kamu jangan menghina nama seseorang. Namun, aku setuju denganmu.'

"Tapi, nyonya. Jika anda mengurus putri anda, maka pekerjaan anda akan menumpuk."

"Apakah menurutmu ada pelayan lain, selain kamu yang merupakan kepala pelayan berani mendekati putriku!" Yovanca membentak pelayan tersebut, kelakuannya ini menunjukkan jika Elena cukup ditakuti oleh orang sekitarnya.

Pelayan itu terkejut karena nyonya yang ia layani bisa membentaknya seperti itu, dia terdiam beberapa saat karenanya. Ini adalah pertama kalinya dia dibentak sampai seperti itu.

'Noctis, memangnya ada apa denganku sampai pelayan lain takut padaku?'

'Akan aku ceritakan lain waktu. Sekarang nikmati saja siaran live ini.'

"Maaf atas perkataan saya yang tidak sopan," Perkataan Sebas disertai oleh kesopanan pada Nyonya-nya.

"Hah… aku tidak bisa menyerahkan urusan menjadi pendamping putriku kepada sembarang orang. Jika aku melakukan hal itu, aku sendiri tidak dapat memastikan orang yang mengurus putriku mengurusnya dengan benar atau mempengaruhinya hingga membuatnya melakukan hal buruk," Yovanca tampak lebih santai dari sikapnya yang sebelumnya.

"Aku punya ide, bagaimana jika kamu aku jadikan pendamping Putriku saja!" Yovanca menunjuk Sebas yang berdiri di depannya menggunakan tangan kanannya.

Sebas terdiam sesaat ketika Yovanca menunjuknya. Tapi itu tidak bertahan lama dan dia segera menjawab, "Maafkan saya, nyonya. Bukan maksud saya menolak perintah nyonya. Namun, saya memiliki pekerjaan yang padat di kediaman ini," jawaban itu juga disertai oleh nada bicara yang sopan.

"Benar juga, sih." Tangan Yovanca yang menunjuk Sebas diturunkan dan dia melanjutkan, "Sebagai seorang kepala pelayan dan kepala keamanan kamu memiliki pekerjaan yang sangat padat. Kamu hanya bisa sesekali mendatanginya," Yovanca menjadi kecewa karena pelayan yang dapat dipercaya menolak perintahnya.

"Aku punya ide yang jauh lebih bagus, bagaimana kalau kita pindahkan saja ruang kerjaku di kamar putriku. Dengan cara ini, aku juga bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan putriku." Yovanca menjadi bersemangat, matanya berbinar-binar dengan ide baru yang ia dapatkan.

'Ini hanya pendapat pribadiku, gadis kecil. Sepertinya semangatmu telah ditularkan pada orang-orang sekitarmu. Aku bisa merasakan semangat yang sama, seperti saat kamu membahas Alien atau makhluk asing.'

'Terima kasih atas pujiannya.'

'Itu sindiran'

'oh, oke…,' Elena merasa jika jawabannya ini kurang cocok untuk menjawab sindiran Noctis.

"Nyonya, jika anda melakukan itu, dan ada tamu yang datang maka saya rasa tamu itu akan segera pergi."

"Tidak apa-apa, jika ada tamu yang penting aku akan menunjuk sebuah pelayan untuk memberitahukanku sehingga aku akan berpindah ruangan."

"Baiklah nyonya, akan saya sampaikan hal ini kepada suami nyonya."

Pelayan itu pergi meninggalkan ruangan Yovanca. Yovanca melanjutkan pekerjaannya mengurus berbagai dokumen yang berhubungan dengan pengembangan wilayah.

'Noctis, ikuti dia!'

'Baiklah.'

Ch.3 Spirit King of Earth

...Spirit King of Earth...

Mengikuti perintah Elena, Noctis mengikuti pelayan itu. Pelayan yang diikuti Noctis pergi menuju sebuah lapangan yang disana terdapat prajurit yang sedang berlatih.

"Permisi." Sebas menghampiri dan menyapa salah satu prajurit yang sedang senggang.

"Oh, master Sebas. Ada urusan apa anda datang kemari," prajurit itu menjawab.

"Aku bukan lagi pelatih disini. Panggil saja aku dengan sebutan Sebas, tidak perlu menambahkan kata master." Sebas menggelengkan kepalanya sebagai tanda menolak panggilannya itu.

"Tidak bisa, anda adalah orang yang dulu melatih sebagian besar prajurit disini. Sebagai bentuk penghormatan, kami memanggil anda dengan sebutan master," prajurit itu tetap memaksa.

"Baiklah jika kamu memaksa," Sebas yang merasa tidak memiliki pilihan lain menyetujui panggilan yang telah prajurit itu berikan dengan terpaksa.

"Jadi, ada urusan apa anda kemari?" prajurit itu kembali menanyakan pertanyaan tersebut.

"Tolong beritahukan kepadaku, dimana tuan berada saat ini," Sebas memberikan maksud kedatangannya kemari.

"Sekarang beliau sedang melakukan penaklukan kepada monster harimau yang meresahkan para petualang. Dia akan kembali kemungkinan sore nanti."

"Baiklah, beritahukan kepadaku jika dia sudah kembali."

Sebas berjalan pergi meninggalkan lapangan pelatihan itu. Dia kembali menuju mansion untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai pelayan.

'Sepertinya pelayan itu tidak bisa diremehkan.'

'Itu sebabnya, jangan asal menghina nama seseorang, gadis kecil.'

Noctis mengikuti Sebas dari jarak yang cukup dekat. Karena dia bisa membuat tubuhnya tidak terlihat, Noctis tidak perlu khawatir jika ada manusia yang mendekatinya.

'Sepertinya tidak ada sesuatu yang menarik dari yang dia lakukan, dia hanya melakukan pekerjaan seperti pelayan lainnya.'

'Kalau begitu, apakah aku perlu mencarikan ayahmu didunia ini, gadis kecil?'

'Apakah itu tidak terlalu menyulitkan?'

'Tidak juga.'

'Kalau begitu, oke. Tolong carikan juga ayahku di dunia baru ini.'

Noctis terbang tinggi ke langit untuk meningkatkan jangkauan penglihatannya. Berada di ketinggian meminimalkan jumlah objek yang menutupi pandangannya.

Ia melihat ke sekeliling hingga menemukan sebuah rombongan pasukan yang berada di hutan.

Pasukan itu dalam kondisi yang tidak terlalu baik, namun juga tidak bisa dibilang buruk. Mereka memiliki perlengkapan yang terlihat kotor dan memiliki beberapa luka. Dari sini dapat diambil kesimpulan, jika pasukan itu telah selesai melakukan apa yang mereka lakukan.

Noctis menghampiri rombongan pasukan itu, sebenarnya dia tidak mengetahui yang mana ayah Elena. Namun, dia dapat menebak jika ayah Elena pasti yang memimpin pasukan itu. Dia menyimpulkan hal ini dari informasi dari pasukan di tempat latihan sebelumnya.

Bergerak dengan melayang membuat Noctis dapat menghampiri mereka dengan cepat. Tak perlu waktu lama, ia sudah berada di dekat pasukan itu.

Ketika Noctis mendekati rombongan itu…

*Rumble… rumble…

Tanah bergetar memperdengarkan suara gemuruh. Rombongan pasukan itu menjadi waspada karenanya. Beberapa dari mereka terjatuh karena kehilangan keseimbangan saat tanah bergetar.

'Noctis, apa yang terjadi?' Elena yang mengetahui hal itu dari kamarnya menjadi penasaran.

'Bukan hal yang penting. Aku lupa jika ayahmu memiliki kontrak dengan Spirit King of Earth.'

'Bukankah ini berbahaya? Ada sesuatu yang sekuat dirimu disana.'

'Tenang saja, sekalipun aku tidak bisa menang, aku bisa melarikan diri. Dan lagi hanya elemen tanah bagiku sangat gampang mengurusnya.'

'Memangnya kamu memiliki elemen apa?'

'Aku ini memiliki elemen dimensi. Tetapi, kebanyakan manusia menganggap aku memiliki elemen kegelapan.'

'aku tidak tahu bagaimana caramu bertarung. Tapi, aku percaya padamu.'

*Grack…

Tanah menjulang setinggi 3 meter membuat sebuah pilar tanah.

*Cretak… cretak…

Beberapa bagian dari pilar tanah itu runtuh, membuat bentuk dari pilar tanah itu menjadi menyerupai seorang pria.

Pria itu memiliki tinggi sekitar 290 sentimeter. Ia mengenakan baju yang terbuat dari kulit berwarna merah marun tanpa lengan dan celana yang juga terbuat dari kulit yang berwarna kuning.

Kemunculan pria itu membuat para pasukan kagum.

Pria itu menatap ke langit tempat Noctis melayang saat ini. Dia menatap tajam kearah Noctis.

"Mau sampai kapan kamu bersembunyi disana!" pria itu berteriak kepada Noctis.

*Shhh….

Bayangan hitam mulai muncul di tempat Noctis dan membentuk tubuh Noctis.

"Oh… ayolah, tidak perlu sekaku itu, kan? Kamu bisa saja bersikap lebih santai saat bertemu denganku, Spirit King of Earth," walaupun pria tadi berteriak padanya, Noctis menanggapi pria itu dengan santai. Dia tidak melihat pria dibawahnya sebagai ancaman.

'Mengapa dia bersikap seperti itu, Noctis?'

'Akan aku ceritakan nanti.'

'Hmm… mencurigakan. Aku mulai curiga padamu.'

'Tenang saja, aku tidak selingkuh dengan orang lain.'

'Ini bukan sinetron!' teriak Elena sebagai penegasan

"Kau, bukankah kamu sudah membuat kontrak dengan seorang manusia? Mengapa kamu meninggalkan dirinya sendirian tanpa pengawasan?" tidak seperti sebelumnya, pria itu menjadi agak santai saat ini. Namun, sisa-sisa nada keras dan amarah masih sedikit terasa.

'Apa maksudnya itu?'

'Biasanya seorang spirit akan selalu didekat kontraktornya untuk melindungi mereka jika ada masalah. Namun aku rasa tidak apa-apa meninggalkanmu. Lagipula jika kamu dalam bahaya aku bisa berpindah ke tempatmu dalam sekejap karena kemampuan asliku adalah pengendalian dimensi.'

"Tidak apa-apa kan? Lagipula dia berada di tempat yang aman." Noctis tidak merasa jika apa yang dilakukannya adalah hal yang salah.

"Bukankah sudah menjadi tugas para spirit seperti kita menjaga tuan kita?"

"Memangnya siapa yang memberikan tugas kepada kita." Noctis mengatakannya dengan sombong, dia tidak peduli dengan perkataan pria itu sebelumnya.

"Kau…," pria itu menjadi geram.

"Tenanglah, Gleba," pria yang menjadi pemimpin prajurit tadi memenangkannya. Dia maju mendekati Noctis. Namun, karena Noctis masih berada di udara, pria itu hanya ada dibawahnya.

"Bolehkah saya tahu, ada urusan apa anda kemari?" pria itu berucap dengan sopan. Dia tahu akan berbahaya jika ada dia spirit tingkat raja yang bertarung di dekatnya. Jika itu terjadi, pasukan yang dibawanya kemungkinan besar akan musnah.

Noctis memperhatikan pria itu yang tak lain adalah ayah Elena. Pria itu memiliki rambut yang berwarna coklat dan mata berwarna biru muda.

Noctis menanggapi pria itu, dia menurunkan ketinggiannya melayang saat ini dan mendekat kearah pria itu. Dia mengabaikan raja roh tanah atau Gleba yang terlihat marah memandang ke arahnya.

"Bukan hal yang penting, aku hanya penasaran dengan ayah dari orang yang kubuat kontrak dengannya," Noctis tidak mengucapkannya dengan nada yang sombong. Walaupun kelihatannya dia mempunyai salah dengan raja spirit lain, bukan berarti dia orang yang memiliki sikap angkuh.

Noctis menutupi fakta jika Elena yang menyuruhnya datang kesini. Akan sangat aneh jika seseorang yang masih bayi yang baru lahir memiliki pemikiran seperti menyuruh seseorang. Masih bayi normalnya hanya bisa mengambil tindakan sesuai insting seperti minum atau semacamnya.

"Jika begitu, bukankah urusanmu sudah selesai? Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" pria itu bertanya dan waspada apabila Noctis memiliki tujuan lain.

"Karena sudah selesai aku akan kembali ke sampingnya. Perkataan dia tadi ada benarnya juga."

Noctis melihat sekilas kearah Gleba. Dia merasa jika Gleba tidak terlalu penting. Bahkan, dia lebih fokus pada pria di depannya.

"Kau…," Merasa di abaikan, Gleba menjadi kesal.

"Baiklah, karena urusanku disini sudah selesai, aku akan pergi." Noctis membuat tubuhnya melayang tinggi.

"Satu lagi, aku lupa menanyakan namamu." Noctis berbalik melihat pria itu.

"Namaku Alden Madison," jawab singkat pria itu.

Noctis lanjut pergi. Beberapa meter setelahnya, dia menghilang setelah kabut hitam menyelimuti tubuhnya. Menggunakan kemampuan dimensinya, dia langsung muncul di kamar Elena, tentunya menggunakan mode tak terlihat.

'Bagaimana, gadis kecil? Apa kau puas dengan hasil penjelajahan ku kali ini?'

'Sebenarnya aku punya banyak pertanyaan.'

'Apa itu?'

Noctis menghentikan pembagian Indra kepada Elena agar membuat Elena terasa bingung.

'Mengapa dia menjadi marah kepadamu? Sepertinya dia punya dendam yang mendalam kepadamu. Jelaskan dalam tiga kalimat!'

Noctis segera berpikir, bagaimana cara meringkas penjelasannya menjadi tiga kalimat sesuai permintaan Elena.

'1) Dahulu kala, ada ancaman yang berkemungkinan memusnahkan manusia. 2) para spirit tingkat raja memutuskan membantu manusia dengan membuat kontrak dengannya itulah awal kontrak antara spirit membuat kontrak dengan manusia. 3) aku absen saat itu karena sedang jalan-jalan di dimensi lain.'

'Jadi karena itu dia marah?'

'Bukan, tapi setelahnya.'

'Tolong ceritakan.'

'Setelah pertempuran, banyak kehancuran yang terjadi di kota manusia. Saat itu, aku sudah kembali dari liburan.

Melihat para spirit membantu manusia, aku pun ikut-ikutan membuat kontrak dengan manusia. Kemudian, kontraktor pertamaku, membantu pembangunan peradaban manusia. Tapi, prestasinya tidak dihargai. Hingga akhirnya, dia marah dan berencana menghancurkan seluruh kerajaan.'

'Bagian dia (Gleba) mendendam padamu mana?'

'Saat kontraktor pertamaku marah, dia membunuh kontraktor pertama milik dia (Gleba) karena berusaha menghentikannya. Dan akhirnya, kontraktor pertamaku dihentikan oleh kontraktor elemen lainnya.'

Saking tidak dipedulikannya, raja roh tanah sampai disebut dengan sebutan "dia" tidak dipanggil dengan namanya.

'Kenapa kamu tidak menghentikannya?'

'Saat itu, aku sedang meneliti suatu item di dalam dimensi milikku. Aku tidak tahu tentang itu, tahu-tahu dia sudah mati.'

'Kurang bertanggung jawab sekali. Ngomong-ngomong, elemen lainnya itu apa saja?'

'Di negara ini, ada enam elemen yang terkenal, yaitu, air, tanah, api, udara, cahaya, dan dimensi yang dianggap elemen kegelapan.'

'Kenapa bisa elemen dimensi disebut kegelapan?'

'Itu karena biasanya pengguna elemen dimensi menggunakan bayangan yang berupa dua dimensi menjadi tiga dimensi menggunakan kekuatanku untuk menjadi serangan.'

'Dan kebetulan bayangan berwarna hitam seperti kegelapan. Aku benar, kan, Noctis?'

'Benar sekali, gadis kecil. Sebenarnya ada juga Spirit King of Shadow yang lebih lemah dariku. Aku kurang peduli dengannya, jadi abaikan saja.'

Setelah percakapan itu, keduanya diam beberapa saat.

'Benar juga, aku belum melihat penampilanku didunia ini. Bisakah kamu melihat tubuhku?'

'Bisa saja.'

Noctis berdiri di dekat Elena dan melihatnya lalu menghubungkan penglihatannya dengan Elena.

'Hmm… jadi begini penampilanku saat ini.'

(gambar hanya ilustrasi dan tidak 100% mirip, gambar ini juga bukan milik saya.)

Elena melihat dirinya sendiri. Dia sekarang mengetahui jika sekarang dia memiliki kulit berwarna coklat dan mata hitam pekat. Di kepalanya hanya terdapat sedikit rambut yang berwarna hitam.

'Aku lupa bilang, spirit yang dikontrak mempengaruhi warna tubuh.'

'Menyeramkan sekali, dengan begini kita bisa menyamar dengan mudah. Hanya perlu mengganti spirit yang dikontrak.'

'Ide milikmu cukup jenius juga, gadis kecil.'

'Untung saja aku tidak berganti kelamin ketika bereinkarnasi. Jika itu terjadi, aku akan benar-benar kesulitan.'

'Aku tidak sejahat itu sampai melakukan hal seperti itu padamu.'

Dengan penggantian warna kulit, orang-orang dapat mengetahui spirit yang dikontrak oleh seseorang. Dengan ini semua orang tahu, jika Elena memiliki kontrak dengan elemen kegelapan.

'Oh… dan lagi, semakin tinggi spirit yang kamu kontrak, semakin mirip pula kamu dengan warna yang dimilikinya.'

'Aku tidak keberatan dengan penampilanku saat ini. setidaknya, warna rambut dan mataku sama seperti sebelumnya. Jika tubuhku memiliki berbagai warna, aku akan merasa seperti kembali ke jenjang pendidikan PAUD.'

'Begitu kah? Memangnya kamu suka warna seperti apa?'

'Hitam, putih, abu-abu,' Elena memberikan jawaban dengan sangat cepat seakan dia sudah sangat hafal tentang warna favorit. Sebenarnya bukan seakan, tapi dia benar-benar sudah hafal.

'Duniamu sungguh tidak berwarna sekali jika hanya menggunakan warna itu.'

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!